-08-

840 19 1
                                    

"Lo nunggu gue?"

Arsen nampak linglung, "ng?? Gue??"

Nada terpaksa membangunkan Arsen yang tertidur itu. Dan sekarang, sepertinya dia belum sadar 100% dan masih setengah nyawa yang terkumpul.

"Iya, lo dari kapan disini? Mama gue udah pulang?" tanya Nada beruntun.

Arsen meregangkan otot-ototnya yang terasa kram. Entah sudah berapa lama dia tertidur. Tapi, dia tidak berencana untuk tidur di depan rumah Nada tadi.

"Gue lupa, mama lo gue nggak tau. Gue kan ketiduran," jawab Arsen.

Nada mengangguk mengerti, sesaat gadis itu memegang perutnya yang kembali mual. "G-gue ganti baj⏤HOEEKKK."

"Na, lo nggak papa??!" Arsen mendadak panik.

Gadis itu menggeleng kemudian berlari ke dalam rumah untuk menuju kamar mandi. Sepertinya es krim vanilla itu minta dikeluarkan dari dalam tubuhnya karena di bully oleh beberapa makanan yang lain.

Selama ini, Nada memang tidak pernah memakan es krim vanilla karena terakhir kali dia makan es krim vanilla berakhir sakit. Tubuhnya memang sangat lebay, tidak tahu kenapa.

Arsen bergegas membuntuti Nada. Benar saja, Nada memuntahkan segala isi perutnya ketika sampai di kamar mandi. Gadis itu terduduk lemas di lantai kamar mandi setelah semuanya keluar. Arsen datang dengan segelas air putih dan minyak urut.

"Minum dulu, abis itu gue pakein ini." Lelaki itu menyodorkan segelas air putih.

Nada meminumnya sampai setengah. Dia masih lemas karena semua isi perutnya terkuras habis.

"Udah." Nada kembali menyerahkan sisa air putihnya kepada Arsen.

Lelaki itu meletakkan gelas itu ke dapur kemudian kembali lagi ke sana. Nada masih bersandar di dinding kamar mandinya.

"Mau gue gendong?" tanya Arsen.

Nada tidak menjawab, gadis itu merentangkan tangannya meminta untuk digendong oleh Arsen. Lelaki itu tersenyum geli sebelum akhirnya membawa Nada ke dalam gendongannya.

"Depan atau kamar?" tanya Arsen lagi.

"Kamar." balas Nada dengan lemas.

Menurut, lelaki itu membawa Nada ke kamarnya. Merebahkan tubuh lemas Nada di kasur. Arsen duduk di sampingnya.

"Hari ini, nggak usah ke sanggar deh. Lo istirahat aja. Gue nggak ajak lo," ucap lelaki itu.

Nada mengangguk patuh.

"Buka baju lo, gue olesin minyak dulu." titah Arsen.

Nada melotot, "lo gila?!"

"Ck, gue nggak bakal perkosa lo kali. Buruan biar cepet baik." decak Arsen.

Meskipun sedikit tidak yakin, Nada akhirnya membuka seragamnya menyisakan tanktop abu-abu miliknya. Tangan Arsen bergerak menyingkap tanktop yang menutupi bagian perut gadis itu. Nada sedikit merinding ketika tangan lelaki itu bersentuhan dengan kulitnya langsung.

"Ar.."

"Hm?"

Nada menelan ludahnya ketika Arsen hanya menjawab dengan gumamannya. Sial, kenapa suara Arsen terdengar sangat berat.

Mengoleskan minyak itu ke perut Nada dengan merata, setelah selesai Arsen kembali menutup perut gadis itu lagi. Menaikkan selimut agar tubuh Nada tidak kedinginan.

"Udah selesai. Mau sampai kapan nahan napas?" ucap Arsen.

"Aa? Emm udah? Thanks, Ar." balas Nada sedikit kikuk.

Arsen tertawa ringan.

"Lo istirahat, gue tinggal dulu. Nanti gue bilang ke mama lo biar pulang cepet." ucap Arsen.

Lelaki itu meletakkan minyak urut tadi di nakas samping tempat tidur Nada. Kemudian berdiri. Baru selangkah, tangannya sudah di tahan oleh Nada.

"Mau kemana?" tanya gadis itu.

"Sanggar. Gue ngajar hari ini," jawab Arsen.

Nada menggeleng beberapa kali. "Temenin gue," ucapnya.

Arsen sontak tertawa, "serius?"

"Y-ya serius. Lo nggak khawatir sama gue? Kalau gue butuh sesuatu terus jatuh abis iti pingsan gimana??!" sungut Nada.

"Lo bisa telpon gue. Gue langsung angkat, tenang aja. Atau gue suruh cowok lo buat jagain lo disini mau?" tanya Arsen.

Sejujurnya, Nada lebih percaya kepada Arsen ketimbang Daniel. Apalagi untuk berduaan di rumahnya tidak maksudnya dikamarnya seperti sekarang ini.

Kalau Arsen macam-macam dengannya, Nada bisa saja langsung mengajak duel anak laki-laki itu. Tapi, kalau Daniel yang macam-macam dengannya? Nada tidak yakin. Dia takut kalau dia akan kalah dengan Daniel karena mungkin kekuatan cowok itu lebih besar darinya.

Lagipula, Arsen tidak akan pernah macam-macam dengannya. Memang Arsen minat dengan gadis gepeng seperti dirinya? Tidak mungkin.

"Nggak mau. Mau sama lo." Nada menggeleng beberapa kali.

Arsen nampak menghela napas. Dia sudah berjanji pada anak-anak untuk datang ke sanggar hari ini.

"Tapi, Na. Gue udah janji sama anak-anak. Mereka nunggu gue." ucapnya.

"Bilang aja nggak bisa dateng, gue sakit." balas Nada.

"Apa hubungannya?"

"Ya bilang aja jagain gue yang lagi sakit. Ar, kali ini aja please." Nada merengek.

Arsen nampak berpikir beberapa kali, Nada memang sudah banyak membantu dirinya. Tapi, apakah gadis itu benar-benar membutuhkannya sekarang?

"Oke, gue disini." putus Arsen.

"YEAY!"

Sangking senangnya, Nada tidak sadar kalau tangannya masih menggenggam erat tangan Arsen membuat lelaki itu tersentak kaget dan tertarik ambruk di atasnya.

Nada menahan napasnya, wajah Arsen begitu dekat dengannya. Hanya beberapa centi saja. Nafas lelaki itu terasa sangat hangat menerpa kulitnya.

Tersadar, Arsen segera berguling ke samping Nada agar tidak menindih gadis itu. Dia sedikit shock karena jaraknya begitu dekat dengan Nada.

"G-ggue nggak se-sengaja. Maaf," Nada gugup setengah mati.

Gadis itu langsung beringsut masuk ke dalam selimut untuk menutupi wajah malunya. Sial, ini sangat canggung.

"S-santai aja." balas Arsen.

"Mau gue bikinin mie?" tanya Arsen, mencoba memecah kecanggungan yang terjadi.

Bukannya menjawab, Nada langsung membuka selimutnya dan berlari keluar dari kamarnya dengan tanktop dan rok sekolahnya.

"Nadaa?"

"Mam?"

Sialan! Canggung untuk kesekian kalinya.

_______________

DAMN!
Demi Allah Mau Nangis.

ngakak bgt pas ngetik chap ini😔🤞🏻

EXCHANGE ; ARSENA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang