07. Hari Akad.

250 17 3
                                    


Follow dulu, yuk!!!

“Qobiltu nikahaha watazwijaha fil mahrilmadzkur haalan!”

Suara lantang terdengar nyaring di pendengaran siapapun yang kini berada didalam ruangan, itu. Kalimat berwibawa tanpa gentar sedikitpun berhasil Zaydan ucapkan.

Jika ditanya bagaimana keadaan hati Zay saat ini, maka sudah pasti Zay akan menjawab sangat amat bahagia. Syukur alhamdulillah Zay panjatkan, berkat Gusti Allah, Zay mampu melontarkan kata itu tanpa hambatan apapun. 

Suara kalimat ‘SAH’ pun kini ikut menggema menyusul suara sebelumnya. Banyak tetas airmata yang kini mengalir deras dikedua pipi orang yang menyaksikan. 

“Alhamdulillah.” lirih Amel. Tangan Amel terus digenggam oleh Ray. Istrinya itu terlihat sekali jika sedang tidak tenang, itu sebabnya kenapa Ray berinisiatif untuk menggenggam terus tangan lembut milik Amel. 

“Anak kita udah nggak sendiri lagi, sayang. Dia udah punya tanggung jawab besar mulai sekarang.” ucap Ray mengusap pelan punggung Amel. 

Amel mengangguk membenarkan. Waktu berjalan sangat cepat. Tidak terasa kini anaknya sudah bertambah lagi satu. Kini, Zay, anak yang rasanya baru kemarin Amel lahirkan sudah mempunyai kewajiban. Allah maha baik, Allah masih memberikan Amel umur yang panjang hingga saat ini.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya suara heels terdengar, disusul suara bisik-bisik para tamu undangan.

Jika boleh menebak, maka Zay tebak itu suara langkah dari Istrinya. Ah benarkah? Zay sudah punya Istri? Maa syaa Allah, sungguh tidak pernah mampu ditebak alur yang ngkau buat yaa Robb. 

Suara langkah kaki semakin dekat. Seiring degup jantung Zay yang kini serasa ingin melompat dari tempatnya. Deg-degan atuh!

Zay merasakan adanya orang yang kini duduk disebelah kursinya. Melihat dengan ekor mata, dan tepat saat itu, pandangan Zay terkunci pada sosok gadis cantik disampingnya.

Allahu, cantik sekali Istri hamba, yaa Robb.’ batin Zay. 

Kini, Syafa mengenakan gaun putih dengan kerudung yang melengkapi. Sejujurnya, Syafa sudah menolak memakai kerudung, tapi nyatanya kemauannya tidak dituruti. Permohonannya pun dianggap angin lalu. sumpah demi apapun, Syafa tidak pernah bermimpi jika dihari pernikahannya Syafa harus menutup mahkotanya. Iya, Syafa selalu menghayal jika saat dimana dirinya menjadi Ratu dalam sehari, maka rambut indahnya harus dipertontonkan. Tapi ini? Ah sudahlah! Apes memang Syafa ini!

“Bengong aja, lu!” tegur Syafa menatap malas Zay yang kini menatapnya tanpa berkedip. 

Zay tersadar. Ah, ternyata tangan Syafa sudah menggantung di udara untuk menyalaminya. Zay benar-benar terpesona kesekian kalinya pada wanita, itu. 

Sungguh, Syafa benar-benar cantik! Zay sangat mencintainya! Iya, Zay mencintai Syafa diawal mereka bertemu!

Dengan sedikit ragu, Zay memberikan satu tangannya untuk dicium oleh Syafa, sementara tangan satunya lagi Zay letakan diatas ubun-ubun milik Syafa. Merafalkan do'a yang memang harus dibacakan.

Setulus Cinta Ustadz ZaydanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang