06. Satu Hari Sebelum Akad.

172 18 0
                                    


Selamat Membaca!

“Do'a lu terkabul, Syaf!”

Syafa menutup kedua telinganya saat mendengar pekikan melengking dari salahsatu teman laknatnya. Zia—teman Syafa yang paling heboh itu tidak menyangka akan apa yang dikatakan oleh Syafa. Bagaimana mungkin Zia percaya, seorang Syafa menikah dengan Om-Om, masa iya? Namun ya memang itu kebenarannya, kan?

“Berisik anjir!” ketus Syafa. 

“Tapi bener lu dijodohin sama laki-laki yang usianya terpaut hampir enam tahun sama, lu? Gue rasa Orangtua lu gak se–tega itu deh, Syaf!” ucap Seli, teman paling kalem dari dua teman milik Syafa. 

“Terus apa gunanya gue nge bohongin kalian, huh? Nyatanya emang begono! Gue dijodohin gara-gara kemaren itu loh pas kita ke mall dan pulang gak inget waktu karena main dulu ke–rumah lu. ah, gimana dong?” lirih Syafa di akhir kalimatnya. 

Kedua temannya mengangkat bahu pertanda mereka pun tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Membantu? Dengan cara apa? 

“Bantuin gue kabur dong, gak papa kalian bawa gue kemana aja!” ucap Syafa mengeluarkan ide konyolnya. 

Keduanya menggeleng pertanda tidak setuju. “Gue tau Bokap, lu. Gue gak mau nyerahin diri gue ke–kandang Macan!” tolak Zia mentah. 

Iya, mereka tau bagaimana keras dan galaknya Jaka. Hanya saja nasib Malang harus menimpa Jaka karena memiliki anak seperti Syafa. Iya, tidak punya rasa takut sama sekali!

“Hooh, gue gak mau juga!” timpal Seli. 

“Ah elah, gak asik ah! Terus nasib gue gimana dong ini?!” lirih Syafa meratapi nasib Malang menurut dirinya. 

“Sabar ya, kita do'ain yang terbaik buat lu.” ucap Seli mengusap lembut bahu Syafa.

Sedangkan Zia, gadis itu kini tengah membayangkan wajah Om-Om yang dijodohkan dengan Syafa. Kumis tebal, hidung pesek, perut yanh buncit dan satu lagi, sifat galak. Oh tidak! Malang sekali nasib temannya, ini. Semoga Orangtuanya tida sama seperti Jaka dan Fatma. Masa iya gadis bahenol seperti Zia harus mendapatkan laki-laki macam begono, kagak mau, lah!

“Apa gue datengin aja ya si Om, itu? Terus gue mohon mohon sama tuh orang, siapa tau dia mau batalin perjodohan ini.” lagi, ide macam apa ini? Ah sudahlah!

“Please lah ya, kalau dia lapor ke Bopak lu gimana? Nanti yang ada lu juga yang jadi imbasnya, punya otak kok kagak dipake, sih!” seru Seli yang mendapatkan anggukan mantap dari Zia. 

Kini ketiganya berada didalam kamar milik Syafa. Jangan tanyakan kenapa mereka berada disana, karena itu sudah pasti permintaan Syafa. Syafa sengaja dikurung didalam kamarnya, Jaka sudah tau bagaimana watak anaknya itu, jika dibiarkan bebas dalam waktu dekat pernikahannya, maka sudah dipastikan kalau Syafa akan kabur.

“Emang Om-Om itu jelek apa ganteng, Syaf? Maksud gue, kalau dia ganteng mah gak papa kali, Bagus juga buat jagain lu, kan? Setidaknya gak malu-maluin, lah.” tanya Seli. 

“Boro ganteng, dia itu berkumis, badannya gede, pake kaca mata, pendek, tembem pula, ah pokoknya serem, kagak ada cakep-cakep nya!” jawab Syafa gencar menjelekan Zay dihadapan teman-temannya.  Belum tahu saja seorang Zaydan jika berada didalam pondok. Ustadz tertampan, terdingin yang menjadi banyak incaran kaum hawa!

