-07-

683 13 0
                                    

Nada tetap memakan es krim vanilla itu meskipun dia tidak suka. Dia tidak ingin melukai harga diri Daniel yang sudah effort membelikannya es krim meskipun harusnya dia yang membelikannya.

Boneka dari Daniel juga dia peluk dengan erat karena dia ingin menghargai lelaki yang berstatus pacarnya itu.

"Lusa aku ada tanding di SMA sebelah." ucap Daniel.

"Iyakah??! Wahh semangat!" Nada tersenyum sembari memakan es krim vanillanya.

Jujur, dia ingin muntah. Rasa vanilla sama sekali tidak cocok dilidahnya. Dia lebih suka choco mint daripada vanilla.

"Kamu dateng nonton mau? Biar aku semangat." goda Daniel.

"Bolehh! Nanti aku dateng s⏤"

"Tapi aku cuma ada satu tiket. Kamu dateng sendiri nggak papa?" sela Daniel.

Padahal, Nada baru saja akan mengatakan kalau dirinya akan datang bersama dengan Arsen.

"O-oke! Nanti aku dateng sendiri." ringis gadis itu akhirnya.

Mereka kembali berjalan keluar dari rumah wahana ini. Daniel berniat untuk mengajak Nada ke Cafe. Lapar juga belum makan dari siang sampai sekarang. Dia butuh makanan untuk menggambar perutnya.

Baru selangkah keluar dari pintu. Mereka dikejutkan oleh sosok laki-laki dengan jaket denim sobek-sobek berdiri disana.

"Gue kira rumor itu nggak bener. Kalian beneran dating?" ucapnya.

Nada menarik tangan Daniel agar cepat-cepat pergi dari sana. Dia tidak ingin adu bacod saat ini.

"Keren juga cowok lo. Udah nggak sama si banci?" dia berucap remeh.

Nada menghentikan langkahnya. Tangan gadis itu terkepal, sialan. Berani-beraninya dia mengatai Arsen dihadapanhya, apakah dia ingin ditonjok ditempat ini?

"Mending lo nggak usah deh deket-deket sama si banci lagi. Bagusan sama Daniel." Lanjutnya.

Emosi Nada semakin naik. Oke, sabar Nada. Daniel tidak membuka mulutnya, tidak mengenali wajah lelaki yang tengah mengajak Nada bicara ini. Nanti, Daniel akan menanyakannya nanti.

Lelaki itu terkekeh, "sampai sini aja udah ketebak kan? Kalau dia banci?"

"JAGA OMONGAN LO, PRAJA DHIMUKA!" seru Nada. Gadis itu marah, dia tidak bisa menahan amarahnya yang kian meluap setiap kali Praja berucap dan merendahkan Arsen di depannya.

Daniel terkejut mendengar seruan Nada yang tiba-tiba terdengar sangat lantang.

"Kenapa? Mau marah? Lo nggak inget lo sama siapa disini?" Praja menaikkan sudut bibirnya.

Nada tidak sanggup menahan gejolak api didalam dirinya. Gadis itu melepaskan genggaman tangannya dengan Daniel.

BUAGH!

Ditinjunya wajah Praja kuat-kuat sampai lelaki itu tertoleh ke samping. Daniel nampak shock melihatnya. Dia sampai menutup mulutnya sangking shocknya.

"Gue bilang jaga omongan lo ya anjing!" maki Nada.

Praja terkekeh, "karena lo udah punya pacar. Gue bebas ganggu Arsen, right?"

Nada mencekik leher Praja. Mendorong lelaki itu sampai tertahan ditembok. Nada semakin mengeratkan cekikan dileher Praja, gadis itu benar-benar hilang kendali.

"Jangan pernah lo ganggu ataupun usik sahabat gue, brengsek! Atau lo bakal tau akibatnya." desis Nada terdengar sangat tajam.

Praja hanya tersenyum miring. "Lo ngancem gue?"

"Gue, nggak akan biarin lo deket-deket sama Arsen." Mata gadis itu menukik tajam seolah ingin menerkam mangsa di depannya.

Daniel segera menarik tubuh pacarnya itu agar menjauh dari Praja. Para pengunjung mulai menonton mereka. Daniel tidak ingin pacarnya itu dibawa ke kantor keamanan dan berakhir dikantor polisi karena kasus penyerangan.

"Ck, Dan lepas." Nada memberontak.

"Hei, hei. Kamu nggak boleh nyerang dia. Oke? Ini tempat umum." Daniel mencoba mengingatkan dengan lirih.

Praja mengatur napasnya dan membenarkan dasinya yang berantakan karena cekikan Nada tadi. Dia tertawa melihat Nada yang sebegitu emosinya.

"Lepasin aja, Dan. Biar gue lihat sampai mana dia mau ngelindulin si banci." ucapnya.

"Lo gila? Mending lo pergi dari sini." delik Daniel.

"Cewek lo yang gila. Sebegitu perhatiannya dia sama di banci. Di pelet apa dia?" tawanya.

"BRENGSEK! LEPASIN GUE DAN!" Nada memberontak. Gadis itu sungguh ingin menerjang tubuh Praja lalu memukul wajahnya sampai babak belur.

Tidak ada pilihan lain, Daniel menyeret tubuh gadisnya itu untuk keluar dari area bermain itu. Dia membawa Nada ke parkiran. Gadis itu masih memburu. Kenapa Praja selalu ingin menghancurkan Arsen? Apa sebenarnya hubungan mereka?

Daniel menyerahkan boneka teddy yang sempat Nada jatuhkan karena menyerang Praja tadi.

"Kamu nggak boleh kaya gitu di tempat umum, Nad." ucap lelaki itu.

Nada menerima boneka itu kembali, dia mengambil helm dari motor Daniel kemudian memakainya.

"Nggak usah banyak bicara. Ayo pulang," ucap Nada, datar.

Daniel menghela napas, gagal sudah dia mengajak Nada untuk ke Cafe. Suasana hati gadisnya itu sedang sangat buruk.

Motor ninja itu membelah jalanan menuju rumah Nada. Sepanjang perjalanan, Nada diam. Dia masih marah dengan Praja dan dia juga marah dengan Arsen. Apa yang dia berbuat sampai Praja sebegitu dendamnya dengan dirinya?

Daniel pun tidak mengajak Nada untuk berbicara. Dia tahu kalau perasaan gadis itu sedang tidak baik. Motor berhenti tepat di depan rumah Nada.

"Thanks, Dan. Maaf karena aku nggak bisa kontrol emosi tadi." lirih Nada sembari menyerahkan helmnya.

"It's okay. Semua terjadi tiba-tiba. Selamat istirahat. Peluk boneka itu kalau kamu lagi kangen aku." ucap lelaki berlesung pipi itu.

Nada mengangguk, dia melambaikan tangannya. Motor merah itu sudah tak terlihat. Nada memegangi perutnya yang terasa mual. Astaga, apakah ini gara-gara es krim vanilla?

Buru-buru gadis itu masuk. Dan hampir saja dia meloncat sangking terkejutnya karena melihat Arsen duduk di teras rumahnya dengan kedua mata terpejam.

Arsen benar-benar menunggunya?

______________

mumpung ada ide, double up.

besok dh gk ada ide, gk up.

berdoa stiap hari dpt ide🙂

EXCHANGE ; ARSENA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang