Happy reading 💚💚
[Satu tahun sebelum kecelakaan Jennie dan Ayahnya]
"Kenalkan ini Taeyong, dia akan mengawal ayah." Profesor Jidi, ayah Jennie membawa lelaki tampan itu ke ruang tamu tempat Jennie sedang duduk dan membaca novel kesukaannya. Jennie terkesiap ketika melihat tamu yang dibawa ayahnya itu. Astaga! Lelaki itu sangat tampan, bagaikan ciptaan dewa, dengan mata gelap dan pekat serta garis wajah yang kuat, bagaikan dewa Yunani.
Lelaki itu mengulurkan tangannya dan Jennie langsung membalasnya dengan gugup, menciptakan senyum tipis di bibir lelaki itu, "Saya Taeyong. Atasan ayah anda yang juga atasan saya, menugaskan saya untuk menjaga profesor Jidi."
"Kenapa harus dijaga, ayah?" Jennie menoleh ke arah ayahnya sambil mengernyitkan keningnya, bingung.
Profesor Jidi melemparkan tatapan bingung ke arah Taeyong, tetapi lelaki itu malahan memasang wajah datar, tidak mau membantu, membuat profesor Jidi sibuk sendiri memikirkan alasannya, "Ayah sedang menangani proyek penting dan rahasia, sayang."
"Proyek rahasia?" Jennie masih mengerutkan keningnya, ayahnya adalah profesor di bidang matematika yang sangat ahli. Tetapi apakah ada sesuatu yang berhubungan dengan matematika yang bisa dianggap penting, rahasia dan membahayakan?
Taeyong menatap Jennie yang tampak bingung, lelaki itu lalu memasang senyumnya yang paling manis, "Apakah kau mau membantuku Jennie? Aku agak kesulitan mengucapkan beberapa patah kata bahasa di sini, mungkin kau bisa mengajariku."
Lelaki ini memang bukan orang sini, dan logatnya terdengar sangat aneh. Dilihat dari mukanya yang klasik dan rambutnya yang kecoklatan Jennie menebak kalau lelaki ini adalah orang Eropa. Wajahnya terlalu klasik untuk menjadi orang Amerika.
Taeyong mengangkat alisnya dan melihat Jennie yang sedang mengawasinya, "Italia." Gumamnya santai, seolah mampu membaca pikiran Jennie dan seketika itu juga membuat pipi Jennie memerah karena tertebak apa yang sedang dipikirkan oleh benaknya. Ah, orang Italia. Pantas saja. Jennie menahan senyum, "Aku akan membantumu." Jawabnya ramah, senyumnya begitu ceria membuat Taeyong yang muram mau tak mau ikut tersenyum lebar.
Profesor Jidi melihat perubahan ekspresi Taeyong yang menjadi hangat itu, dia melirik Jennie, puterinya yang sangat cantik dan bercahaya, yah siapapun orangnya biasanya mereka akan mudah luluh kalau sudah mengenal Jennie. Lelaki itupun dalam hatinya tersenyum, Jennie, anugerah terbesar dalam hidupnya. Dia sangat beruntung bisa memiliki putri seperti Jennie.
***
Ketika mereka sedang berdua di ruang kerjanya, suasana berubah menjadi sangat serius. Profesor Jidi duduk di sana, menatap dalam-dalam ke arah Taeyong yang diam dan tenang, sungguh susah membaca ekspresi lelaki ini. Lelaki ini tiba-tiba dikirimkan oleh organisasi tempatnya menerima pekerjaan khusus, katanya untuk menjaganya, karena misinya berbahaya dan melibatkan perubahan dunia, tetapi Profesor Jidi bukan orang bodoh, dia tahu ada sesuatu yang aneh, yang direncanakan oleh orang-orang penting dalam organisasi berbahaya tempat dia bekerja sekarang.
Profesor Jidi mendesah dan menghela napas panjang, dia sebenarnya tahu bahwa menerima pekerjaan dari organisasi ini cukup berbahaya, misi organisasi itu bukanlah misi biasa, melainkan rencana menggulingkan kekuasaan di sebuah negara. Tetapi Profesor Jidi terjepit, dia terlilit hutang yang luar biasa besar, sebagai lelaki dia memang sangat jenius dan sempurna dibidang akademis, tetapi kejeniusannya itu membawa kelemahan pada dirinya, dia kecanduan berjudi. Berjudi membuat otaknya berputar, memikirkan rasio demi rasio matematika dalam memperhitungkan kemenangannya, sayangnya, kepandaian analisa dan matematikanya tidak selalu membawanya kepada kemenangan. Dua bulan yang lalu, dia kalah berjudi dalam jumlah yang sangat besar. Begitu besarnya sampai jika seluruh hartanya dijual, tidak akan mencukupi untuk membayar hutang judinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DATING WITH THE DARK || JENYONG
Fiksi Penggemar[WARNING 21+ MATURE CONTENT] Jennie mempunyai trauma masa lalu, kecelakaan yang dialaminya yang menewaskan ayahnya membuatnya selalu dibayangi oleh ketakutan dan teror. Tetapi dengan bantuan psikiaternya dia berhasil melewati rasa trauma itu dan mel...