Keduanya merinding mendengar ciri-ciri yanh disebutkan Syafa barusan. Jika seperti itu, maka nasib Syafa benar-benar memprihatinkan.

Jam menunjukan pukul 20:00. Sudah waktunya Zay istirahat. Namun kini pemuda itu masih mondar-mandir tak jelas didalam kamarnya. Iya, sengaja Zay pun disuruh tetap berada didalam kamar, kata Ayah dan Bundanya, biarkan mereka yang menyelesaikan semuanya. 

Hati Zay dag dig dug tak jelas. Perasaan gelisah sudah sejak tadi sore Zay rasakan. Perasaan takut, juga... Perasaan senang bercampur aduk. Ah tidak, Zay tidak pernah membayangkan pernikahannya akan terjadi se–cepat, ini.

“Astaghfirullah, kenapa sih nih hati nggak tenang amat?” lirih Zay mengusap tepat dibagian hati berada. 

Tadi sore, Zay sudah menghubungi Abah Zayyid di pondok, dengan segala kata maaf Zay terpaksa memberitahu rencana pernikahan yang mendadak itu lewat sambungan telepon. Zay tau, mungkin memang tidak sopan, tapi Zay bisa apa? Jarak antara rumah ke pondok sangat amat jauh, tidak memungkinkan jika Zay harus memberitahukan kesana secara langsung. 

Abah Zayyid memberikan selamat dan berkata jika Allah mengizinkan maka Abah Zayyid akan memenuhi undangan dari Zay. Dan semoga saja Allah mengizinkan.

Namun satu permintaan Abah Zayyid yang sudah disepakati oleh Zay maupun Amel dan Ray. Abah Zayyid meminta Zay untuk tetap tinggal di pondok meski sudah menikah. Alasan yang sama karena Santri membutuhkan Zay. Sempat ingin menolak namun lagi dan lagi perkataan Abah Zayyid membuat Zay mengurungkan niatnya. 

Nak Zay, Abah tau, mungkin permintaan Abah memang sudah melewati batas, tapi Nak, Abah tidak tahu lagi harus meminta tolong pada siapa. Begini, Abah sebenarnya sudah menyiapkan satu rumah dekat pesantren, tidak besar juga tidak kecil, Abah siapkan itu sudah dari jauh-jauh hari. Nak Zay tau untuk siapa rumah itu? Abah buatkan rumah itu untuk Nak Zay kelak jika sudah berumah tangga. Maaf kalau Abah lancang, Nak. Abah niatnya akan mengatakan masalah ini nanti, sesudah pasaran taun sekarang, tapi jodoh sudah menjemput kamu, Nak. Nak Zay boleh memusyawarohkan terlebih dahulu kepada keluarga Nak Zay. Jika mereka mengizinkan, alhamdulillah, tapi kalau mereka keberatan pun, Abah tidak memaksa, Nak.’

Itulah kata demi kata yang Abah Zayyid katakan. Dengan segala pertimbangan, Zay akhirnya menerima dan memilih tinggal dipondok meski sudah menikah. Menempati rumah yang entah sejak kapan dibangun untuknya. 

Selain memenuhi permintaan Abah Zayyid, Zay juga mempunyai satu rencana yang semoga saja berhasil tanpa kendala dirinya jalankan.  Ya, semoga tidak se–rumit apa yang dirinya takutkan. 

“Bismillah, semoga apa yang sudah hamba dan kedua Orangtua hamba rencanakan semua berjalan mulus diatas ridhomu, yaa Robb.” lirih Zay.

Meski belum mengantuk, akhirnya Zay putuskan untuk menutup perlahan matanya. Besok harus segar tanpa mata panda.

Tau dong setelah baca harus apa? Iya betul, setelah baca kalian harus Vote dan komen!!!










Setulus Cinta Ustadz ZaydanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang