•My Bestfriends||10||•

98 109 46
                                    

HAPPY READING


Warning : typo bertebaran

Dira yang memerhatikan mereka yang sedang asyik bercanda gurau merasa hatinya di iris iris, semua karna papi nya.

"Kenapa dunia ga adil sama aku?" batin Dira, Dira pergi meninggalkan tempat itu. Ia memutuskan untuk pulang kerumahnya, karna ia rasa semakin lama melihat teman temannya semakin sakit pula hatinya.

"Tadi lo ngomong apa aja sama Dira?" tanya Dasha pada Bella.

"Ngga ada, dia cuma bilang kalo dia masih mau temenan sama kita, dia akan berusaha membuang jauh jauh rasa suka sama Arka" jawab Bella yang sedang sibuk mencuci tangan.

"Ni ya Bell, gue tu mau mau aja temenan sama Dira, tapi lo tau sendiri Dira gimana kan? Dia egois bro" ucap Haikal.

"Iya itu salah satu yang buat kita gasuka sama dia, coba lo bilang sama Dira kalo dia bisa buang rasa egois nya kita mau temenan lagi sama dia" ucap Izhar yang di angguki Haikal dan Arka.

"Yaudah deh nanti gue coba bilang sama dia" ucap Bella.

Mereka semua membersihkan sisa makanan dan membuangnya, hari sudah semakin sore kini mereka memutuskan untuk pulang kerumah.

Beberapa jam akhirnya mereka sampai juga di rumahnya masing masing, Bella sedang membersihkan tubuhnya. Lalu ia turun ke bawah untuk makan malam bersama orang tuanya.

"Papa, mama" sapa Bella tak lupa dengan senyuman manisnya.

"Eh anak papa udah pulang?" tanya papa Ibrahim.

"Udah dong pa, ngapai lama lama coba" jawab Bella yang mengambil kursi dan duduk.

Mama Indri meletakkan sayur beserta lauk dan nasinya, mereka mulai dengan acara makan makannya.

Sampai lah di jam 22:15 Bella kembali ke kamarnya, ia merasa ngantuk dan cape jadi dia pamit untuk tidur.

"Ma, pa Bella pamit tidur duluan ya" ucap Bella lalu pergi menuju kamarnya.

"Iya nak, selamat tidur" ucap papa Ibrahim.

Bella masuk ke dalam kamarnya, sebelumnya ia mencuci muka lalu merebahkan dirinya di tempat tidur.

*****

"PI, SEMUA GARA GARA PAPI COBA AJA PAPI GA NYURUH MEREKA BUAT BERTEMAN SAMA AKU, MUNGKIN SEKARANG AKU GA BAKAL KAYAK GINI!!!" teriak Dira pada sang papi.

"Kamu jangan keterlaluan, masih bagus papi peduli sama kamu, kalo papi tidak peduli mungkin papi tidak akan membesarkan mu, siapa lagi kalo bukan papi yang mengurusmu! Mami mu? Jangan mimpi!" tegas sang papi.

"PAPI JANGAN PERNAH NYALAHIN MAMI, SEMUA BUKAN KESALAHAN MAMI TAPI JUGA KESALAHAN PAPI!"

"Kamu masih kecil Dira! Sudah hebat kamu membentak papi mu? Kalo bukan karna papi mungkin sampai sekarang ini kamu tidak akan punya teman!" bentak sang papi.

"SAMA AJA TOH SEKARANG AKU UDAH GA PUNYA KAWAN! SEMUA TEMEN AKU PASTI SELALU BERSANGKUT PAUT SAMA PAPI, PI APAKAH AKU GA BOLEH PUNYA TEMEN YANG BENER BENER TEMEN? APAKAH AKU AKAN MENDAPATKAN TEMEN PALSU?" ucap Dira sambil menangis

"Papi bukan bermakud seperti itu nak, papi cuma ga mau kamu terlalu fokus ke teman teman kamu dan malah cuekin papi, papi disini cuma punya kamu nak" tutur sang papi sambil memeluk putrinya dengan lembut.

"Tapi ga begini caranya pi, liat sekarang Dira udah ga punya teman lagi, siapa sekarang teman Dira pi? Siapa hikss" kini suara Dira lembut pada sang papi.

"Maafin papi nak, papi akan bicara sama teman teman kamu agar mau berteman lagi sama kamu" sang papi mencium lembut kening sang putri lalu menyuruhnya tidur karna jam sudah menunjukkan set 12.

Dira masuk ke dalam kamar, ia mengambil ponsel nya dan membuka galeri, ia memperhatikan foto yang terdapat mami dan papi beserta dirinya waktu kecil.

"Mi, mami dimana? Dira kangen mi" gumam Dira sambil menangis.

Dira mulai memejamkan matanya perlahan sambil memeluk ponsel yang memperlihatkan foto keluarga kecilnya itu.

Keesokan paginya Dira bangun dan kepalanya tiba tiba merasa pusing, cepat cepat Dira keluar kamar untuk memanggil sang papa.

Saat pintu sudah terbuka Dira pingsan di depan pintu, sang papi yang kebetulan mau keluar kamar melihat putrinya terbaring tak sadarkan diri di depan kamar pun langsung berlari menghampiri.

"Dira! Kamu kenapa?" tanya sang papi sambil menggoyangkan tubuh Dira.

Sang papi langsung mengangkat tubuh Dira menuju garasi mobil berniat membawa sang putri ke rumah sakit.

Sesampai dirumah sakit Dira langsung di tangani oleh sang dokter, 15 menit menunggu akhirnya pintu ruangan terbuka memperlihatkan sang dokter.

"Gimana kondisi putri saya dok?" tanya papi Dira.

"Mari ikut saya pak" ajak sang dokter. Papi Dira mengikuti sang dokter ke ruangannya.

"Silahkan duduk pak, saya akan memberitahukan kondisi putri bapak" suruh sang dokter yang mempersilahkan papi Dira duduk.

Papi Dira pun duduk lalu mulai mendengarkan omongan dari dokter.

"Sebelumnya saya ingin memberitahukan bahwa anak bapak mengidap penyakit leukimia, dan itu bukan sembarang penyakit pak, kondisi tubuh anak bapak sekarang tidak memungkinkan, jadi saya mau anak bapak setiap minggunya termoterapi agar anak bapak bisa pulih kembali, untuk sementara ini putri bapak harus di rawat sampai keadaannya benar benar pulih" ucap sang dokter panjang lebar.

"Leukimia dok?" tanya papinya sekali lagi.

"Bener pak leukimia" jawab sang dokter sekali lagi.

"Bisa sembuh kan dok?"

"InsyaAllah bisa pak, anak bapak harus menjalani termoterapi satu minggu tiga kali, agar kami juga bisa memantau perkembangan anak bapak" tutur sang dokter.

"Baiklah dokter kalau begitu, saya pamit" papi Dira keluar dari ruangan dengan tatapan kosong. Ia tak menyangka bahwa anaknya mengidap penyakit yang bisa membahayakan nyawanya.

Tbc.


Next Chapter
Jangan lupa vote, komen dan follow


My Bestfriends (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang