Setelah Baiboon meminum obatnya, dia kemudian kembali tidur.
"Phi Khom, bisakah Phi mengambil ponselku dari tas? Aku tidak tahu apakah baterainya mati atau tidak."kata Baiboon karena sejak dia tiba di sini, dia tidak mengisi daya, bahkan tidak mengangkat telepon meskipun itu berdering. Khom membuka tas Baiboon dan mengambilnya. Dia melihat ada beberapa pesan yang masuk. Pria itu mengangkat alisnya sedikit saat melihat bahwa Phai-lah yang telah mengiriminya pesan sejak hari pertama Baiboon tiba di sini.
"Aku sedang sibuk..." suara Baiboon segera terdengar saat dia membalas pesan dari Phai.
"Dengan siapa kau berbicara?" tanya Khom.
"Phai mengirim pesan kemarin dan menanyakan kemana aku pergi, jadi aku sedang membalas pesannya sekarang." kata pemuda itu terus terang.
"Jadi, kau tidak akan tidur?"
"Tidur, tapi aku akan mengobrol dulu dengan Phai sebentar." jawab Baiboon, tapi Khom datang dan mengambil ponselnya.
"Kau harus tidur sekarang, tidak usah membalas pesannya. Kalian bisa mengobrol di sekolah nanti." kata Khom dengan suara tenang. Baiboon hanya menganggukkan kepalanya.
"Krap," jawab pemuda itu, karena dia juga merasa mengantuk dan lelah. Khom menutupi Baiboon dengan selimut sebelum dia mematikan ponsel Baibbon,
Baiboon perlahan tertidur. Khom menghela napas lega. Dia mengutuk dirinya sendiri dan bertanya-tanya apakah Baiboon nyaman atau tidak dengan sikapnya? Tapi Khom tidak tahan melihat anak itu lebih memperhatikan orang lain daripada dirinya sendiri saat mereka bersama seperti sekarang. Bahkan jika orang itu hanya berteman dengan Baiboon.
..
..
..
Sore harinya, semua orang berkumpul untuk melakukan perjalanan kembali ke Bangkok. Baiboon merasa sedikit lebh segar setelah dia tidur sepanjang hari. Saat dia berjalan, dia merasakan sakit yang tajam, namun pemuda itu berusaha untuk menahan apa yang dirasakannya. Ketika memasuki mobi, Khom meletakkan kain lembut di kursi Baiboon agar pemuda itu bisa duduk dengan nyaman.
"Khom bilang kau tidak enak badan, Baiboon?" tanya bibi pemuda itu.
"Krap, tapi setelah istirahat seharian, aku lebih baik sekarang. Aku hanya terlalu lelah." Pemuda itu menjawab dengan tenang sambil berpikir untuk meminta maaf kepada bibinya di dalam hatinya karena dia harus berbohong.
"Aku tidak meragukannya karena kau terlalu lama berenang." kata bibi sambil tersenyum. Baiboon tersenyum kecil, sedangkan Khom tetap diam. Begitu mobil pergi, Baiboon tertidur lagi, sampai mobil berhenti untuk membeli oleh-oleh.
"Apa kau ingin membeli sesuatu?" Tanya Khom. Baibon menggelengkan kepalanya.
'Pantatku masih sakit, aku tidak mau berjalan.' Pemuda itu berbisik malu-malu. Sudut mulut Khom tersenyum tipis.
"Kalau begitu aku akan membelikanmu beberapa barang. Kau diam saja disini. Aku akan meminta driver untuk memarkirkan mobil ditempat yang teduh." kata Khom, dan Baiboon mengangguk.
"Oh Phi Khom... Aku ingin beberapa makanan ringan untuk diberikan kepada teman-teman sekolah. Apa Phi Khom bisa membelikannya untukku? Aku akan mengganti uangnya." kata pemuda itu mengingat-ingat.
"Apa yang harus kau bayar? Aku akan membayar semua untukmu." kata Khom, sebelum turun dari mobil.
Tapi, masalah muncul ketika penjaga rumah menelepon dan mengatakan bahwa Daniel telah datang ke rumah utama. Khom harus memberitahu sendiri bosnya tentang hal ini. Setelah itu, Kamol meminta driver untuk mengantarkannya dan Kim ke Kondominium Kim, alih-alih ke rumah utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHOM BAIBOON STORY [END]
RomantizmCerita tentang Khom dan Baiboon dari Unforgotten Night :) All credit belongs to Yeo-Nim