Selama menunggu Arsen potong rambut, Praja diam-diam terus memotret lelaki yng menjabat sebagai temannya itu. Meskipun dia yang menyuruh Arsen memotong rambutnya, tapi sesungguhnya dia juga sayang dengan rambut panjang lelaki itu.
Selesai potong rambut, Praja sedikit terkejut karena Arsen nampak berbeda. Lelaki itu terlihat tampan meskipun masih terlihat manis.
Rambut gelapnya yang panjang itu sudah berganti dengan rambut pendek yang rapi.
"Udah kelar." ucap Arsen menghampiri Praja yang tengah memandanginya.
"Ja." Arsen menjentikkan tangannya di depan wajah Praja karena lelaki itu masih memandanginya tanpa kedip.
"Lo tuh kenapa? Gila?" celetuk Arsen.
Praja menggeleng sesaat. "Nggak."
Kalaupun dijelaskan pasti tidak akan ada yang paham kan? Praja tahu itu. Bahkan Arsen sendiri tidak akan paham dengan perasaannya.
Dia menganggap Arsen temannya, teman pertamanya yang membantu dirinya untuk survive. Tapi, tanpa sadar Praja juga mengagumi Arsen tanpa lelaki itu ketahui. Karena sungguh, Arsen sangat berbeda dengan lelaki yang pernah berteman dengan Praja sebelumnya.
Praja menghargai Arsen, hanya saja lelaki itu kemakan gengsi.
Setelah keluar dari potong rambut, mereka berjalan beriringan. Praja sengaja memasukkan tangannya ke saku hoodie agar tidak bersentuhan dengan Arsen. Dia takut menganggap dirinya semakin tidak normal.
Meskipun Arsen bilang dia normal.
Tapi, Arsen belum tahu betul ceritanya. Praja pun takut jika harus cerita seperti ini pada lelaki itu. Dia takut Arsen akan semakin jauh darinya dan kembali dengan di begajulan itu. Meskipun akhir-akhir ini Nada menjauh dari Arsen.
"Gue besok mau ke rumah Nada." ucap Arsen.
Dia sudah memutuskan sejak semalam. Karena jujur saja, dia rindu dengan Nada. Rindu dengan semua yang ada di sekitar Nada. Termasuk Mama Aura.
"Jadi, gue nggak di rumah. Kalau lo mau susul aja gue di tempat Nada. Nanti gue kirim alamatnya." sambung Arsen.
Praja diam, tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Tapi, hatinya sedikit tidak ikhlas mendengar Arsen akan bersama dengan Nada lagi.
"Kenapa lo bilang ke gue." pada akhirnya Praja kembali menutupi gengsinya itu.
Lelaki itu sama sekali tidak berani mengungkapkan isi pikirannya sendiri.
"Karena lo sendiri yang bilang buat nggak main sama Nada selagi lo lagi sama gue. Lo nggak inget?"
Arsen mengusak kepalanya sendiri yang terasa gatal sehabis potong rambut.
"Gue cuma minta besok buat nggak sama lo, Ja. Gue cuma kangen sama Nada." ucapnya melanjutkan.
Tiba-tiba saja hati Praja mencelos mendengar kata kangen yang terucap dari mulut Arsen.
"Oh."
Setelah beroh ria, Praja membesarkan langkahnya berjalan mendahului Arsen membuat lelaki itu bertanya-tanya di belakang sana. Ada apa dengan Praja barusan? Apakah lelaki itu sedang ngambek?
"Jaa!!!"
Arsen akhirnya mengejar lelaki itu.
Ternyata lelaki juga sama susahnya dibaca seperti gadis-gadis yang kasmaran. Arsen bingung dengan Praja. Dia sama sekali tidak mengerti.
"Lo marah?" tanya Arsen.
Praja diam tak menjawab.
"Lo boleh ikut gabung kok, nanti gue sharelock. Jangan gini, Nada juga bagian penting dalam hidup gue." lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE ; ARSENA
Teen FictionKata orang, Arsen itu banci & nggak doyan cewek. Kata orang, Arsen itu lemah. Kata orang, Arsen itu nggak bisa apa-apa. Kata orang.... Nada hampir muak mendengar apa kata orang, apalagi saat lelaki nomor satu yang membenci serta membully Arsen terny...