09.

225 12 0
                                    

Ingatlah!

Bahwa terkadang, merupakan bentuk anugerah Allah untukmu saat kau tidak mendapatkan apa yang kau inginkan.

~Imam Al–Ghozali~

=

=

=

“Syafa bangun, sholat shubuh dulu,” Ucap Zay membangunkan Syafa. Tangannya iya lilit sorban agar tidak bersentuhan dengan kulit Syafa.

Iya, madzhab yang Zay ikuti adalah madzhab Syafi'iyah, itu artinya, jika kita punya wudlu, akan tetapi kulit kita bersentuhan dengan lawan jenis, sekalipun itu Istri kita, maka wudlu kita batal.

Itu sebabnya kenapa Zay melilitkan sorban ditangannya.

“Ck, apaan sih? Ganggu banget!” ketus Syafa yang masih memejamkan matanya. Bagi Syafa, sholat itu memang Fardlu, tapi tidur juga perlu, kan? Jadi ya sudah, selagi Syafa tidak meninggalkan sholat, maka biarkan saja Syafa mengerjakannya nanti.

Zay menggelengkan kepalanya pelan, mengingat kini dirinya sudah mempunyai tanggung jawab yang besar, Zay mencoba akan menambah kadar sabar pada dirinya. Jauh sekali Istrinya ini dengan ilmu agama. Begini kah anak akhir zaman? Menunda sholat hanya karena memuaskan nafsu?

“Bangun, atau saya siram!” tegas Zay. 

Tidak, omongan Zay sama sekali tidak mempan untuk Syafa. Buktinya, kini Syafa malah semakin mengeratkan pelukannya pada guling, membenamkan kepalanya disela gulinh dan bantal miliknya itu. 

Zay masih sabar, entah sampai kapan kesabarannya itu akan bertahan. “Syafa! Saya tidak main-main kalau kamu melalaikan sholat! Saya akan lakukan apa yang saya ucapkan!” tegas Zay, lagi. 

Namun lihatlah Syafa, bahkan tidak memperdulikan jika kini suara Zay sudah naik satu oktaf, Syafa masih sama kerasnya. Zay menggeram kesal ditempatnya, dengan langkah pasti, Zay berjalan ke arah kamar mandi, dan mengambil satu gayung air untuk menyiram Istri kebonya. 

Biarkan saja jika Zay dianggap tak berperasaan, toh ini demi kebaikan Syafa kedepannya, kan? Jadi, biarkan Zay melakukan apa yang seharusnya Zay lakukan.

Byurrr...

Anggap saja itu suara air yang bersilaturrahmi dengan tubuh Syafa. Syafa yang mendapatkan perlakuan demikian pun tak mampu membendung rasa kagetnya. Dengan sekali gerakan, Syafa kini sudah berdiri diatas kasur miliknya. 

“Lu! Lu apa-apaan sih, huh? Lu gila?!” bentak Syafa menatap nyalang Zay yang kini tengah bersidekap menatap datar wajah Syafa.  Bahkan dari sorot mata Zay, Zay tidak merasakan takut sama sekali pada amarah yang kini Syafa perlihatkan untuknya.

“Saya sudah bilang sebelumnya sama kamu, siapa suruh kamu noyod!” ujar Zay datar.  “Saya mau ke masjid, assalamu'alaikum,” lanjutnya langsung berjalan keluar kamar Syafa. Tak memperdulikan Istrinya yang kini tengah menyumpah serapahi dirinya. 

Syafa menggeram kesal mendapatkan perlakuan demikian dari Zay. Mau ngadu pun, pasti sudah sangat jelas kalau kedua Orangtuanya akan mendukung Menantu kesayangan mereka, kan?

“Arghhh... Dasar tua bangka nyebelin!” pekik Syafa.  Akhirnya, mau tidak mau Syafa harus berjalan sedikit lunglai ke arah kamar mandi.

Setulus Cinta Ustadz ZaydanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang