Bab 15 -- Tiga Saingan

10.3K 128 4
                                    


Malam sudah gelap sepenuhnya ketika Miriam membawa tiga perempuan dari Istana Bunga Mawar ke tempat biasa Raja Vermax menghabiskan malam. Angin malam bertiup dingin membuat obor penerang jalan setapak bergoyang-goyang. 

Angin itu membuat Natasya dan dua gadis lain kedinginan. Selembar sutera putih tipis yang menutupi tubuh mereka tidak bisa melindungi dari angin malam yang dingin merontokkan tulang.

Namun, apa boleh buat, Raja Vermax menginginkan mereka berpakaian seperti itu. Raja beranggapan dia masih berbaik hati dengan memastikan perjalanan dari Istana Bunga Mawar ke bangunan khusus itu tidak bisa diakses siapa pun. Selain para gadis bisa berlalu dengan busana super minim, Raja juga ingin perempuan yang kebetulan tewas dalam "tugasnya" bisa dipindahkan tanpa ada orang tahu.

Raja Vermax memang membangun sebuah bangunan di antara istana Raja  dan Istana Bunga Mawar. Yang Mulia konon tidak mau mencampuradukkan  urusan negara dengan urusan lendir. Dia juga tidak mau berkunjung ke istana Bunga Mawar untuk melampiaskan hasrat.

Sehingga pertemuannya dengan para perempuan dilakukan di tengah-tengah.

Bangunan itu cukup luas karena berisi kamar dengan ranjang besar, kolam untuk berendam dengan bunga teratai terapung di atasnya, dan taman yang cantik. Itu adalah surga untuk Raja Vermax yang bisa melampiaskan birahi di tempat-tempat itu. Kalau Raja sudah berkurung diri di bangunan itu, hanya Miriam yang bisa leluasa keluar masuk membawa makanan untuk penghuni yang sedang memacu gairah.

Jangan heran Miriam sering menyaksikan adegan persetubuhan secara live antara Raja Vermax dengan perempuan Istana Bunga Mawar. Adegan yang membuat hasrat Miriam selalu menyala dan anehnya dia tidak bisa puas kendati dilayani secara paripurna oleh budak lelaki simpanannya yang dianggap punya batang kelamin sebesar dan sekuat Raja Vermax!

Natasya bisa merasakan kedua perempuan baru itu mengandeng tangan kanan dan kiri seolah minta perlindungan. Kehebatan Natasya yang pernah menemani Raja Vermax sebulan penuh memang jadi legenda di antara para perempuan. Mereka menganggap Natasya lebih berpengalaman dan bisa berbagi tips karena mereka sangat ketakutan saat ini.

"Kak... Apakah...Apakah nanti sakit?" bisik perempuan termuda yang bernama Hana. Tangan perempuan itu sedingin es.

Sakit?

Natasya mencoba memanggil kembali ingatannya ketika pertama kali dia melayani Raja Vermax. Ingatannya sedikit buram. Yang dia ingat dirinya pingsan ketika Raja Vermax memaksa masuk dalam tubuhnya. Dan itu terjadi setelah dia kejang-kejang diterpa kenikmatan yang tidak ada duanya.

Jadi sakit, atau tidak?

Natasya bingung menjawabnya.

"Katanya kita bisa mati?" suara perempuan lain terdengar gemetar. Perempuan itu bernama Gian, yang dimata Natasya punya mata sangat indah.

Mati?

Natasya hingga sekarang belum mati.

Tapi dia tahu kalau perempuan bernama Sonia mati setelah semalaman melayani Raja Vermax. begitu juga perempuan berambut panjang cantik yang masuk ke temda Raja Vermax ketika sang Raja berhasil mengalahkan Monster Gorila.

Setengah mati mungkin, seperti dua perempuan yang pernah dibopong ke Istana Bunga Mawar dan disaksikan Natasya.

"Sttt... Tutup mulut kalian," bentak Miriam. "Berhenti bicara omong kosong."

Hana dan Gian langsung terdiam. Namun cekalan tangan mereka pada Natasya semakin kencang.

Kini mereka masuk ke ruang utama di bangunan itu. Cahaya api di sudut ruangan cukup terang, dan semua bisa melihat Raja Vermax sudah menunggu.

HAREM SANG RAJA 21+++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang