Chapter 17

873 46 7
                                    

    Hari ini haechan libur sekolah
karena hari minggu, jam sudah menunjukan pukul 8 pagi tapi
haechan belum berniat bangun
dari tidurnya, karena merasakan
matanya bengkak dan juga kepalanya pusing, haechan tidur dengan menutupi seluruh bagian tubuhnya menggunakan selimut dan menutup kepalanya dengan sebuah bantal.

  Ten melihat kearah dinding dan melihat jam sudah berada pada pukul 8 namun ia tak melihat anak bungsunya itu turun untuk sarapan sedari tadi, apakah masih tidur atau memang anak itu tidak ingin makan.

"Abang, coba kekamar adekmu
sudah bangun atau belum kok ngga bbkebawah bawah dari tadi" hendery yang sedang asyik mengerjakan tugas langsung bergegas kekamar asih bungsunya.

"dede bangunnn, dasar tukang molorr " hendery buka paksa bantal serta selimut yang.membungkus tubuh kecil adiknya.

"Dede heii" hendery merasa.sangat panik saat melihat wajah.haechan yang dipenuhi keringat.dan bibirnya yang pucat, hendery.letakkan punggung tangannya untuk mengecek dahi adiknya.


"Astaga, dede demam" hendery
langsung turun menuju ruang
tamu.

"Mama, dede demam, badannya
panas banget" ten yang mendengar itu buru buru berlari meninggalkan majalah yang sedang ia lihat.

"Astaga sayang, hei nak, denger mama atau ngga sayang'" ten mengusap wajah penuh keringat.haechan.

"Mama ngapain dikamar dede"
satu kalimat yang haechan katakan setelah membuka matanya.

"Dede demam sayang, kepalanya
pusing ngga nak?" haechan
mengangguk pelan.

"Pusing tapi cuma sedikit kok ma".

"Kita kedokter ya sayang" sebuah
gelengan menjadi jawaban haechan atas pertanyaan mamanya tadi.

"Ndaa usah mama, dede ndaa kenapa kenapa kok"

"Badan kamu panas banget sayang, yasudah mama ambilkan kompresan saja ya" tanpa menunggu jawaban dari haechan ten berlari menuju dapur.

"De kita kedokter aja ya, abang
takut dede makin parah" haechan
kembali menggeleng.

"Abang telfon ayah dulu" hendery
mengambil ponsel pada sakunya dan menelfon ayahnya, Johnny tidak biasanya bekerja dihari minggu namun tadi pagi Johnny berkata akan ke kantor hanya untuk pertemuan bersama rekan bisnisnya dan akan segera pulang.

"Halo ayah"

"................"

"Dede demam ayah, mama sama
abang sudah ajak kedokter tapi
dede ngga mau"

"...................."

"Iya ayah abang tunggu ya"

".................."

"Hati hati ayah"

Telepon sudah dimatikan, ten juga sudah mulai mengompres haechan.

"Abang tungguin dede dulu,
mama mau buat bubur biar dede
bisa maem dan minum obat ya"
hendery mengangguk.

"Dede semaleman nangis kan?"
tanya hendery sesaat setelah
la menggenggam tangan adik
kecilnya itu.

"Abang sok tau nih" haechan
berusaha tersenyum agar
abangnya tidak terlalu khawatir
akan keadaannya saat ini.

"Dede ngga bisa bohongin abang,
mata dede bengkak kaya gini karena apa kalau ngga nangis,maaf ya sayang abang ngga bisa bantuin apa apa" hendery kecup tangan adik tersayangnya itu.

"Abang ndaa perlu lakuin apa apa, dede ndaa papa kok".

"Tapi kalau kaya gini terus dede
pasti jadi sering nangis, abang ngga mau dede sakit" haechan mengelus tangan abangnya yang masih menggenggam erat tangannya.

"Abang percaya dede ndaa bakal
kenapa kenapa kan?, dede kan kuat, masalah kaya gini doang dede pasti bisa kok lewatinya apalagi ada abang, ayah sama mama" mata hendery berkaca kaca saat mendengar ucapan haechan.

  Tanpa keduanya sadari didepan pintu masuk kamar haechan sudah ada Johnny yang menatap kedua anaknya dengan perasaan bersalah.

Semenjak jaehyun mengatakan bahwa tidak semua keputusan orang tua baik untuk anaknya itu Johnny sudah sempat berfikir keras, Johnny jadi takut haechan tak bahagia karena hidupnya banyak diatur, Johnny tak mau anak bungsunya itu membencinya.

"Abang kepengen sekali bantu dede buat bujuk ayah supaya ngrestuin hubungan dede sama om jae, dede sering cerita bagaimana om jae sebegitu baiknya sama dede, dede senyum senyum salting kalo bahas
om jae, abang tau dede cinta sama om jae, maaf dede abang ngga bisa apa apa karena ayah emang ngga ngizinin".

"Abang udah ihh hiks kan dede mau lupain om jeje hiks abang boleh ndaa jangan bahas masalah ini terus, takutnya dede malah semakin susah buat buang perasaan cinta dede ke om jeje hiks, abang bantu suport aja biar dede bisa cepet lupain om jeje,
okee? " haechan menangis lirih merasakan dadanya yang begitu
sesak.

"Iya sayang iya maafin abang ya"
hendery kecup kedua pipi haechan dan memeluk adiknya erat.

"Mas, kamu udah pulang" ten yang membawa bubur untuk haechan bingung karena mengapa suaminya ini berdiam diri didepan pintu, namun saat ten melihat kedalam kamar haechan ternyata sedang ada abang adik yang saling berpelukan, menyalurkan rasa kasih sayang mereka kepada satu sama lain, ten mengerti mengapa suaminya itu hanya memandang kearah ranjang.

"Heii ayo masuk" Johnny.mengangguk dan berjalan mendekati haechan, Hendery bangun dari duduknya dan digantikan ayahnya duduk di samping haechan.

"Kita kedokter ya anak ayah ya"
Johnny hendak membopong tubuh haechan namun haechan menolak.

"Ndaa usah ayah, mama sudah bikinin bubur, dede cuma perlu minum obat kok".

"Tapi nanti dede makin parah sayang".

"Ayah tenang aja dede beneran ndaa papa kok cuma demam doang, nanti habis minum obat pasti langsung sembuh" Johnny menganggukan kepalanya tanda ia setuju dengan permintaan anak bungsunya itu.

"Ayah bantu duduk ya, dede maem dulu, minum obat baru istirahat lagi" Johnny mengangkat tubuh anaknya agar bersandar pada kepala ranjang.

Ten dan juga hendery sudah keluar dari kamar haechan meninggalkan Johnny yang akan menyuapi haechan.

"Dede mau tau sesuatu ngga?" tanya Johnny saat mulai menyuapi haechan, dan haechan hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Dede mau tau kenapa ayah ngga ngizinin dede sama om jae bersatu?" haechan hanya memandang ayahnya.

"Sekarang umur dede berapa?" haechan berfikir lalu menjawab.

"16 tahun ayah" Johnny.kembali menyuapi bubur itu.setelah haechan menjawab.pertanyaannya.

"Diumur dede yang 16 ini dede
udah bisa ngapain aja? " haechan
bingung dengan pertanyaan yang
ayahnya sampaikan jadi dia tak.bisa menjawab.

"Dede tau?, jadi sosok ibu rumah
tangga itu ngga mudah, ayah sama mama yang sudah berumur saja masih sering bertengkar, padahal ayah sama mama menikah karena saling cinta dan bahkan mamamu sudah menguasai pekerjaan rumah tangga dengan baik dan sedikit sedikit paham soal bisnis ayah" haechan menerima suapan bubur itu untuk yang terakhir, dan Johnny membantu haechan untuk meminum obatnya.

"Sebenernya alasan ayah ngga
ngizinin om jae buat mengikat dede karena bahkan umur dede belum genap 17 tahun, dede masih perlu belajar banyak hal, dan setelah semua hal yang dede laluin, selama ayah menolak hubungan kalian sudah ayah pertimbangkan matang matang, ayah setuju setuju aja kalo dede emang cinta sama om jae, tapi ayah boleh minta sesuatu?" haechan mengangguk semangat.

"Dede bujuk om jae supaya om
jae jangan buru buru ajak dede
nikah, dede bilang sama om jae
dede masih pengen belajar banyak hal, gimana?" haechan tersenyum manis.

"Jadi dede boleh cinta om jeje?"
Johnny tersenyum mencium kening anak bungsunya itu.

"Tapi dede mau ngelakuin apa
yang tadi ayah minta?" Haechan
mengangguk semangat dan
memeluk tubuh ayahnya erat.

" dede sayang ayah" haechan kecup pipi kanan Johnny.

"Ayah sayang dede juga" Johnny
mengecup kening haechan lama.

TBC!!!!!

Jaehyuck °•The Sweetest Love •°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang