💐 03 Bitter Truth

107 4 0
                                    

Sebelum baca, boleh minta Vote nya? 😘😘

Happy Reading 🌹🌹

Kaki Belinda mengayun cepat bersamaan dengan debaran cemas yang berbondong-bondong menyerang hatinya. Beruntung lorong rumah sakit sepi dari pengunjung sehingga memudahkannya bergerak tanpa harus berdesakkan. Mungkin, karena ini adalah lantai VVIP dimana hanya segelintir orang yang mampu menyewa kamarnya. Dan, Belinda cukup bersyukur karena Thomas menempatkan Sandra dan Exel di ruangan yang memiliki harga fantastis. Untuk urusan pembayaran, Belinda akan memikirkannya nanti. Karena baginya yang terpenting sekarang ini Sandra maupun Exel bisa memperoleh penanganan secepatnya saat benar-benar dibutuhkan.

"Kak!"

"Kakak!"

Langkah Belinda terhenti kala gendang telinganya menangkap suara dua perempuan yang begitu familier. Tubuhnya berputar, memastikan tebakannya benar. Meskipun sekarang ini batinnya sedang mengalami pergolakan hebat namun senatural mungkin, Belinda tetap melemparkan senyum pada dua perempuan yang melambaikan tangan ke arahnya. Dengan sabar ia menunggu kedua perempuan itu, hingga mereka tiba disisi tubuhnya.

Di samping kirinya berdiri Rebecca Horison merupakan adik tirinya, hasil pernikahan Exel dan Sandra. Sementara di samping kanannya Gabrielle Alexander, adik perempuan Thomas Alexander, anak dari pasangan Cecilia Previta dan Devan Alexander.

"Apa benar yang di katakan Papa, Kak?" Rebecca langsung memberondong pertanyaan yang sejak tadi sukses mengacaukan isi kepalanya.

Sejujurnya, fokus Rebecca terpecah karena berita mengejutkan itu. Alih-alih fokus memikirkan kondisi kedua orangtuanya, isi kepalanya justru dibuat heboh lantaran dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rencana pernikahan Thomas dan Belinda.

Belinda menoleh sambil menampilkan ekspresi bingung. "Apa maksudmua? Memangnya, apa yang Papa katakan padamu?"

Apa mungkin Rebecca sudah mengetahuinya? Atau mungkin Exel sudah mengatakannya? Belinda bertanya-tanya dibalik kegelisahan hatinya. Rasa takut berlebihan membungkus erat jiwanya sampai-sampai ia melupakan fakta kalau ia baru saja mencolek ego Thomas. Tidak sedikitpun Belinda bermaksud meragukan ketulusan Thomas. Hanya saja, ia merasa berhak melindungi hatinya dari harap yang belum berwujud. Sejatinya, Belinda ingin yang terbaik untuk semua orang, termasuk dirinya sendiri.

Pernikahan bukanlah sesuatu yang patut di permainkan. Baginya pernikahan bukan hanya sekedar mengucapkan ikrar, juga bukan soal janji kepada seseorang. Lebih dari itu, karena menurutnya pernikahan adalah komitmen yang harus dijaga seumur hidup. Dan yang paling utama pernikahan adalah perjanjian antara tiga pihak yaitu dirinya, Thomas dan Tuhan. Ini juga tentang perasaan yang saling terhubung, saling menjaga, saling mencintai, dan saling mempercayai satu sama lain. Dengan menyetujui menikah dengan Thomas, itu sama saja ia menyerahkan hidupnya pada sesuatu yang tidak pasti. Belinda tidak ingin terjebak semakin jauh dan membiarkan jiwanya kian tersiksa.

Gabrielle memutar bola matanya karena Belinda seolah sengaja menutupi kabar baik ini. Ia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Belinda. "Apa benar kalian akan menikah? Maksudku, kau dan Kakakku?"

Ketiganya masih berjalan beriringan. Kedua lengan Belinda masing-masing diapit oleh Rebecca dan Gabrielle.

Belinda menghela nafas karena ternyata berita itu sudah sampai ke telinga Rebecca dan Gabrielle. "Aku tidak tau." Gumamnya pelan.

Please Don't Go (Sequel Paid Brides)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang