Bab.8

3.4K 352 10
                                    

Happy reading everyone
.
.
.
.
.
.
.

“umul belapa ya huh adek lupa Abang” keluh si kecil padahal Lio pun tidak tau umurnya karena setiap ulang tahunnya dia cuma fokus sama cake ultahnya jadi yang lain pada main dia di bawah meja menjumpiti kue yang ada di atas meja dengan hati hati supaya tidak ada yak tau🦉

“umur adek 3 tahun sayang” jawab sang Dady karena gemas melihat anaknya yang kesusahan menjawab pertanyaan yang di berikan abangnya.

“nahh itu nenek Abang umul adek iga aun” seru Lio dengan menunjukkan jarinya dengan 4 jari yang di tunjukkan.

“hahahha itu empat sayang bukan 3” tawa sang momy dengan menjelaskan bahwa yang di tunjuk oleh si kecil salah.

“telus yang iga gimana” bingung Lio.

dengan segera rion pun membenari jari Lio yang tadinya empat jari yang di acungkan sekarang menjadi tiga.

“nah ini yang namanya tiga baby” ucap rion seraya menjelaskan.

“ooooo~gitu ya Abang” ucap Lio yang sekarang faham dengan penjelasan sang abang.

Percakapan pun masih berlanjut hingga jam menunjukkan waktu untuk makan siang. Para wanita di situ sibuk di dapur walau sudah ada maid tidak afdol rasanya kalo tidak masak sendiri.

Sedangkan para lelaki sibuk membicarakan masalah bisnis kalau para remaja itu sedang bermain game di ponsel mereka dan kalo ada yang bertanya di mana si kecil jawabannya dia masih tidur di kamar karena setelah bercerita dan bujuk membujuk sang Abang baru Lio mengantuk dan akhirnya tidur.

"Bik tolong makanan yang udah di tata taro di meja makan ya" ucap Oma Chan.

"Baik nyonya" sahut sang maid.

"Yuki kamu panggil yang lainnya di ruang keluarga untuk makan siang" ucap nenek Yuri.

"Baik lah ma" ucap Yuri setelah itu dia berjalan memanggil yang lain.

"Dad mari makan semua sudah selesai di siapin" ucap mommy Yuri ke Dady Lio.

"Baiklah ayo semua kita makan siang dulu" ucap opa Chan seraya berdiri dan melangkah menuju ruang makan di ikuti yang lainnya. 
Setelah sampai di ruangan makan mereka duduk di kursi masing-masing.

"Em adek gak di bangunin opa" tanya Adimas.

"Ah kalo adek nanti banguninnya setelah kita selesai makan siangnya kalo di bangunin sekarang yang ada dia rewel karena tidurnya terganggu" jawab sang opa Chan

"Ouh gitu" cicit Adimas dengan suara kecil.

Setelah itu mereka mulai jamuan makan siang bersama sama tanpa suara apa pun hanya ada suara sendok garpu dan piring yang saling bertabrakan pelan.
.

.

.
Sementara itu di kamar Lio.

Sesosok arwah mungil mulai menunjukkan tanda-tanda akan terbangun. Tak lama mata bulat itu mulai terbuka perlahan.

"Eughhh acih antuk api aper" monolog si kecil sembari mulai bangun untuk menuju ruang makan.

Namun bukannya jalan bocah arwah itu hanya melayang mempermudah perjalanannya menuju ruang makan.

Namun setelah hampir menuju ruang makan mata bulat itu tertuju pada layar televisi yang besar.

Setelahnya Lio pun melayang menuju ruang keluarga dan mulai menyalakan televisi melalui remot dan mencari siaran kesukaannya.

Wow......itu Pororo 🎶

Suara soundtrack sebuah film anak anak pun terdengar sampai ke ruang makan membuat yang ada di sana penasaran siapa gerangan yang menghidupkan televisi tersebut.

Berhubung acara makan siang sudah selesai, mereka pun mulai menuju ruang keluarga untuk menghilangkan rasa penasaran itu.

Setelah sampai mereka di hidangkan sebuah acara yang sangat manis bagi mereka. Di mana sesosok arwah anak kecil tengah mengikuti nyanyian sebuah film dari negara Korea Selatan itu.

(Mereka sudah bisa melihat Lio ya tadi mereka yang belum di buka mata batin nya meminta Rion untuk membuka mata batinnya).

"Alo ololo" nyanyian si kecil pun mulai terdengar. Dengan menggerakkan badannya mengikuti irama yang terdengar.

"Alo cemua....alo cemua"

"Ayo belmain, denan ci pololo"

"Alo cemua alo cemua"

"Ayo emain, polong polong polong"

"Polong polong polong "

"Eman aik yang elia, ingwin eci ololo"

"Eman imut yang enyenangkan"

"Polong polong polong polong, polong"

Pantat bulat yang mungil itu terlihat bergoyang kanan kiri dan tangannya di angkat di atas kepala dengan telapak tangan nya yang di buka tutup seolah mengikuti gerakan dalam nyanyian itu.

"Polong polong polong polong,polong"

"Yeyyy cudah cecai" riang nya dengan meloncat loncat di sertai tepuk tangan dari tangan mungilnya"

                                          

BABY ARWAH🦉Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang