Salah Kamar

92 16 7
                                    

Nyonya dan Tuan Jo datang jauh-jauh dari Busan di sore hari yang masih panas itu untuk menjenguk putri mereka, sekaligus mengurus administrasi rumah sakit yang harus diselesaikan sebelum diperbolehkan pulang.

Eunki yang sudah selesai membereskan beberapa helai pakaian yang dibawakan oleh sang ibu selama ia menginap satu malam di bangsal, menghampiri kedua orangtuanya yang sedang duduk didepan loket pembayaran.

Memastikan antrian masih cukup lama, gadis yang telah mengganti pakaiannya dengan T-shirt putih longgar dan celana training abu itu memohon ijin untuk menjenguk temannya. Setelah tahu bahwa teman yang dimaksud adalah orang yang telah menolong putrinya, Tuan Jo pun memberi keleluasaan bagi Eunki untuk menggunakan waktunya membesuk sang 'penyelamat'.

"Kutu buku itu... Kenapa sih dia selalu melakukan sesuatu tanpa berpikir dulu? Dia mungkin sudah gila sampai hampir membahayakan nyawanya sendiri!" omel Eunki sepanjang kakinya melangkah menuju ruangan yang sebelumnya diberitahukan oleh Soo-A.

Sesampainya ia di depan ruangan VIP, mulut Eunki menganga. Ditangkapnya pemandangan kasur kosong yang letaknya bersebelahan dengan jendela dan ada seorang perawat yang sedang merapikan selimut berwarna putih bersih. Hatinya pun mulai berkecamuk tatkala ia melihat ekspresi muram dari perawat yang usianya masih muda tersebut.

Tak menunggu lama, Eunki pun menghampiri sang perawat yang kini juga sedang menatap kedatangannya.

"Um maaf, boleh saya tahu kemana pasien yang sebelumnya ada disini?" tanyanya.

"Maafkan saya, nona. Luka yang dialami pasien itu terlalu parah, jadi pihak kami telah mengirimnya untuk mendapatkan perawatan lebih baik di rumah sakit pemerintah pusat. Kami pun sebenarnya kurang yakin kalau akan bisa diselamatkan, tapi semoga saja ada keajaiban," selesai memberi penjelasan, perawat itupun mohon diri dan meninggalkan Eunki sendirian.

Kedua tangannya mulai gemetar, sementara air mata mulai terlihat di ujung kedua matanya. Hatinya pun begitu hancur saat mendengarkan kabar tidak mengenakkan barusan.

"Ini salahku..." gumamnya pada diri sendiri. "Joshua, maafkan aku..." tanpa Eunki sadari, sebulir air mata jatuh di pipi kirinya.

Dipandanginya ranjang yang sudah tidak berpenghuni itu sekali lagi, sebelum dengan gontai ia mulai mengambil langkah untuk menjauh dari ruangan sunyi tersebut. Dengan kepala menunduk, Eunki tengah diliputi rasa bersalah dan penyesalan.

Selama beberapa hari ini mengenalnya, Eunki baru menyadari kalau dia tidak pernah bersikap baik pada sang mahasiswa baru. Padahal, Joshua terlihat sangat ingin berteman dengannya dan beberapa kali membantunya.

Mulai dari membelikannya susu stroberi, meminjamkan payung, menyelamatkannya ketika terkurung di perpustakaan, menengoknya ke indekos walau langsung diusir olehnya, dan terakhir, Joshua bahkan menyelamatkan nyawanya dari kecelakaan di kampus.

"Aku bahkan belum sempat mengucapkan terimakasih padanya. Kenapa dia harus bernasib sesial ini?"

"Eunki?" 

Baru saja berjalan beberapa langkah, tiba-tiba saja sebuah suara lembut nan santun yang cukup familiar menggema di telinganya.

Eunki pun langsung mengangkat kepala sekaligus membalik tubuhnya untuk menemukan sosok lelaki berpostur tinggi kurus, yang berdiri mengenakan pakaian pasien di depan pintu ruangan yang bersebelahan dengan kamar yang semula ia kunjungi.

"Kau mau pergi kemana? Kau bahkan belum bertemu denganku..." tanya pemuda itu sambil memasang ekspresi bingung.

"Shua-ya!" pekik Eunki seraya sepasang kakinya berlari menuju lelaki yang mengajaknya berbicara.

The Mutual Feeling [Joshua | Seungcheol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang