Menanti fajar dengan rasa yang masih wajar,
Penuh harap, kadang juga hati dirasa gusar.
Semilir angin lembut menusuk tulang,
Mengelus daun di dahan pohon yang menjulang.Sayu senyap aroma pagi melekat,
Merambat di udara dengan cepat.
Sahut menyahut panggilan subuh,
Menyatu dalam satu frekuensi yang utuh.Namun... ada tubuh-tubuh masih bergeletakan di atas ranjang empuk berbalut beludru,
Juga tak sedikit yang beralaskan tikar dan koran berselimutkan nasib pilu.Sekejap aku terkesiap,
Merangsang sadar, menatap nanar.
Bising deru mesin di jalan, melaju pesat menembus embun bagai kilat.
Bukankah mereka semua sama?
Sama dalam satu tujuan, mengais dengan penuh harap dari setitik noktah rizki Tuhan._
__________________________________
Interpretasi Puisi :Terkadang, dalam keindahan pagi yang menenangkan,
Kita terdampar pada kenyataan yang mencemaskan.
Ada yang beruntung dengan kasur empuk dan hangat,
Namun tak sedikit pula yang berjuang di tengah kesulitan dan bebatuan rintangannya.Kita hidup dalam perbedaan yang mencolok,
Namun tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam hati masing-masing.
Di balik kesibukan dan kehidupan yang berjalan cepat,
Kita semua mencari arti dan makna, tak terkecuali mereka yang berjuang di jalanan terjal.Dalam kehidupan yang tak pernah berhenti berputar,
Kita harus saling mengerti dan berempati satu sama lain.
Hidup tak selalu adil dan tidak setiap langkah memiliki jalan yang mudah,
Namun, kita dapat berbagi dan memberikan kebaikan kepada sesama manusia.Mungkin, saat fajar menyingsing dengan keindahannya, Kita bisa melihat kehidupan dengan mata yang lebih bijak dan penuh rasa.
layaknya dahan pohon yang menjulang,
Menggapai mimpi dan membawa harapan bagi mereka yang masih berjuang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Eksistensi
PoetryMemuat tentang kumpulan puisi Reflektif-Filosofis yang muncul dari Perenungan penulis tentang eksistensi alam, jiwa manusia dan antropologi. "Melodi Eksistensi" memungkinkan kita untuk lebih mendalami pertanyaan-pertanyaan filosofis yang mendasar te...