Selamat membaca
•••
Pagi cerah di hari Jumat, anak bungsu bernama lengkap Kale Aidan Baskara tampak menikmati sarapan yang dihidangkan di meja makan. Sejak kemarin sepulang sekolah, rumahnya benar-benar terasa damai, tidak ada pertengkaran yang terdengar. Jelas saja, suasana hati Kale menjadi baik pagi ini. Terlebih, sikap orangtuanya kemarin yang memanjakannya lagi.
Selesai dengan sarapan tanpa pembicaraan, remaja pemegang juara kelas itu menarik tisu, lalu mengelap bibir dari minyak dan sisa makanan. Sebelum beranjak, Kale memeriksa tas sekolah---berjaga-jaga takut ada yang tertinggal. Melihat semua buku dan keperluan lain yang sudah lengkap, ia mendorong kursi. Kakinya melangkah untuk menyimpan piring bekas di tumpukan piring cucian.
"Nanti ekskul dulu, Le?" tanya Rania, kala melihat bungsunya kembali ke meja makan untuk berpamitan.
"Iya, Bu," jawab Kale, menggendong tasnya. "Hari ini, Kale yang jadi pemateri."
Rama membalikkan sendok dan garpu. "Widihhh, gaya bener jadi pemateri," ucapnya, merasa bangga sang putra yang terus berkembang. "Materi apa?"
"Question tag," jawab Kale, meraih gawai meja makan, bersamaan pesan masuk.
Maudy
Le jgn lupa nanti pemateri
📄question tagaman
Lu mau jam 1 apa jam 2 masuknya?
2 deh, biar santai
Ok, biar Oqi handle dulu sampe jam 2
Jgn lupasiap bu ketu🫡
Kale menunjukkan pesannya dengan Maudy kepada Rama dan Rania. "Keren gak, sih, Kale jadi pemateri lagi?" ucapnya, diakhiri tertawa kecil. "Mana ini request dari anak kelas 10 yang pengen Kale lagi pematerinya."
Mendengar kalimat itu, Rania tersenyum dan berucap, "Iya, dong, anak Ibu dua-duanya keren."
Rama terkekeh mendengarnya. Pria itu kemudian mendorong kursi dan berjalan menghampiri si bungsu. Tangannya mengusap rambut Kale. "Ayo, Ayah antar. Nanti Ayah jemput juga," ajak Rama.
Kale mengangguk dan tersenyum. Ia menoleh ke arah sang Ibu. "Kale berangkat, ya, Bu."
"Hati-hati, ya."
•••
Kegiatan Belajar Mengajar sudah selesai sejak sepuluh menit lalu. Beberapa siswa ada yang memilih untuk diam di kelas hanya sekadar bercengkerama, lainnya memilih langsung pulang. Sementara, siswa-siswa yang mengikuti ekstrakulikuler dengan cepat menuju ruangan tujuan.
Kale menyentuh layar smartwatch yang melilit di tangan kanannya. Belum pukul dua, dan ia belum mau menuju ruangan di mana ekstrakulikulernya dilaksanakan. Anak itu masih memahami ulang materi yang akan diberikan---bermaksud supaya dapat menjawab semua pertanyaan.
"Le, ayo!" ajak Fina yang memang sama-sama mengikuti ekstrakulikuler English Club.
Mendapat ajakan, Kale mengunci gawainya, lalu menggendong tas dan berjalan mengikuti Fina.
"Gaya bener jadi pemateri lagi," ucap Fina, memecah hening di antara langkah.
Kale menoleh, terkekeh. "Kale gitu, lho."

KAMU SEDANG MEMBACA
Bungsu
Teen FictionEkspektasi dan tuntutan yang tinggi membuatnya kehilangan tujuan hidup. Tidak terhitung sebanyak apa mimpi yang sirna bahkan yang belum sempat ia ucap. Terlalu banyak memendam rasa, menghancur hidupnya secara perlahan. Menjadi saksi bagaimana kakak...