Memilih untuk mengabaikan Arsen dan menarik calon pacarnya untuk berangkat bersama adalah pilihan yang salah. Nada tidak menyadari, jika membiarkan Arsen sendirian itu sama saja melempar lelaki lembek itu ke kandang macan.
Karena sekarang, Arsen tengah dihujat habis-habisan oleh beberapa siswa yang dia lewati untuk menuju ke kelasnya.
"Sendiri ya? Pasti Nada udah capek tuh."
"Iyalah capek, siapa sih yang mau temenan lama-lama sama banci gitu."
"Mendingan emang itu Nada nggak usah temenan sama dia dari kelas 10 nggak sih?"
"Ck ck, kalau gue jadi Nada gue nggak sudi temenan sama cowok modal tampang."
Lelaki berambut hitam itu tak memperdulikan ocehan mereka. Ia menyingkap rambut hitamnya yang sudah turun ke tengkuknya karena tidak ia potong beberapa bulan ini.
Arsen ingin sekali mengadu pada Nada. Tapi dia kembali teringat oleh gunjingan para siswa-siswi tadi yang begitu menusuk dihatinya sampai sekarang.
Meremas kedua tangannya, Arsen berjalan cepat seolah tak ada orang disana. Dia menuju ke sebuah tempat dimana bisa menenangkan pikirannya.
Rooftop.
Hanya itu tujuan Arsen saat ini, biarkan dirinya bolos di jam pertama. Dia ingin menenangkan dirinya sendiri karena begitu banyak kata-kata yang mengusik hatinya.
.
.
N
ada kelimpungan mencari sahabatnya itu. Sesampainya dia disekolahan, siswa-siswi menatapnya dengan sumringah karena melihat dirinya berangkat bersama salah satu manusia favorit yang seringkali dijodohkan dengan Nada.
Daniel Maheswara.
Ketua basket yang memiliki paras rupawan dengan dua lesung pipi yang nampak manis ketika lelaki itu tersenyum. Wajahnya kalem, teduh, membuat para manusia disekolah itu akan terpesona setiap kali melihatnya.
Ya tidak heran sih menjodoh-jodohkan Daniel dengan Nada. Meskipun Nada seringkali mengelak, kini lelaki itu malah menjadi crushnya. Tidak tahu sejak kapan, tapi Nada dekat dengan Daniel akhir-akhir ini. Dan itu tentu saja mendapatkan banyak dukungan.
Lebih baik dengan Daniel daripada si modal tampang.
"Ck, ini anak kemana sih. Bikin repot aja."
Nada mendengus kuat-kuat. Dia tak kunjung menemukannya.
Bangkunya kosong dan tidak ada tasnya, pergi kemana Arsen itu? Mana dia sendirian. Nada takut Arsen akan mendapatkan penindasan lagi seperti awal mereka bertemu tepat tiga tahun yang lalu.
Kantin tidak ada, Perpustakaan tidak ada. Toilet laki-laki juga tidak ada.
Kemana sebenarnya Arsen?
Ah! Nada belum mengecek ke UKS sekolah. Kemungkinan terburuk jika anak itu ditindas, dia akan ke UKS untuk mengobati beberapa lukanya. Secepat kilat, Nada langsung berlari ke UKS.
Namun, pintu itu masih terkunci karena belum ada jam 07.00. Penjaga UKS belum datang untuk berjaga.
Sialan.
Nada mengacak rambutnya kasar membiarkannya berantakan seperti dicakar harimau. Kalau begini, lebih baik tadi Nada menolak ajakan Daniel dan berangkat bersama Arsen saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE ; ARSENA
Teen FictionKata orang, Arsen itu banci & nggak doyan cewek. Kata orang, Arsen itu lemah. Kata orang, Arsen itu nggak bisa apa-apa. Kata orang.... Nada hampir muak mendengar apa kata orang, apalagi saat lelaki nomor satu yang membenci serta membully Arsen terny...