7. Precious

154 13 11
                                    

Selamat membaca

•••

Pagi di rumah nenek. Waktu sudah menunjukkan pukul 6.01, tapi di lantai dua belum terlihat ada kehidupan. Lampu tengah masih menyala. Pun lampu luar yang belum dimatikan. Gorden juga masih tertutup.

Menyadari belum ada yang bangun di lantai dua, Danny---ayah Zidan, Zara, Zain---yang memang sengaja mampir di pagi hari, menaiki tangga bermaksud membangunkan.

Di anak tangga terakhir, terlihat posisi tidur tidak beraturan dari anak dan keponakannya. Yang tidur di kamar hanya perempuan, Yena dan Zara. Laki-laki semua tertidur di ruangan tengah di atas karpet.

Eksistensi sang paman mengalihkan atensi Karel dari memungut bungkus makanan ringan yang masih belum masuk kresek sampah. Mengangkat bahu, Karel sudah menyerah membangunkan semua yang malah tidur lagi di karpet. Benar, semalam mereka tidur di kamar, tapi kembali tidur di karpet setelah dibangunkan.

Ada kresek agak besar di pojok ruangan, dekat balkon yang ia yakini sampah makanan. Beberapa mainan---uno stacko, uno kartu, monopoli, catur, dan lainnya---yang selalu dimainkan mereka ada di meja tv.

"Bangun, bangun," ucap Danny sembari memukul besi pegangan tangga menuju lantai tiga.

Suara memekakkan telinga mengganggu tidur semuanya. Yena membuka pintu kamar, diikuti Zara. Alen mengusap wajah, lalu duduk sambil menguap ditutupi tangan. Alan mengerjapkan mata dan duduk untuk mengumpulkan nyawa. Zidan masih di posisi sama.

"Om, masih pagi. Lagian ini tanggal merah," gumam Zishan mengubah posisi tidurnya menjadi membelakangi Danny.

Kale keluar dari kamar mandi. Sudah terlihat rapi, sepertinya sudah mandi juga.

"Udah mandi, Le?" tanya Danny ketika Kale lewat di hadapannya.

Mendapat pertanyaan, Kale berhenti untuk menoleh dan menjawab, "Belum. Baru cuci muka sama sikat gigi."

"Mandi, Le. Abis lo, gue," ucap Karel.

"Malesssss. Ngapain mandi pagi? Gak akan ke sekolah juga," balas Kale.

"Mandi, Kale," ucap Karel.

Kale berdecak, lalu mengalah dan kembali ke kamar mandi. Karena kebiasaan dan tuntutan di rumah Baskara, Karel dan Kale selalu jadi yang pertama dan kedua bangun saat sedang berkumpul. Menjadi yang pertama dan kedua rapi juga.

"Semuanya cepet bangun. Yang gak bangun siap-siap ditinggalin," ucap Danny, berbalik untuk menuruni tangga.

"Mau ke mana emang, Om?" tanya Karel.

"Katanya kalian pengen ke pantai pas ditanya di grup," jawab Danny.

"Loh, jadi sekarang?" tanya Alan, sudah berkumpul semua nyawanya.

"Ya, iya. Semalem vote, kan, buat hari ini. Buat besok-besok kita vote lagi."

Jawaban Danny sontak membuat semua terbangun. Hanya ada dua kamar yang memiliki kamar mandi di dalam. Alan-Alen memasuki kamar untuk bersiap mandi. Pun Yena dan Zara yang sedari tadi duduk di anak tangga. Sisanya, berlari ke bawah untuk memasuki kamar mandi yang kosong---kecuali Karel yang menunggu Kale.

BungsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang