Chapter 4

1.8K 86 1
                                    

Seketika aku kaget melihat kedatangan nya begitu saja. Gaya nya yang bisa di bilang rapi banget tapi kalau soal etika ngk rapi deh.

"Hey kalau mau masuk ketuk pintu dulu dong!" ucapku menada tinggi

"Maaf aku lupa mengetuk pintu nya" ucap nya begitu santai

Apa maksud nya ini? Seenaknya saja. Apa dia pikir ini kantor nya apa? Aku terus menggerutu dalam hati melihat tingkah nya. Sikap nya aneh. Abis kepentok apa dia sampai2 pagi gini dia sudah membuat ku bete.

"Ngapain kamu disini?"

"Di suruh papa kamu"

"Kamu mau gitu aja?"

"Abis gimana lagi, kalau aku tolak urusan nya kan bisa berabe" ucap nya terus bersikap santai

"Pacar kamu gk marah nih?"

"Kenapa mesti marah? Dia kan juga ngerti"

Apa yang tengah ada dalam pikiran pria ini? Kemarin sikap nya begitu baik dan perhatian. Tapi sekarang? Sikap nya berubah begitu drastisnya. Lebih semau nya tanpa memikirkan perasaan orang lain.

"Kamu lagi ngapain?" ucapnya yang duduk di hadapan meja kerja ku

"Ngk lihat nih!" ucapku melirik sirik ke arah nya

"Ouh ya ya" ucapnya. "Jalan yuk!" lanjutnya mengajak ku

Hey ngapain ngajak2 aku jalan? Ngak lihat nih lagi banyak kerjaan. Setidak nya ngerti kek kalau orang lagi sibuk gini. Lanjutku ku terus memeriksa setiap file yang ada di meja kerja ku. Entah kenapa ia terus menatap ku dengan sikap aneh nya. Aku merasa tak enak jika terus terusan di lihat seperti itu.

"Mau jalan kemana?" ucapku menghempas pelan pulpen yang tengah ku pegang

"Kemana aja, asalkan ngak di kantor"
"Ngak jelas! Aku sibuk, ngak bisa" ucapku cuek langsung melanjutkan kerjaan ku

"Ayolah, aku pengen jalan sama kamu lagi" ucapnya memelas padaku

Tak lama hp ku berdering. Seseorang menelfon ku, ku lihat ternyata papa. Tumben pagi-pagi gini nelfon. "Iya pa" sahut ku menjawab telfon

"Rinal sudah di sana?"

Hah? Malah nanyain rinal? "Sudah pa -,-" jawabku bete

"Ya udh kamu jalan gih sama dia"

"Tapi pa kerjaan ve masih banyak di kantor"

"Kerjaan kamu biar mama kamu yang handle"

"Pa...." seketika di potong oleh papa. "Kamu mau buat papa kecewa ve?" ucap papa. Seakan ucapan itu menusuk setiap uluh hati aku. Tak bisa membuat papa kecewa karena sikap ku ini.

"Ya udh kita jalan" ucapku kemudian berdiri dengan sikap cuek

"Nah gitu dong" ucapnya

Rinal POV

Memilih untuk kembali jalan bersama nya. Sebenarnya aku males tapi mau gimana lagi? Papa nya yang menyuruh ku. Sengaja sikap ku seperti ini agar tak menimbulkan keseriusan dalam hati. Mulai hari ini sikap ku harus dingin tapi tetap menjaga perasaan nya.

"Kamu udah sarapan?" ucapku

"Belum" jawab nya singkat

"Kita sarapan dulu yah"

"Terserah" ucapnya dingin

Segitu dingin nya ia padaku? Hmm sudahlah ini yang kuinginkan bukan. Agar perjodohan ini tak terjadi. Aku dan dia saling tak berharap banyak, tetap kekeuh pada pendirian untuk tak terjadi nya perjodohan yang sebenarnya. Tak lama hp ku berdering, yang menelfon ku adalah dhike, ia bertanya aku lagi di mana dan aku jawab tempatnya.

Bukan Kisah Siti NurbayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang