Happy Reading 🌹🌹
Belinda tidak pernah tau ujian seperti apa yang sedang Tuhan datangkan ke dalam hidupnya. Ini seperti mimpi buruk, semua terjadi begitu saja, sangat cepat dan begitu tiba-tiba. Perasaan gamang dan gelisah membawanya terombang-ambing mengarungi kenyataan pahit.
Sekujur tubuhnya lemas seakan tak bertulang disaat ia mendengar kabar kecelakaan parah yang menimpa kedua orangtuanya. Belinda tidak tau pasti apa yang terjadi pada dirinya, sebab telinganya berdengung ketika Thomas membawa raga lemahnya pergi menuju Rumah Sakit. Hingga tangisan pilu nya pecah begitu ia mengetahui kondisi Exel dan Sandra yang jauh dari kata baik-baik saja.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Belinda mencengkram kasar kemeja Thomas, menyampaikan sekumpulan perasaan gamang yang menyergap batinnya.
Thomas menarik nafas dalam-dalam sebab sekarang ini suasana hatinya pun sedang tidak baik-baik saja. Ia lalu menarik tubuh Belinda, merengkuhnya kuat dalam dekapannya. "Aku tidak tau." Kedua matanya terpejam saat mendengar isakan pilu yang tak kunjung surut dan malah terdengar kian menjadi-jadi. "Tenang, oke? Semua akan baik-baik saja." Thomas berupaya menenangkan Belinda, meski hatinya diserang perasaan gundah gulana.
Digiringnya tubuh lemah Belinda, kemudian di dudukkannya di kursi tunggu. Sejujurnya, Thomas juga butuh menenangkan dirinya sendiri. Bukan hanya mental Belinda saja yang terguncang, Thomas pun demikian. Karena di dalam ruangan serba putih itu juga terdapat dua orang yang sangat ia kasihi yang tengah berjuang diantara hidup dan mati. Robert dan Shara juga menjadi korban peristiwa naas tersebut. Tubuh keduanya yang sudah menua membuat Thomas dilanda rasa cemas berlebih.
Thomas dan Belinda langsung berdiri begitu melihat Martin keluar dari ruangan IGD.
"Bagaimana keadaan mereka?" Thomas langsung menyeret kakinya mendekat pada Martin. Begitupun dengan Belinda. Wanita itu tidak lagi memperdulikan penampilannya yang terlihat kacau balau.
Martin menatap Thomas dan Belinda dengan raut sulit. Kondisi para korban sangat buruk dan hal itu membuatnya kesulitan untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya.
"Ada apa, Paman? Kenapa kau hanya diam?" Belinda mencengkram erat lengan Thomas melampiaskan rasa frustasi yang terus mendesaknya.
"Katakan!" Tuntut Thomas tak lagi bersabar. Sorot matanya berubah dingin sebab menurutnya Martin hanya membuang waktunya secara percuma.
Martin menyentak nafas kasar seraya memindai wajah Thomas dan Belinda yang terlihat sangat kalut. "Keadaan mereka sangat buruk." Beritahunya lengkap dengan sorot penyesalan.
Kalimat pemberitahuan itu sukses membuat jiwa Belinda seakan ditarik paksa dari raganya. "Apa maksudmu buruk?" Belinda menggeleng lemah, "Kau pasti salah. Ini tidak benar." Gumamnya putus asa.
Thomas reflek menyanggah tubuh Belinda karena nyaris saja terjatuh. Ia menoleh, mencermati wajah Belinda yang sudah dibanjiri air mata. "Kita harus mendengar seluruh penjelasan Martin, oke?"
Sebisa mungkin, Thomas menunjukkan raut tenang meski jantungnya nyaris saja meledak sangking kuat debarannya. Thomas masih belum mengetahui siapa gerangan yang dimaksudkan oleh Martin sebab sejujurnya ia terlampau takut menyimpulkannya sendiri. Disamping itu, ia pun belum siap dengan berita buruk lainnya. Sementara itu, Belinda menatap Thomas pias. Mana mungkin hatinya bisa tenang kalau Martin menegaskan bahwa kondisi kedua orangtuanya buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Go (Sequel Paid Brides)
Romance21++ Harap bijak mencari bacaan. Belinda Horison harus berjuang, membuktikan dirinya tidak terlibat dalam kecelakaan tragis yang menyebabkan Shara dan Robet meregang nyawa. Tudingan yang Thomas Alexander lemparkan, bagaikan bara api yang membakar...