Namanya Nada Kalendestein. Entah dapat inspirasi dari mana orang tua gadis itu sehingga menamakan anak perempuannya dengan nama super ribet yang membuat guru-guru mengeluh ketika mengabsennya.
Gadis berambut sebatas bahu dengan gaya berbicara yang terkesan nyolot serta tak lupa sifatnya yang sedikit mirip berandal jalanan ketimbang gadis puber pada umumnya.
Memasuki kelas 12 adalah hal yang memuakkan bagi Nada. Semakin naik ke kelas atas, maka semakin tinggi pula beban yang ia pikul kedepannya.
Kalau boleh memilih, Nada ingin tetap tinggal di kelas bawah. Atau mungkin tetap di masa kanak-kanaknya.
"Gimana? Keren nggak gue?"
Nada mengerling mendapati sahabat cowoknya itu berlagak sombong di depannya dengan selendang warna merah menyala yang tersampir cantik dibahunya.
"Yaa terserah lo." balas Nada akhirnya.
Sepulang sekolah, Nada menuruti keinginan sahabatnya itu untuk pergi ke sanggar tari seperti biasanya. Sejujurnya, Nada sama sekali tidak mempermasalahkannya. Hanya, kadang dia muak karena banyak yang bertanya pada Nada.
"Kenapa lo mau aja di ajak ke tempat kaya gitu. Udah gila ya lo?"
Itu yang sering Nada dengar dari beberapa orang kenalannya. Yang bikin Nada bingung adalah, apakah salah datang ke sanggar tari? Bukankah itu tempat umum yang boleh didatangi oleh semua orang?
"Mau nyoba nggak?" tawa sahabatnya itu. Dia melepaskan selendang meranya menyodorkan pada Nada.
Gadis itu nampak menolak secara terang-terangan. "Nggak, kapan-kapan aja."
"Gitu mulu ya setiap kalo gue ajak kesini." tawa lelaki itu.
Tahun ini adalah tepat tiga tahun mereka berteman. Sejak awal masuk ke SMA, mereka masih berteman baik sampai sekarang naik ke kelas 12.
Sejujurnya, banyak diantara siswa-siswi yang sedikit tak terima Nada⏤Si begajulan itu berteman baik dengan cowok lembek modal tampang itu.
"Udah deh kalau dah kelar ayo balik."
Nada memutar tubuhnya lalu berjalan keluar sanggar terlebih dahulu tanpa mendengar jawaban dari sahabatnya itu.
Arsena Danupatra. Salah satu cowok tampan yang memiliki kecerdasan diatas Nada. Tentu saja, Nada tidak sepintar Arsen yang selalu mendapat peringkat pertama dikelasnya.
Sedangkan Nada, masih untung dia masuk di sepuluh besar. Gadis itu tidak pernah belajar ketika mendekati ujian.
Arsen merapikan selendang merahnya, lelaki itu meletakkan selendang itu ditempatnya seperti tadi. Dia segera keluar untuk menyusul Nada yang sudah berjalan lebih dahulu.
Berteman dengan Nada adalah salah satu alasan mengapa Arsen tidak pindah dari sekolahnya. Dia memilih bertahan disana meskipun seringkali mendapatkan banyak cibiran dari beberapa siswa-siswi yang memang tidak menyukai dirinya.
Beruntungnya, Nada selalu ada disampingnya dan melindungi dirinya dari cibiran-cibiran itu. Sekarang, kalian mengerti kan? Seberapa pentingnya Nada bagi seorang Arsena.
"Ayo makan dulu," ajak lelaki itu.
Nada mendongak, mendapati sosok Arsen menjulang disana. Seperti biasa, Arsen selalu menampilkan wajah cerianya.
"Udah malem. Lo harus belajar, besok kan ada ulangan kimia." Nada kembali menolak.
Arsen menghela napas. Entah mengapa, hari ini Nada nampak sedikit berbeda dari kemarin-kemarin. Gadis itu banyak menolak ajakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE ; ARSENA
Teen FictionKata orang, Arsen itu banci & nggak doyan cewek. Kata orang, Arsen itu lemah. Kata orang, Arsen itu nggak bisa apa-apa. Kata orang.... Nada hampir muak mendengar apa kata orang, apalagi saat lelaki nomor satu yang membenci serta membully Arsen terny...