02. Tentang Zay.

493 26 0
                                    

Follow akun aku belum?
Follow dulu, yuk!!!

°

°

°

• Tidak pernah ingin mengecewakan, itu sebabnya memilih apapun yang menjadi keputusan • ...

-~ 01~-

Hembusan nafas pelan terdengar dari sosok pemuda yang kini baru saja sampai dikota tempat kelahirannya. Pemuda yang menggunakan sarung hitam serta peci hitam dan koko putih itu berdiri menatap penatnya kota, itu.

"Alhamdulillah, nyampe juga." gumamnya pelan.

Melihat ke sekelilingnya, mencoba mencari Supir yang akan menjemputnya. Namun nihil. Sang Supir tidak terlihat, disana. Ah, sepertinya sang Supir telat datang.

Pemuda itu mendudukkan bokongnya di salah satu kursi yang tersedia disana. Mencoba memikirkan alasan apa yang membuat kedua Orangtuanya menyuruhnya pulang.

"Semoga bukan ada hal yang macam-macam." lirihnya.

Muhammad Zaydan Fathurrohman.

Anak dari pasangan Rayhan Ar-rosyid dan Amelia Fajrany. Zaydan yang kerap disapa Zay merupakan anak pertama dari pasangan tersebut.

Sudah sejak lama Zay tidak menginjakan kakinya di kota kelahirannya itu. Bukan tanpa alasan, baginya, tempat yang sudah menjadi rumah kedua untuk Zay sudah sangat membuat Zay nyaman. Itu sebabnya Zay lebih memilih tinggal berlama-lama, disana.

Iya, Zay memang tidak tinggal bersama Amel dan Ray. Kedua Orangtua nya sepakat memasukan Zay ke dalam pondok pesantren tempat dimana Amel menuntut 'ilmu, dulu.

Sejak usia Zay menginjak 12 tahun, lebih tepatnya saat Zay baru keluar dari sekolah dasar, Zay sudah bersi keras ingin mondok. Bukan apa-apa, Amel-Ibunda Zay sering kali menceritakan bagaimana serunya kehidupan didalam pondok. Itu sebabnya Zay menginginkan, juga.

Amel sempat melarang Zay mondok di usia yang masih terbilang kecil, itu. Namun ke kukuhan Zay, akhirnya Amel mengizinkan putranya untuk pergi ke tempat suci, itu.

Zay kini berusia 23 tahun. Terhitung sudah 11 tahun Zay dipenjara suci, itu. Zay sangat menikmati hari demi hari yang terlewat, disana. Tidak ada kesibukan Zay selain mengaji dan mengajar. Iya, Zay sudah dipercaya oleh kiyai untuk mengajar santri kelas menengah. Entah itu mengajar Al-qur'an atau kitab kuning. Dan ya, dengan senang hati Zay menuruti keinginan sang Guru tercintanya.

Sempat ada keinginan Zay untuk mencari keberkahan dari Guru lain, bisa dibilang Zay ingin pindah dari sana, namun merasa tidak enak karena Pak Kiyai sempat menyuruhnya tetap disana. Bukan karena egois, tapi disana Pak Kiyai memang membutuhkan bantuan Zay untuk mengajar.

Pak Kiyai sendiri mempunyai 2 anak. Yang pertama berusia 18 tahun dan masih mondok dikota orang, sedangkan yang kedua berusia 10 tahun yang masih sekolah dasar. Itu sebabnya belum ada yang bisa membantu Pak Kiyai, disana.

Zay lebih nyaman memanggil Pak Kiyai dengan sebutan Abah, karena memang dipondok para santri menyebut Abah pada Kiyai Zayyid.

Selain Zay santri paling lama disana, Zay juga memiliki ikatan saudara dengan Abah Zayyid. Amel memanggil Abah pada Kiyai Zayyid memang seharusnya. Katanya, memang ada turunan dari leluhur mereka. Entah itu Nenek, atau dari Buyut. Untuk hal itu, Zay pun tidak mengetahuinya.

Setulus Cinta Ustadz ZaydanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang