BAB 4 -- NATASYA

17K 161 0
                                    


Natasya demam setelah malam itu. Panas badannya tinggi dan dia mengigau. Dalam kondisi setengah sadar Natasya kembali ke masa lalu saat melihat anggota keluarganya dipenggal satu demi satu di depan hidungnya.

Hanya dia yang selamat dan diboyong pergi ke Istana Bunga Mawar.

Namun selamatnya dia hanya sementara, karena dia justru masuk ke jurang penuh hina yaitu sebagai pemuas nafsu raja musuhnya.

Yang merawat Natasya adalah anak buah Miriam. Perempuan setengah baya itu mengompres Natasya supaya suhu badannya yang panas turun. Mereka juga mengompres wilayah intim di tubuh Natasya yang bengkak dan nyeri dengan handuk panas dan air dengan ragam dedaunan.

Sangking nyerinya Natasya tidak bisa bergerak.

Tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi di kamar itu. Natasya tahu yang terjadi bukan sekedar persetubuhan antara lelaki dan perempuan.

Natasya juga hanya ingat rahimnya tertarik sedemikian kuat oleh mulut Raja Vermax beberapa saat sebelum dia pingsan. Sakitnya jangan ditanya.

Selain sakit di organ rahasianya, tubuh Natasya juga kehilangan tenaga. Permainan ranjang semalaman itu seolah menghabiskan seluruh energinya. Sangking lelahnya Natasya tidak ingat dengan jelas wajah Raja Vermax yang kata orang sangat tampan dan gagah.

Apalagi sang Raja lebih sering menyembunyikan wajahnya di selangkangan Natasya seolah lebih suka melihat kelamin gadis itu ketimbang wajahnya yang sangat jelita.

Untungnya Natasya bisa memulihkan tenaganya yang habis total. Dia makan bubur dari biji bunga matahari, teh daging dan minum air mengandung gingseng emas. Tubuhnya juga dirawat dengan seksama oleh dayang itu.

Setelah lima hari Natasya merasa lebih enakan. Tubuhnya segar dan pipinya mulai kemerahan. Energi Natasya perlahan kembali.

Natasya tidak tahu dia sangat beruntung bisa beristirahat.

Dia mulai berkenalan dengan beberapa penghuni Istana Bunga Mawar. Mereka adalah perempuan cantik yang berasal dari tempat yang berbeda-beda. Ada yang dari kawasan pantai, gunung, lembah dan desa. Latar belakang mereka juga berbeda-beda, ada yang murni budak, darah bangsawan, keturunan puteri atau pun rakyat jelata.

Mereka disekap di Istana Bunga Mawar untuk "mengabdi" pada Raja Vermax.

Para wanita menghabiskan waktu siang hari dengan ngobrol, piknik, minum teh atau jalan-jalan. Semua mencoba saling beramah tamah, namun Natasya bisa melihat ada jarak di antara mereka.

Selain itu tidak ada satu orang pun yang mau bercerita pengalaman mereka melayani Raja Vermax di ranjang. Semua dengan kompak menutup mulut rapat-rapat.

Satu hal yang diketahui Natasya, perempuan yang melayani Raja Vermax pada malamnya selalu tidak bisa ikut sarapan. Namun tidak ada yang bertanya kemana mereka, termasuk apakah mereka baik-baik saja.

Miriam mengilir para wanita yang akan tidur dengan Raja Vermax secara adil. Setiap kali sebuah nama meluncur dari bibir bergincu tebal Miriam di saat sarapan, itu jadi vonis mati bagi si perempuan.

Malam ini giliran Sonia, budak usia 21 tahun yang dibeli Miriam dua minggu lalu. Sonia ini berkulit gelap namun cantik sekali. Dia sudah pernah melayani Raja Vermax sekali, dan pingsan hanya setengah jam permainan ranjang.

Sonia berasal dari kawasan pesisir. Ayahnya petinggi di desa nelayan itu. Sonia diculik bajak laut yang menyerbu desa. Dia dijual ke Miriam dengan sekantung perak. Lebih murah dibanding penghuni harem lain.

Meskipun Sonia masih perawan, tetapi warna kulitnya dianggap mengurangi nilainya. Semua orang sangat rasis dengan warna kulit di kerajaan itu. Bahkan untuk mati dalam pengabdian juga mempertimbangkan warna kulit.

HAREM SANG RAJA 21+++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang