Happy reading 💚💚
“Kau amat sangat mengingatkanku kepada seseorang.” Kalimat Johnny itu menggantung di udara, membuat Jennie mengerutkan keningnya. Apakah maksud Johnny dia mirip seseorang yang di kenal oleh Johnny?
“Mungkin itu hanya kebetulan.” Jennie menjawab, mencoba memberikan senyuman professional meskipun dia gugup setengah mati. Johnny mengamati Jennie lagi, lalu mengangkat bahunya, “Mungkin juga.” Gumamnya. Lalu menganggukkan kepalanya dengan sopan dan melangkah pergi. Sementara itu Jennie menatap Johnny sampai menghilang di balik pintu, dan tersenyum senang. Jisoo pasti akan histeris kalau tahu bahwa Johnny menyapanya.
Dan benar. Jisoo berteriak histeris ketika Jennie menceritakan sapaan Johnny yang terakhir tadi. “Dia menyapamu? Dia benar-benar menyapamu?” Jisoo berucap dengan nada tinggi, hingga Jennie harus menyenggolnya karena semua orang di kantin itu menolehkan kepalanya kepada mereka.
“Dia bilang aku amat sangat mengingatkannya kepada seseorang. “ Jennie merenung sambil menopang dagu, “Dan dia menekankan kepada kata ‘amat sangat’, bukan hanya biasa-biasa saja.”
“Mungkin kau mirip dengan mantan pacarnya.” Jisoo mulai berimajinasi, “Mungkin dia kemudian memutuskan mendekatimu, dan dalam waktu enam bulan Johnny di sini kau bisa mengambil hatinya, bayangkan seorang staff biasa bisa merengkuh hati orang dengan jabatan paling tinggi di perusahaan, itu seperti kisah cinderella.”
“Dan kisah cinderella semacam itu kebanyakan sangat jarang terjadi.” Sela Jennie cepat.
“Siapa bilang?” Jisoo tersenyum penuh arti, “Sangat jarang belum tentu tidak terjadi bukan? Apakah kau tahu siapakah Serena Marcuss, ibu dari Johnny dan isteri dari Damian Marcuss? Dia dulu staff biasa di perusahaan Demian dan kemudian dia bisa menjadi istri Damian Marcuss.”“Dari kisah yang aku dengar, Damian Marcuss sangat mencintai isterinya, dia yang dulu seorang playboy langsung bertekuk lutut.” Jennie tersenyum, dia selalu senang membahas kisah percintaan bos mereka yang ada di kantor pusat, karena menurutnya kisah cinta itu luar biasa indahnya. Perkawinan mereka terbukti bertahan dengan kokoh dan menghasilkan dua anak yang luar biasa, Johnny salah satunya.
“Nah... mungin saja Johnny akan mengikuti jejak ayahnya, mencintai perempuan biasa-biasa saja, alih-alih menikahi pacar-pacarnya yang model dan dari kalangan jetset itu. Mungkin saja kita bisa menjadi Sarena berikutnya.”
“Jangan bermimpi.” Jennie tersenyum, “Johnny Marcuss luar biasa tampannya, hingga hampir mendekati malaikat, hanya perempuan luar biasa yang bisa menjadi pasangannya.” Jennie memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan dari pembahasan mereka tentang Johnny, karena kalau dibiarkan, Jisoo yang antusias tidak akan berhenti, “Aku akan menelepon Hanbin.”
“Oh ya ampun, jadi belum kau lakukan?” Jennie menghela napas panjang, “Belum. Tadi aku sibuk.” Jennie berkelit membuat Jisoo mencibir.
“Lakukan sekarang, sebelum kau berubah pikiran.” Perempuan itu lalu berdiri, “Aku akan kembali ke ruangan, Pak Minho sedang uring-uringan, bisa-bisa aku disemprot kalau tidak kembali ke kantor tepat waktu.”
Jennie mengangguk tetapi setelah Jisoo berlalu pun, dia masih menekuri ponselnya dan memandanganya ragu, Jennie merindukan Hanbin dan jauh di dasar hatinya ada rasa sakit karena menyadari bahwa Hanbin tidak merasa perlu menghubunginya. Bukankah kalau dia ada di benak Hanbin, lelaki itu akan menghubunginya dan memberi kabar? Haruskah dia menelpon Hanbin duluan? Jennie menghela napas panjang, kemudian jemarinya memijit nomor ponsel Hanbin, nomor yang amat sangat dihapalnya karena beberapa kali dia mencoba menelepon tetapi kemudian menahan dirinya.
“Halo?” Suara Hanbin diseberang sana menohok kerinduan Jennie, “Jennie?” lanjut Hanbin ketika melihat nomor penelponnya. Jennie tanpa sadar menganggukkan kepalanya meskipun Hanbin tidak bisa melihatnya, “Ya ini aku. Kau, kau lama tidak ada kabar, aku mencemaskanmu. Bagaimana keadaanmu Hanbin?”
KAMU SEDANG MEMBACA
DATING WITH THE DARK || JENYONG
Fanfic[WARNING 21+ MATURE CONTENT] Jennie mempunyai trauma masa lalu, kecelakaan yang dialaminya yang menewaskan ayahnya membuatnya selalu dibayangi oleh ketakutan dan teror. Tetapi dengan bantuan psikiaternya dia berhasil melewati rasa trauma itu dan mel...