💐09 Selena Anderson

55 6 0
                                    

Belinda menggeliat pelan. Seluruh rasa lelah yang membebani tubuhnya sejak kemarin malam seketika lenyap begitu saja. Otot-ototnya yang semula kaku kini terasa lemas, sangking lemas nya ia sampai enggan bergerak kemanapun. Ia sudah terbangun, namun rasanya malas sekali walau hanya sekedar membuka matanya.

Kenyamanan ini membuat Belinda merasa damai. Ia kembali memeluk erat guling nya yang terasa hangat. Hingga keningnya mengernyit ketika tangannya meraba sesuatu yang terasa keras dan hangat seperti kulitnya. Karena penasaran akhirnya ia pun terpaksa membuka matanya demi melihat benda yang dipeluknya. Secara perlahan kelopak matanya terbuka dan detik berikutnya Belinda terbelalak begitu mendapati dada bidang shirtless yang menjadi objek pertamanya saat membuka mata. Kesadarannya terkumpul begitu cepat. Tanpa sadar Belinda menahan nafasnya menarik tangannya menjauh.

Belinda memejamkan matanya erat-erat diiringi dengan jantung yang berdentum hebat. Bagaimana mungkin ia bisa merasa nyaman dalam dekapan Thomas? Tidak, ini lebih menyeramkan sebab ia tidur di atas dada Thomas bukan hanya dalam dekapan pria itu semata! Ini benar-benar gila.

Setelah berhasil mengendalikan dirinya sendiri, dengan gerakan sangat hati-hati Belinda menyingkirkan lengan Thomas yang melilit lehernya. Setelahnya, secara perlahan-lahan ia menggeser tubuhnya menjauh. Belinda menghembuskan nafas lega seraya memegang dadanya begitu berhasil melepaskan diri dari pelukan Thomas. Sampai detik ini ia masih belum percaya kalau dirinya baru saja tidur dengan nyenyak di atas dada Thomas. Belinda menggeleng cepat guna mengusir pikiran konyol yang baru saja hinggap di kepalanya. Dengan segera, ia turun dari ranjang kemudian berderap cepat menuju kamar mandi.

Meskipun sebelumnya sudah mandi, namun Belinda merasa membutuhkan air dingin untuk membersihkan diri sekaligus otaknya. Dan Belinda berharap semoga saja Thomas belum bangun setelah ia selesai membersihkan diri. Karena sejujurnya ia tidak siap jika harus bersitatap dengan pria itu.

Bagaimana jika seandainya Thomas menyadarinya? Belinda menarik nafas dalam-dalam sebab ini adalah kejadian yang paling memalukan yang pernah ia alami seumur hidupnya. Tidur di atas dada seorang pria? Oh... yang benar saja. Tidak sekalipun Belinda pernah membayangkannya.

Setibanya di dalam kamar mandi, Belinda langsung melepaskan seluruh kain yang membungkus tubuh indahnya barulah setelah itu ia berdiri diantara dinding kaca. Tangannya terulur, menyetel suhu shower kemudian menyalakannya. Rasa segar langsung menerjang sekujur tubuhnya begitu air menghujani kulitnya.

Beruntung Belinda tidak perlu memikirkan pakaian ganti. Ya, walaupun menurutnya semua pakaian  milik Gabrielle membuatnya risih karena terlalu banyak bagian yang terbuka. Sayangnya, ia tidak memiliki pilihan lain selain memakainya dengan pasrah. Setidaknya hal itu lebih baik dibandingkan ia harus menggunakan kembali pakaiannya yang lebih layak disebut kain lap sangking kusut dan lusuhnya.

💐💐

"Kau harus makan, sayang." Cecilia mencoba bersabar menghadapi Devan yang tengah dilanda duka. Pria manja itu enggan menyentuh makanan sejak pagi. Ini sudah sore hari dan belum ada satupun makanan yang masuk ke perut suaminya.

Devan menoleh sambil menampilkan wajah sendu. "Aku tidak bernafsu, Honey." Keluhnya dengan wajah memelas. Jangankan makan, untuk minum pun rasanya Devan tidak memiliki nafsu. Devan sadar apa yang Cecilia lakukan semata-mata demi menjaga kesehatannya. Namun, perasaannya yang sedang campur aduk saat ini membuatnya malas walau hanya membuka mulut saja.

"Sudahlah, biarkan dia mati kelaparan sekalian!" Barron yang duduk di samping Devan dibuat geram dengan tingkah sepupunya itu. "Seandainya dia ikut mati, kau memiliki kesempatan untuk mencari pengganti yang tidak pencemburu seperti dirinya." Katanya lagi dengan wajah kesal.

"Apa yang kau bicarakan? Kau membuatnya terlihat semakin buruk!" Ruby mengomel sembari mencubiti pinggang Barron.

Devan melotot dengan wajah garang. Ocehan Barron membuatnya naik pitam. "Tutup mulutmu, bajingan!" Dada Devan naik turun karena terbawa emosi. Tidak bisakah Barron membiarkan hatinya damai sebentar saja?

Please Don't Go (Sequel Paid Brides)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang