🥀 10

274 38 6
                                    

Happy reading 💚💚



Jisoo yang sekarang berpenampilan berbeda dan tampak begitu seksi tersenyum puas,
"Dan kurasa aku pantas mendapatkannya, mengingat berbulan-bulan aku menyamar di kantor itu, berusaha menjadi sahabat dekat Jennie."

"Kau memang mengerjakan tugasmu dengan baik." Tentu saja Taeyong juga menyadap seluruh pembicaraan Jisoo dengan Jennie, mengetahui bagaimana Jisoo berhasil menempatkan dirinya sebagai sahabat baik yang paling dipercaya oleh Jennie, tempat perempuan itu menumpahkan segalanya. Hal itu membantu Taeyong untuk mengetahui kondisi hati Jennie dan juga perasaan Jennie yang terdalam.

"Dan kau menempatkan Jennie di kamarmu." Jisoo menatap tidak suka ke arah pintu itu, mengulang kembali komentarnya karena merasa sangat terganggu dengan kenyataan yang ada di depannya. Kamar Taeyong adalah ruang pribadi yang tidak boleh dimasuki siapapun, tetapi Taeyong malahan menempatkan Jennie di kamarnya,  seharusnya Jisoo yang berhak memasuki kamar itu. Tidur di atas ranjang Taeyong, menghirup aroma khasnya dan menikmati pelukannya.

Taeyong menatap perubahan ekspresi Jisoo dengan tatapan mata menilai, kemudian memutuskan untuk menghempaskan perasaan perempuan itu, sebelum angan Jisoo mulai melambung dan membahayakan mereka semua. "Tempatnya memang ada di situ, Jisoo." Gumamnya penuh arti, membuat wajah Jisoo pucat pasi.

Tetapi dengan segera perempuan itu menutupi perasaannya, tersenyum manis seolah-olah tidak mendengarkan kalimat Taeyong barusan, dia menggayutkan dirinya di lengan Taeyong dengan manja dan bergumam menggoda, "Aku ingin makan malam yang enak malam ini."


***

Jung Soo membawa nampan berat itu, makan malam Jennie, dia melihat Jennie masih duduk dengan tegang, di sofa. Dengan tenang pelayan tua itu meletakkan nampan di meja, di depan Jennie, "Anda sama sekali tidak berbaring dan beristirahat."

Jennie menoleh dan menatap Jung Soo, pelayan tua ini memang sepertinya ditugaskan untuk mengawasi dan mengurusinya karena selain para pelayan perempuan yang bertugas membersihkan kamar dan pakaiannya, hanya pelayan tua inilah yang selalu membawakan makanan untuknya. Jennie mengawasi lelaki dengan gurat-gurat yang dalam di wajahnya, pertanda usia dan pengalaman hidupnya, lalu menghela napas panjang. Wajah lelaki ini tampak teduh, mengingatkannya kepada ayahnya, hingga mau tak mau ekspresi Jennie melembut,
"Bagaimana aku bisa beristirahat kalau aku tidak tahu dan terus menerus cemas akan apa yang akan terjadi pada diriku nantinya?"

Jung Soo berdiri di sana, ragu, dia melirik nampan makanan yang penuh itu dan berpikir bahwa mungkin Jennie juga tidak akan mau memakan makanan yang disediakan untuknya. Nampan-nampan yang kemarin dibawanya keluar, semuanya masih utuh, Jennie hanya minum dan tidak menyentuh makanannya, sepertinya mogok makan adalah salah satu bentuk pemberontakan Jennie sebagai protes atas perlakuan Taeyong kepadanya. Jennie harus makan, dia akan membutuhkan segala kekuatan yang bisa diperolehnya nanti.

"Anda harus memakan makanan anda nona Jennie, anda akan membutuhkannya." Jung Soo meyuarakan pemikirannya, melihat Jennie menghembuskan napas enggan, "Tuan Taeyong tidak akan melukai anda selama anda tidak berbuat hal-hal nekat untuk melarikan diri."

"Aku tidak akan bisa melarikan diri dalam penjagaan seketat itu." Jennie mencibirkan bibirnya, "Kenapa tuanmu menyekapku seperti ini? Jikalau memang aku adalah kegagalan dalam reputasi membunuhnya, kenapa dia tidak langsung membunuhku saja?"

Jung Soo tercenung mendengar pertanyaan Jennie itu. Oh dia sungguh ingin menjawab. Jawaban itu sudah terkumpul di ujung bibirnya, menunggu untuk dimuntahkan. Tetapi tuan Taeyong sudah memaksanya untuk bersumpah agar menutup mulutnya sampai waktunya tiba, dan Jung Soo tidak berani melanggar sumpahnya.

DATING WITH THE DARK || JENYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang