Layaknya pengantin pada umumnya, Belinda pun diserang rasa gugup dikarenakan malam ini adalah malam pertamanya. Pertanyaannya, apakah mereka akan melakukan ritual wajib yang biasanya dilakukan pasangan pengantin pada umumnya? Belinda tidak memiliki keberanian untuk membayangkannya. Belinda memegangi dadanya, merasakan debaran jantungnya yang berdetak cepat. Kepalanya semakin pening begitu memikirkan pakaian yang harus dikenakannya saat tidur. Gabrielle hanya memberikan beberapa set pakaian dalam serta beberapa potong gaun.
Thomas sudah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Kali ini, Belinda tidak menyiapkan pakaian ganti sebab ia tidak mengetahui secara pasti pakaian seperti apa yang akan Thomas kenakan saat tidur. Dan lagi ia tidak menemukan sehelai pun piyama di dalam lemari.
Belinda menghela nafas frustasi. Rasanya sangat tidak mungkin kalau ia menggunakan gaun untuk tidur seperti siang tadi. Suara pintu terbuka membuatnya terperanjat. Matanya mendelik saat mendapati Thomas keluar kamar mandi hanya dengan lilitan handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Lagi-lagi, mata sucinya ternodai akibat pemandangan senonoh yang sialnya indah. Dada bidang serta tonjolan otot perut yang terbentuk sempurna serta lengan kekarnya sukses membuat otak polosnya traveling hingga ke Mancanegara. Pria itu memang terlihat jauh lebih dewasa dengan bentuk tubuh yang semakin ideal.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Thomas mengernyit heran sebab Belinda memperhatikannya sedemikian rupa. "Kau tidak membersihkan tubuhmu?" Sambil menggosok rambutnya, ia mendekati Belinda yang masih setia memandanginya.
"Aku tidak memiliki pakaian untuk tidur." Suara Belinda mencicit pelan, merasa malu dengan pengakuannya sendiri.
Belinda membuang muka. Jantungnya tidak kuat menyaksikan pemandangan seindah ini. Rasanya ia tidak sanggup membayangkan nasib jantungnya kalau musti menyaksikan tubuh liat Thomas setiap hari? Cepat-cepat Belinda menggelengkan kepalanya, mengusir fantasi liar yang mencoba mempengaruhi pikirannya.
"Ahh... Begitu rupanya." Thomas mengangguk paham. "Kau bisa mengenakan kaos atau kemejaku. Sebentar aku akan mengambilkannya untukmu."
Sepeninggal Thomas, Belinda langsung menyentak nafas pasrah sekaligus lega. Ide yang Thomas berikan terdengar lebih baik dibandingkan ia harus tidur menggunakan dress seperti siang tadi.
Thomas kembali hanya dengan menggunakan boxer tanpa melapisi tubuh bagian atasnya. "Kau bisa memakai salah satunya." Ia kemudian menyerahkan kaos oblong dan kemeja putih pada Belinda.
Belinda meraihnya, mengamatinya keduanya dalam diam. Menimang-nimang yang paling cocok digunakan untuk tidur, setidaknya untuk malam ini.
"Sebaiknya kau bersihkan tubuhmu sekarang karena malam semakin larut."
Belinda mengangguk kemudian berjalan cepat menuju kamar mandi.
Setibanya di dalam kamar mandi, Belinda langsung menyandarkan tubuhnya pada daun pintu seraya memejamkan mata seraya memegangi dadanya. Dalam hati ia mengutuk kelakuan Thomas yang berpenampilan seenak jidatnya. Pria itu bukan bayi lagi yang akan terlihat lucu saat berkeliaran hanya dengan memakai boxer saja.Setelahnya, Belinda melepas seluruh pakaiannya kemudian menyalakan shower, membiarkan aliran air hangat mengguyur tubuhnya. Helaan nafasnya kembali mengudara, sepertinya akan banyak kejutan yang Thomas tunjukkan kepadanya. Belinda memang mengenal pria itu sejak kecil, namun tidak sepenuhnya. Dan mulai malam ini mungkin ia akan menemukan satu per satu tabiat Thomas yang belum pernah ia temui sebelumnya.
Setelah merasa lebih segar, Belinda mematikan shower. Meraih handuk dan membungkus tubuh telanjangnya. Ia berjalan keluar dari bilik kaca menuju pintu yang berhadapan langsung dengan cermin. Netranya sibuk mengamati pakaian yang tergantung pada daun pintu. Setelah menggunakan pakaian dalamnya ia mengambil kedua pakaian yang Thomas berikan lalu mencocokkan dengan tubuhnya di depan cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Go (Sequel Paid Brides)
Romance21++ Harap bijak mencari bacaan. Belinda Horison harus berjuang, membuktikan dirinya tidak terlibat dalam kecelakaan tragis yang menyebabkan Shara dan Robet meregang nyawa. Tudingan yang Thomas Alexander lemparkan, bagaikan bara api yang membakar...