Happy Reading 🌹🌹
Isi kepala Thomas kembali diajak bertempur. Ekspresi cemas Devan dan keterpurukan Cecilia menggiring otaknya pada asumsi buruk. Setelah kesadarannya kembali terkumpul, ia langsung bergerak cepat mengambil kursi roda yang telah tersedia. Pria itu menarik nafasnya kuat-kuat kala menyaksikan orang-orang disekitarnya hanya membisu, tampak bergelut dengan isi kepala masing-masing.
"Ayo, Bibi. Aku akan membantumu turun." Thomas mendekatkan kursi roda ke sisi ranjang.
Sandra mengerjap kemudian menatap Thomas linglung. "Sebenarnya ada apa ini, Thom? Apa terjadi sesuatu yang buruk pada Exel?" Tiba-tiba saja perasaan takut dibarengi gelisah beramai-ramai menyerbu hatinya, lebih-lebih saat ia menangkap ketegangan di wajah Devan dan Cecilia.
Sandra meremas selimutnya dengan perasaan cemas yang kian merajalela. Ia memang belum mengetahui kondisi Exel karena setelah membuka matanya ia dikejutkan dengan kondisi kakinya. Dan sekarang ini firasatnya mengatakan kalau kondisi Exel memburuk.
Thomas menggeleng pelan, "Aku tidak mengetahuinya secara pasti, Bibi."
Sebisa mungkin Thomas menghindari kontak mata dengan Sandra. Tatapan wanita itu meresahkan, mengguncang batinnya hingga ikut terseret dalam kegelisahan sepihak. Sejujurnya ia kebingungan karena Devan tidak menyampaikan penjelasan berarti selain meng kodenya untuk segera membawa Sandra ke ruangan Exel.
Belinda memegang pundak Sandra dengan perasaan gamang. Sukmanya kembali terombang-ambing dalam gelombang nestapa. Dibantu Thomas, ia berhasil membantu Sandra duduk nyaman di kursi roda.
"Biar aku yang membawa selang infusnya." Rebecca memegang tiang infus dengan perasaan kacau balau. Berulang kali ia menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya melalui mulut hanya demi menetralkan perasaan takut yang menyambangi hatinya.
Gabrielle pun sama kalutnya. Ia menyentuh lengan Rebecca kemudian mengusapnya pelan. "Jangan berpikir buruk. Kau harus tenangkan dirimu, oke?"
Meskipun tipis, Gabrielle memberikan seulas senyum agar setidaknya Rebecca tidak terjebak dalam kekacauan yang pastinya tengah mengobrak abrik perasaannya. Seandainya pun Gabrielle berada diposisi Rebecca, ia pasti akan merasakan hal yang serupa, tertawan pada kemelut hati.
Thomas mendorong kursi roda Sandra sementara di sebelahnya ada Belinda yang berjalan dengan kepala menunduk dalam. Thomas tidak tau sekacau apa perasaan Belinda saat ini, yang jelas ekspresi wanita itu sukses mengajaknya ikut terhanyut dalam gulungan ombak yang sama.
"Kau harus tenang, oke? Jangan membuat Mamamu semakin terpuruk." Bisik Thomas pelan.
Belinda menoleh, lantas mengangguk ragu. Bagaimana mungkin ia bisa tenang ditengah situasi mencekam seperti sekarang ini. Akal sehatnya saja nyaris lenyap sangking brutalnya cobaan yang datang menghampirinya.
Di depan sana, Belinda menemukan beberapa perawat yang keluar masuk dalam ruang inap Exel, mereka berjalan tergesa-gesa seperti sedang dikejar sesuatu. Tanda tanya besar serta prasangka buruk seketika menyambangi pikirannya.'Apa lagi ini?' Jerit Batin Belinda, putus asa.
"Thom."
Suara seseorang yang memanggil namanya serta derap langkah yang saling bersahutan membuat Thomas menghentikan langkahnya. Kepalanya tertoreh ke belakang dan mendapati Charlie serta Edward yang bergerak gesit menghampirinya.
Edward mengatur nafasnya yang masih memburu. "Bagaimana keadaan mereka?"
Thomas menggeleng, senyumnya ia paksakan terbit, walau tipis. "Masih di ruang operasi."
Charlie menarik nafasnya dalam-dalam, cukup memahami perasaan sahabatnya. "Kami pasti akan membantumu menemukan dalang penyebab dari semua kekacauan ini." Sebelah tangannya menepuk pundak Thomas beberapa kali, lalu tatapannya mengarah pada kursi roda dan juga Belinda yang berdiri di samping Thomas. "Lalu, kemana kalian akan pergi?" Tanyanya sedikit heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Go (Sequel Paid Brides)
Romance21++ Harap bijak mencari bacaan. Belinda Horison harus berjuang, membuktikan dirinya tidak terlibat dalam kecelakaan tragis yang menyebabkan Shara dan Robet meregang nyawa. Tudingan yang Thomas Alexander lemparkan, bagaikan bara api yang membakar...