💐01 Accident

474 12 0
                                    

Belinda tidak pernah tau ujian seperti apa yang sedang Tuhan datangkan ke dalam hidupnya. Ini seperti mimpi buruk, semua terjadi begitu saja, sangat cepat dan begitu tiba-tiba. Perasaan gamang dan gelisah membawanya terombang-ambing mengarungi kenyataan pahit.

Sekujur tubuhnya lemas seakan tak bertulang saat ia mendapat kabar kecelakaan parah yang menimpa kedua orangtuanya. Belinda tidak tau pasti apa yang terjadi pada dirinya, sebab telinganya berdengung ketika Thomas membawa raga lemahnya pergi menuju Rumah Sakit. Hingga tangisan pilu itu pecah saat ia mengetahui kondisi Exel dan Sandra yang jauh dari kata baik-baik saja.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Belinda mencengkram kasar kemeja Thomas, menyalurkan segala rasa yang menyerbu hatinya.

Thomas menarik nafas dalam-dalam sebab hatinya pun sedang tidak baik-baik saja. Ia lalu menarik tubuh Belinda, merengkuhnya kuat dalam dekapannya. "Aku tidak tau." Kedua matanya terpejam saat mendengar isakan pilu yang tak kunjung surut dan justru kian menjadi-jadi. "Tenang, oke? Semua akan baik-baik saja." Thomas berupaya menenangkan Belinda, meski hatinya diserang perasaan gundah gulana. 

Digiringnya tubuh lemah Belinda, kemudian mendudukkannya di kursi tunggu. Sejujurnya, Thomas juga butuh menenangkan dirinya sendiri. Bukan hanya mental Belinda saja yang terguncang, Thomas pun demikian. Di dalam ruangan sana ada dua orang yang sangat ia kasihi, tengah berjuang diantara hidup dan mati.

Robert dan Shara juga menjadi korban kejadian naas tersebut. Tubuh keduanya yang sudah menua membuat Thomas dilanda rasa cemas berlebih.

Thomas dan Belinda langsung berdiri begitu melihat Martin keluar dari ruangan IGD.

"Bagaimana keadaan mereka?" Thomas langsung menyeret langkahnya mendekat pada Martin. Begitupun dengan Belinda. Wanita itu pun tidak perduli dengan penampilannya yang terlihat kacau balau.

Martin menatap Thomas dan Belinda dengan raut sulit. Kondisi korban sangat buruk dan hal itu membuatnya kesulitan untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya.

"Ada apa, Paman? Kenapa kau hanya diam?" Belinda mencengkram erat lengan Thomas melampiaskan rasa frustasi yang terus mendesaknya.

"Katakan!" Tuntut Thomas tak lagi bersabar. Sorot matanya berubah dingin sebab Martin hanya membuang waktunya secara percuma.

Martin menyentak nafas kasar kemudian memindai wajah Thomas dan Belinda yang terlihat sangat kalut. "Keadaan mereka sangat buruk."

Kalimat itu sukses membuat jiwa Belinda seakan ditarik paksa dari raganya. "Apa maksudmu buruk?" Belinda menggeleng lemah, "Kau pasti salah. Ini tidak benar." Gumamnya putus asa.

Thomas reflek menyanggah tubuh Belinda yang hampir saja terjatuh. Ia menatap wajah Belinda yang sudah dibanjiri air mata. "Kita harus mendengar Martin menjelaskan semuanya, oke?" 

Sebisa mungkin, Thomas menunjukkan raut tenang meski jantungnya nyaris saja meledak sangking kuat debarannya. Thomas masih belum tau siapa mereka yang dimaksudkan oleh Martin sebab ia tidak berani mengambil kesimpulan sendiri. Disamping itu, Thomas pun takut jika Martin sampai mengatakan hal yang tidak pernah ingin ia dengar. 

Belinda menatap Thomas pias, bagaimana mungkin ia bisa tenang sementara Martin menegaskan bahwa kondisi kedua orangtuanya buruk. 

Perhatian Thomas kembali tertuju pada Martin. "Jelaskan." 

"Begini," Martin menghela nafas. "Nyonya Shara dan Tuan Robert harus menjalani operasi. Ada pendarahan di kepala serta beberapa tulang yang patah."

Please Don't Go (Sequel Paid Brides)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang