Chapter 8

1.5K 81 2
                                    

Berdiri di depan cermin merapikan baju office yang biasa ku kenakan. Aku duduk di depan cermin tempat aku berhias. Memberikan sentuhan lembut keseluruh wajah ku hingga akhirnya terlihat cantik dan natural. Aku ambil heels ku yang sudah tersedia di rak sepatu yang ada di kamar ku. Semua telah selesai aku kembali berdiri kembali merapikan seluruh apa yang ku kenakan di depan cermin. Wajah yang awal nya santai biasa saja kini mulai murung. Apa yang tengah ku lakukan saat ini? Untuk apa aku seperti ini? Toh tak ada lagi seseorang yang bisa membuat ku bahagia. Hal yang tak perlu di fikirkan, aku ambil tas beserta blazer ku dan langsung menuju kantor.

Duduk di kursi kerja sambil termenung. Menompang dagu di kedua tangan ku. Aku benar-benar tak bisa melupakan nya begitu saja semenjak ia jujur mencintaiku. Kini apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku berdiam diri disini menanti akan hadir nya dia di hadapan ku. Tanpa berfikir panjang, tubuh ku refleks bergerak menuju kantor rinal.

"Bisa ketemu dengan rinal?" tanya ku kepada sekretaris rinal

"Maaf mba, apa mba sudah buat janji?" tanya sekre itu

"Saya belum buat janji mba" jawabku

"Maaf mba, mba harus buat janji dulu" ucap sekre itu

Aku hanya diam dengan ucapan itu. Aku salah jika harus datang ke mari. Iya salah, dan kenapa aku harus kesini? Hey bukan kah aku di larang papa untuk tak menemuinya lagi? Ah apa ini? Aku bodoh. Tak seharusnya aku ke sini. Aku pun memilih kembali ke kantor dan melupakan semuanya. Namun ketika hendak menuju keluar tak sengaja aku menabrak seseorang, aku mendongkak ke arah nya dan ternyata rinal. Seketika ia menarik lengan ku menuju ruangan nya.

"Kamu ngapain kesini?" tanya nya cuek

"Aa... Aku..." jawab ku gugup

"Tak cukupkah kebencian papa kamu terhadap ku. Dan kini kamu mau memperolok2 ku? Silahkan, aku terima" ucapnya dengan santai nya

"Tak ada hubungan dengan itu nal!"

"Jadi apa?"

"Kamu berubah nal, benar2 berubah. Bukan rinal yang ku kenal dulu"

"Iya, aku berubah karena kamu! Karena kebencian orangtua kamu!"

"Rinaalll~" ucapku yang tak sanggup lagi mendengar ucapan nya. Hingga akhirnya aku keluar menahan tangis. Rasa tak percaya menggeluti setiap perasaan ku. Kini apa? Aku masih saja menyayangi nya, padahal dia telah melukai ku dengan ucapan nya.
Rinal POV

Sakit, benar-benar sakit kurasakan ketika aku harus berpura-pura membencinya. Mewujudkan semua keinginan nya untuk melupakan ku. Kembali lah ke papa mu ve, pilih lah pria yang lebih baik dari pada aku.

Berat jika harus melupakan nya begitu saja. Perasaan yang teramat ini tak bisa ku hilangkan. Jika ada harapan yang baik aku ingin berdua bersama mu ve. Jalan yang seakan menutupi semua keinginan kita putus karena ku. Aku harap kamu mendengar segala jeritan keluh kesah ku ve.

"Pak, tiket pesawat sudah ready. Keberangkatan pukul 3 sore menuju kalimantan" ucap sekre ku di via telfon

"Iya" ucapku singkat. Seberapa lama jika aku harus melupakan nya. Hanya satu hal yang bisa membuat ku benar-benar melupakan nya. Aku akan pergi entah berapa lama. Memilih menenangkan diri, melupakan sejenak permasalahan yang menggeluti pikiran ku. Kini aku harus fokus di kerjaan tanpa ada yang mengusik.

*skip ye xD*

Berhari-hari setelah kejadian pertemuan di kantor itu terjadi. Kini pikiran ku masih saja terus di hantui dengan nama ve. Entah kenapa begitu susah nya melupakan seseorang yang sebenarnya tak mencintai ku. Tapi apa? Aku malah terus mempertahankan perasaan ini. Setiap hal yang ku kerjakan aku selalu teringat dengan sosoknya.

Bukan Kisah Siti NurbayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang