Nada mengaduk cream kocoknya dengan sembarangan. Pikirannya menerawang jauh memikirkan Arsen yang jarang menemui dirinya akhir-akhir ini. Mungkin hampir satu mingguan Arsen tidak mengajaknya ke sanggar tari. Dan dia juga sedikit aneh karena Praja sering terlihat bersama Arsen di beberapa tempat dan waktu yang tak biasa.
Nada akui sedikit kehilangan, karena lelaki itu biasanya akan mengganggu dirinya dan mengajaknya untuk pergi ke sanggar tari meskipun Ia tak ingin. Lalu akan membelikannya makanan agar dirinya mau ikut. Tapi, Arsen tidak melakukannya hampir satu mingguan ini.
Bahkan mereka jarang berangkat bersama. Arsen yang biasanya datang ke rumahnya kini tidak ada. Jujur, Nada sedikit bingung ketika ditanya oleh mamanya. Karena mamanya itu biasa menyiapkan bekal dua porsi untuk mereka berdua tentu saja.
"Kenapa cuma diaduk-aduk aja?"
Suara dari ketua basket itu menyadarkan Nada. Gadis itu mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya tersenyum simpul.
"Nggak papa." balasnya.
Dia sampai lupa kalau sedang bersama Daniel di Cafe ini sangking asiknya memikirkan Arsen yang bahkan tidak tahu sedang memikirkannya atau tidak.
"Kamu akhir-akhir ini sering ngelamun. Lagi ada masalah? Mau cerita?" Daniel menatapnya dengan lembut.
"Enggak kok, mikirin pelajaran aja." elak Nada.
Tidak mungkin dia akan menceritakan soal Arsen ke Daniel kan? Lagipula Daniel juga sedikit tidak suka dengan Arsen karena beberapa alasan.
Nada rindu ke sanggar tari bersama Arsen. Kalau dia datang tanpa Arsen rasanya tidak enak karena dia hanya menonton saja disana.
"Ada tugas susah? Butuh bantuan?" tanya Daniel.
"Enggak, Dan. Aku mau pulang aja." balas Nada.
Sudah tidak mood dia. Daniel terlalu banyak tanya dan berisik. Otaknya sendiri sedang berisik memikirkan Arsen. Apa dia harus ke rumah Arsen ya hari ini?
Tapi apa tidak apa-apa kerumah lelaki itu tanpa memberitahunya terlebih dahulu?
"Aku anter ya?"
"Aku naik taksi aja, Dan. Kita sambung lain waktu ya, maaf."
Setelahnya Nada berlalu dari Cafe. Dia harap, Daniel tidak marah lagi. Karena dia sering meninggalkan acara ngedate mereka karena kepikiran Arsen.
Padahal harusnya Ia senang karena Arsen tidak lagi merepotkannya.
Kenapa malah kehilangan seperti ini?
****
"Gue pikir lo mau mukulin gue."
Praja tertawa. Lelaki itu meletakkan kotak martabak manis yang Ia bawa. Belakangan ini, Ia sering main ke rumah Arsen barang hanya lima menit.
Arsen baru saja selesai mandi, dan dia sudah dikejutkan oleh Praja yang sudah berdiri di kamarnya dengan sekolah martabak manis. Ya Arsen tidak masalah sih, lagipula sudah lama Praja tidak bermain dengannya.
Mengacak rambutnya yang masih basah, Arsen mencari alat pengering rambut di dalam lemarinya.
"Mana ada gue mukulin lo." Praja melepaskan jaketnya kemudian rebahan di tengah kasur Arsen.
"Selama ini?"
Arsen menancapkan kabel alat pengering itu ke stop contact. Lalu mulai mengeringkan rambutnya yang panjang itu. Dia malas potong rambut, jadi dibiarkan saja sampai sebahu. Mungkin besok dia akan memotongnya kalau merasa gerah dan boros shampo.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXCHANGE ; ARSENA
Teen FictionKata orang, Arsen itu banci & nggak doyan cewek. Kata orang, Arsen itu lemah. Kata orang, Arsen itu nggak bisa apa-apa. Kata orang.... Nada hampir muak mendengar apa kata orang, apalagi saat lelaki nomor satu yang membenci serta membully Arsen terny...