Benih

124 12 0
                                    

Eunki memasuki kantin kampus untuk menemukan tempat itu sudah dipenuhi oleh para mahasiswa yang berdesakan memesan makanan untuk makan siang.

Erangan samar keluar dari mulut, ketika dilihatnya tidak ada satu pun bangku kosong yang tersisa untuknya.

"Ck, mana aku sudah terlanjur bilang pada Seungcheol untuk mencariku kesini," gerutunya sembari berputar arah.

Baru saja kakinya melangkah, didengarnya seseorang memanggil namanya. Eunki menoleh untuk menemukan pemuda bermata bulat dan berbibir plum, sedang duduk di salah satu bangku taman yang tak jauh dari kantin.

"Eunki-ya, kesini!" Pinta sang pemuda sembari melambaikan tangan.

Ujung bibir Eunki berkedut. Sepasang kakinya yang dibungkus sneakers itu pun tanpa ragu pergi ke arah yang diminta.

"Hai Shua," sapa Eunki begitu ia sudah berhenti di depan sebuah bangku kayu panjang yang menghadap ke taman kampus yang rindang.

"Tidak ada bangku kosong lagi di kantin. Kau duduk disini saja," Joshua menaruh sumpit di atas kotak makanannya, sebelum menggunakan tangannya yang bebas untuk menepuk spot kosong di sampingnya.

Eunki mengangguk kemudian dengan senang hati duduk di samping Joshua. Diletakkannya bekal yang dibawanya diantara jarak duduk mereka, sebelum maniknya melirik ke samping kiri.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik dari kemarin?"

"Eoh, sudah jauh lebih baik. Makanya aku bisa ke kampus hari ini," jawab Joshua seraya menyunggingkan senyum. "Itu semua berkat kau, Eunki-ya."

Namun, senyuman di wajahnya tak berangsur lama dan berganti menjadi rona merah di kedua pipi, tepat saat telapak tangan Eunki mendarat di atas keningnya.

"Kau sudah tidak demam, syukurlah," ujar sang gadis sembari menarik tangannya.

Eunki yang langsung membiarkan maniknya menatap hamparan rumput hijau di hadapannya, tidak menyadari bahwa lelaki di sebelahnya sedang sibuk menenangkan debaran hatinya yang menggila.

"Lain kali kau tidak boleh nekad seperti kemarin lagi. Coba bayangkan kalau aku tidak menjawab teleponmu? Kau bisa mati kedinginan di luar, Hong Joshua!"

Tidak hanya 'memarahi' sang pemuda dengan melotot, Eunki lagi-lagi melakukan hal yang nyaris membuat jantung Joshua copot.

Dengan santai, ia mencubit hidung lelaki itu. Memang tidak keras, namun bisa membuat Joshua menggila.

"Aduh!" Untuk menutupi kecanggungan, Joshua berpura-pura merintih kesakitan.

Tawa renyah keluar dari mulut Eunki begitu ia selesai 'menjahili' pemuda di sampingnya. Tak berhenti sampai disana, ia mengeluarkan ponsel dari dalam kantung celana jeans untuk kemudian diarahkan bidikannya ke orang yang sama.

"H-Hei, kenapa kau tiba-tiba memfotoku?" Tanya Joshua curiga sembari menutupi wajahnya.

"Wajahmu sekarang jadi lucu karena hidungmu memerah," ucap Eunki sambil berusaha menarik tangan Joshua dari menutupi wajah. "Biarkan aku memotonya sekali saja."

"Tidak mau! Kau mau mempermalukanku, ya?" Joshua malah semakin menutupi wajah, kini dengan kedua tangannya sekaligus.

"Oh ayolah Tuan Hong, sekali saja. Aku akan simpan baik-baik dan tidak akan kusebarluaskan," pinta Eunki masih berusaha.

"Pokoknya tidak mau!" Joshua menjulurkan lidahnya sehingga membuat gadis yang duduk bersamanya menjadi makin gemas.

Tak kehabisan akal, Eunki akhirnya menggunakan jurus pamungkas, yaitu menggelitiki pinggang Joshua.

The Mutual Feeling [Joshua | Seungcheol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang