Eunki mendengkus ketika maniknya tepat memandangi tumpukan buku-buku tebal di atas meja bundar, dimana ia duduk di salah satu kursinya.
Harusnya ia mulai membuka satu per satu halamannya, namun Eunki malah hanya memandanginya dengan tatapan jijik. Tak ada sedikit pun hasrat baginya untuk mulai membaca, apalagi hanya sekedar untuk menyentuhnya.
Itu adalah tugas paper yang diberikan Dosen Han padanya dan Joshua sebulan lalu. Tugas itu memang sudah 90 persen selesai, tepatnya diselesaikan sebagian besar oleh tandemnya.
Karena merasa tidak enak hati hanya memiliki sedikit andil, Eunki menawarkan diri untuk menyelesaikannya walau pada akhirnya ia agak sedikit menyesali keputusan itu.
Untuk menumbuhkan keinginan agar bisa mulai mengerjakan tugas, Eunki bangkit dari tempat duduk dan mulai menaikkan kedua tangan setinggi-tingginya, sebelum mulai melakukan stretching.
Beruntung perpustakaan di sore hari itu sudah sepi, jadi tidak ada yang memperhatikan kegiatan 'mencoloknya' itu.
Namun, baru saja ia hendak duduk, Eunki mendengar suara pintu perpustakaan yang terbuka dari luar. Atensinya pun otomatis tertuju pada arah tempat pintu penghubung itu berada, untuk ditemukannya sosok familiar yang seketika mampu membuat kedua sudut bibirnya berkedut.
Eunki tidak tahu kapan semuanya bermula, namun akhir-akhir ini ia menyadari, tiap kali sosok itu ditemuinya, rasa nyaman seketika menyapa hatinya.
"Sudah bisa ngerjain tugasnya?" Suara lembut nan santun yang menjadi ciri khas, berdenting di gendang telinga Eunki- membuatnya tersadar kalau sepersekian detik yang lalu dirinya sempat terbang ke dalam lamunan.
Eunki pun buru-buru menghapus senyum di wajah, dan menggantinya dengan deheman.
"Aku rasa aku tidak bisa mengerjakannya. Aku terlalu lelah untuk berpikir," keluhnya seraya mengambil salah satu modul dan membuka halaman pertamanya.
Joshua menggelengkan kepala, walau sebuah senyum terpatri di parasnya. Ia diam-diam mengagumi paras sang gadis, yang menurutnya terlihat sangat menggemaskan tatkala menggerutu seperti sekarang.
Joshua kemudian menarik kursi kosong yang tepat berada di samping kanan Eunki, untuk kemudian didudukinya.
"Sini, biar aku membantumu," ucapnya dengan penuh optimisme seraya mendekatkan posisinya dengan sang gadis.
Di saat yang sama, Eunki dapat menghirup aroma parfum maskulin sekaligus menyegarkan yang menyapa indera penciumannya. Otaknya seakan mengirim sinyal yang sanggup membuat hatinya berdegup aneh.
"Jadi... Mana yang bikin kamu bingung?" Tangan Joshua dengan santai meraih buku yang sebelumnya dipegang Eunki dan tanpa sengaja membuat sentuhan dengan milik sang gadis.
Setelah tadi membuat getaran aneh, Eunki semakin dibuat pusing tujuh keliling karena sekarang jantungnya berdetak semakin kencang hanya karena sentuhan singkat yang tak sengaja terjadi.
'Aku ini kenapa sih?' Gumamnya dalam hati.
"Eunki-ya?"
Suara Joshua kembali berdenting di gendang telinganya, sehingga kembali harus menyadarkan Eunki dari lamunannya.
"Hah? Apa?" Ia mengerjap-ngerjapkan mata, untuk membuat kesadarannya kembali sepenuhnya. "Kamu bilang apa barusan?"
Joshua tertawa, memamerkan deretan giginya yang putih bersih, plus sepasang gigi kelinci yang menambah nilai plus senyumannya.
Biasanya, Eunki akan marah besar, merasa sang lelaki telah mengejeknya. Namun, lagi-lagi hari ini ia tak melakukannya.
Eunki terlalu sibuk menenangkan debaran hatinya yang semakin liar, untuk alih-alih berprasangka pada Joshua.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mutual Feeling [Joshua | Seungcheol]
FanfictionJoshua Hong, seorang mahasiswa pindahan, merasakan jatuh cinta pandangan pertama pada gadis yang telah lebih dulu melabuhkan hati pada seorang mahasiswa populer, Choi Seungcheol