💐02 Zero Mind Process

139 4 0
                                    

Sebelum baca, boleh minta Vote nya dulu?? 😁

Happy Reading 🌹🌹

Pemandangan mengenaskan di depan matanya membuat tubuh Cecilia lemas tak bertenaga, seolah seluruh tulang tak sanggup menyanggah bobotnya. Menyaksikan sekujur tubuh Exel dipenuhi banyak luka seperti ini saja sudah membuatnya ikut merasa ngilu, apalagi jika harus dipaksakan melihat Sandra yang memang sudah diketahui kondisinya melalui Martin.

"Bagaimana perasaanmu, Ex?" Cecilia tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.

Exel hanya merespon dengan anggukan tipis. Ia harus menyimpan energinya agar bisa menyampaikan niatnya pada Devan.

"Ada yang ingin kau sampaikan?" Devan bertanya serius, "Katakan saja, Ex. Jangan sungkan padaku." Sambungnya lagi dengan suara lebih tegas. Tidak mungkin Exel memintanya datang kalau tidak ada hal penting yang ingin disampaikan.

Exel menghirup nafasnya susah payah.  Bahkan untuk berbicara saja ia sudah kepayahan.

"Sebelumnya saya minta maaf kalau permintaan saya akan membebani anda, Sir." Exel menelan slavia nya lekat, "Saya ingin Belinda menikah dengan Thomas."

Kalimat terakhir Exel membuat sekujur tubuh Devan menegang. Pria itu terkejut bukan main begitu mendengar permintaan Exel yang tidak pernah ia sangka-sangka sebelumnya. Secepat kilat, Devan berupaya menetralkan kembali wajahnya.

Hal yang sama terjadi pada Cecilia. Bahkan ia sempat menahan nafasnya ketika mendengar permintaan Exel. Hatinya dipenuhi gejolak kebimbangan. Menikahkan Thomas bukanlah hal sederhana. Cecilia harus memastikan putranya nyaman dan bahagia.

Hening, baik Devan maupun Cecilia belum menanggapi apapun. Keduanya masih menunggu kelanjutan ucapan Exel.

Melihat tidak adanya tanggapan yang berarti membuat Exel sedikit down. Meskipun harapannya sangat tipis ia akan tetap berupaya untuk mengusahakannya. Sudah sangat lama ia mengetahui kalau putrinya menaruh hati pada Thomas. Sebagai seorang ayah dan pria, Exel dapat menebaknya dengan mudah. Semua gerak gerik Belinda tertangkap jelas dalam penglihatannya sewaktu berinteraksi dengan Thomas. Selain itu, menurutnya ini adalah momen yang pas karena sejujurnya ia tidak yakin akan kuat bertahan lebih lama lagi. Hatinya akan lebih tenang jika sudah menyerahkan Belinda pada pria yang menurutnya tepat.

"Sebelumnya, saya mohon maaf jika permintaan saya terlalu lancang, Sir. Tetapi, mengingat kondisi saya saat ini saya tidak mempunyai pilihan lain selain menikahkan putri saya dengan pria yang menurut saya tepat." Exel mengambil nafas sejenak. "Melihat mereka tumbuh besar bersama dan menyaksikan kesungguhan hati Thomas menjaga Belinda selama ini membuat saya yakin kalau Thomas adalah pria yang paling tepat, seandainya saya memang tidak mampu bertahan."

"Pah!" Belinda menyentak kuat seraya menggeleng histeris. Suara tangisnya kembali menggema dalam ruangan serba putih. Setiap kata yang keluar dari mulut Exel bagai hujaman palu yang menghantam jantungnya dengan kuat, begitu sakit dan menyesakkan.

Exel hanya mampu menggeleng lemah. Seandainya memungkinkan ia pun berharap diberi kesempatan hidup lebih lama lagi agar bisa menyaksikan kedua putrinya menemukan lelaki yang mereka cintai. Tapi, apa dayanya jika Tuhan memang sudah berkehendak.

Sebagai seorang wanita yang dikaruniai perasaan lembut, Cecilia pun tidak dapat membendung kesedihannya. Ia mendekati Belinda kemudian mengusap kepala wanita muda yang kini sudah berada dalam dekapan Thomas. Mendengar tangisan  memilukannya saja sudah mampu membuat hatinya ikut hancur.

Please Don't Go (Sequel Paid Brides)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang