"Apakah kau sudah kenyang?" Khom bertanya ketika dia melihat Baiboon telah selesai makan semangkuk bubur.
"Aku kenyang," kata Baiboon, menggosok perutnya dengan tangan, memberinya senyum kecil sebelum membayar kasir, kemudian mengajak Baiboon kembali ke mobil lagi untuk mengantarnya ke sekolah. Segera setelah mereka semakin dekat ke Sekolah, Khom memperhatikan bahwa ekspresi Baiboon tidak terlalu bagus.
"Kau baik-baik saja?" Khom bertanya kalau-kalau pemuda itu sakit perut atau semacamnya. Baiboon berbalik untuk terlihat Khom.
"Aku sangat bersemangat, Phi Khom. Tapi aku juga takut," kata pemuda itu. Khom mengangkat alisnya sedikit.
"Takut apa?" tanyanya.
"Yah, sekolah baru itu terlalu bagus dan mewah untukku." Pemuda itu masih mengkhawatirkan hal ini. Karena semakin dekat dengan sekolah, semakin banyak tekanan karena lingkungan di sekolah baru sangat berbeda dengan sekolah lama, begitu juga para siswa yang sekolah di sana.
"Jangan terlalu banyak berpikir. Semua sama saja di setiap sekolah. Ini baru hari pertama sekolah, jadi kau mungkin hanya merasa sedikit tegang." Kata Khom sambil tersenyum, dengan satu tangan yang dengan lembut membelai kepala Baiboo. Ini membuat pemuda itu merasa hangat di hatinya. Kepanikan dan ketakutan itu sedikit demi sedikit memudar.
"Jika kita sampai di sekolah, apa Phi Khom akan mengantarkan ku ke dalam juga?" Tanya pemuda itu lembut.
"Ya. Aku harus membawa mu menemui kepa sekolah dulu. Setelah itu, aku akan kembali," kata Khom, membuat Baiboon merasa sedikit lega.
Segera kami tiba di sekolah, Baiboon melihat keluar dari mobil dengan penuh semangat. Sejumlah besar siswa secara bertahap masuk ke sekolah. Khom menghubungi penjaga keamanan di depan pintu masuk sebelum mengemudi ke dalam dan pergi parkir di tempat parkir orang tua.
"Ambil tasnya dan keluar dari mobil," Khom memperingatkan, sementara Baiboon segera mengeluarkan barang-barangnya sendiri dari mobil. Pemuda itu buru-buru berjalan untuk berdiri di samping Khom, karena beberapa siswa menoleh untuk melihat Baiboon dengan penuh minat dan keheranan.
Khom dan Baiboon berjalan langsung ke ruang guru dengan Baiboon yang berjalan disampingnya sambil memegang tepi kemeja Khom. Lalu Khom mengajak Baiboon untuk bertemu dengan kepala sekolahnya.
.
.
"Phi Khom, apakah Phi akan kembali?" tanya pemuda itu dengan tatapan memohon.
"Um. Hei, jangan memasang wajah seperti itu. Kaubterlihat seperti anak TK yang baru masuk sekolah." goda Khom untuk menghilangkan kegugupannya.
"Aku bukan anak TK," kata pemuda itu dengan suara gemetar. Kim tersenyum kecil melihatnya.
"Kalau bukan, maka berhentilah bertingkah seolah kau dipaksa untuk sekolah. Nanti sore, aku akan menjemputmu. Aku akan duduk dan menunggu di kursi dibawah pohon itu. Mengerti?" kata Khom sambil menunjuk titik pertemuan dirinya dan Baiboon. Anak muda itu mengangguk sebelum mengangkat tangannya untuk memberi hormat
"Terima kasih," kata Baiboon, mengangguk sambil tersenyum.
"Sore nanti, aku tunggu phi Khom." kata pemuda itu sebelum Khom pergi.
"Baiklah, kalau begitu aku harus segera kembali. Kau bisa masuk dan bertemu gurumu," kata Khom, karena Baiboon keluar untuk mengantar Khom di depan ruang guru. Setelah itu kemudian dia kembali bertemu dengan gurunya.
"Kau duduk di sini dan tunggu semua orang masuk kelas dulu. Kemudian aku akan membawa mu untuk memperkenalkan diri kepada teman sekelasmu." ujar wali kelasnya, sebelum meninggalkan Baiboon untuk duduk dan menunggu di ruang guru. Sementara dia pergi keluar untuk mengecek kerapihan para siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHOM BAIBOON STORY [END]
RomanceCerita tentang Khom dan Baiboon dari Unforgotten Night :) All credit belongs to Yeo-Nim