BAB 5 -- PENGAWAL MIRIAM

14.1K 132 0
                                    


Selama beberapa malam Natasya mengalami mimpi buruk. Dia melihat percintaan Raja Vermax dan Sonia yang kemudian menyebabkan Sonia menghilang. Mimpi dilanjutkan dengan melihat bayangan Sonia mengintip di luar jendela kamar Natasya.

Perempuan berkulit hitam itu menyeringai memamerkan wajahnya yang penuh darah.

Natasya percaya itu adalah cara Sonia mengatakan dia sudah mati. Selanjutnya pasti giliran Natasya yang tewas di ranjang Raja Vermax.  Kalau tidak untuk apa Raja Vermax menyuruh dia hadir di malam yang apes untuk Sonia itu.

Mengingat itu tubuh Natasya gemetar. Dia makin susah tidur, kehilangan nafsu makan dan tubuhnya jadi lebih kurus.

Natasya juga enggan berkumpul dengan penghuni istana lainnya dan memilih mengurung diri di kamar.

Seminggu setelah Sonia "hilang" Miriam menginformasikan pada penghuni harem kalau Raja Vermax akan pergi selama sebulan. Raja membawa pasukannya untuk melawan monster di perbatasan kerajaan, dan jarak ke sana cukup jauh.

Informasi itu jadi kabar gembira untuk semua penghuni Harem yang kesehariannya seperti ayam yang menanti dijagal. Begitu juga Natasya. Perempuan berdarah bangsawan yang jelita ini bersyukur kepada Dewa dia bisa bertahan hidup setidaknya sebulan lagi.

Natasya sudah punya rencana untuk melarikan diri dari Istana Bunga Mawar. Waktu sebulan itu cukup untuk dia menyusun rencana pelarian. Natasya sudah menyimpan pakaian di bawah batu dekat tangga ke luar istana.

Dia bahkan sudah siap hidup menderita selama tidak menjadi budak bulan-bulanan Raja Vermax.

Sayangnya ambisi Natasya lenyap seperti asap.

Di malam keberangkatan Raja Vermax, Miriam dipanggil sang Raja untuk menghadap. Raja minta Natasya menemaninya ke perbatasan kerajaan selama sebulan itu.

"Aku membawa satu kereta kuda ekstra untuk perempuan bernama Natasya itu. Aku membutuhkan dia," kata Raja Vermax tegas.

Rasa cemburu menyusupi hati Kepala Dayang. Ini adalah kali pertama Raja Vermax berminat membawa perempuan dalam perjalanan berbahayanya. Biasanya dia lebih suka pergi tanpa iringan kereta, dan menemui para perempuan setelah semua urusannya beres.

"Tetapi Natasya sepertinya sedang sakit," kata Miriam membuat alasan. Dia tidak rela Natasya berdua-duaan dengan Raja Vermax kendati perempuan itu sudah ditakdirkan akan mati.

Raja Vermax tersenyum masam.

"Oh ya? Kemarin aku melihat dia di taman sedang memetik bunga. Dia kelihatan sehat-sehat saja," kata Raja Vermax.

Miriam langsung terdiam.

"Persiapkan dia, Dayang. Kau jangan melindungi dia," kata Raja Vermax.

Miriam mengutuk dalam hati mendengar kalimat Raja Vermax. 

Melindungi? Aku justru ingin dia cepat mati sehingga tidak ada perempuan yang membuat Yang Mulia tertarik.

"Dayang..." tegur Raja Vermax.

Miriam mengangguk dan memberi hormat.

"Tentu Yang Mulia," katanya.

"Dandani dia secantik-cantiknya dan pakaikan gaun yang indah," titah Raja Vermax lagi.

Kembali Miriam mengangguk dan mundur dari depan Raja Vermax.

Miriam langsung ke kamar Natasya. Perempuan yang dianggap istimewa oleh Raja Vermax itu tidak ada di kamarnya. Dari jendela, Miriam melihat Natasya sedang duduk di bawah pohon dengan buku di tangannya. Rambut Natasya yang panjang berkibar-kibar diterbangkan angin sore.

HAREM SANG RAJA 21+++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang