Chapter 18

1K 63 2
                                    

Rinal POV

Aku berdiri menatap lurus setiap sudut kota banjarmasin ini. Diatas balkon hotel yang benar-benar begitu strategis. Sambil ku seruput secangkir teh hangat yang masih ku pegang. Seketika aku teringat akan ve yang sedang menunggu ku disana.

Yap sudah 2 bulan aku meninggalkan nya. Sedang apakah dia disana? Mungkin kah ia merindukan ku? Atau mungkin kamu sudah terlihat gendutan haha batin ku sambil tersenyum tipis membayangkan itu semua, Seandainya aku bisa membawa ve kesini, mungkin ia begitu senang. Apalagi ia begitu menyukai menatap langit biru yang terbentang luas ini.

"Langit nya begitu indah yah pak" ucap viny seakan membuat ku tersadar dari kenikmatan angin sore ini

"Ouh iya, indah banget"

"Pasti istri bapak juga memandang langit yang sama"

"Ya mungkin saja" sambil memberi senyum tipis

Aku kembali menatap langit biru yang terbentang luas ini. Terus menyeruput secangkir teh hangat ini. Tanpa tersadar kini viny sudah berada di samping ku, dekat. Mungkin hanya menyisahkan 10cm saja. Aku kaget dan agak menjarak dari viny.

"Vin, malam ini tidak ada jadwal kan?" tanya ku

"Iya pak tidak ada, ada apa?"

"Temani saya malam ini ke mall yah?" ajak ku padanya

"O-o-oh buat apa pak?" tanya nya terlihat gugup

"Kamu bisa bantu saya mencari kado spesial buat ve?"

Dia tak menjawab pertanyaan ku dan malah terdiam. Aku menegur nya hingga ia tersadar kembali. "Bagaimana?" tanya ku lagi

"I-i-iya bisa pak" ucapnya sambil mengangguk ragu

Kini malam tiba. Aku bergegas bersiap-siap untuk segera berangkat menuju sebuah mall. Aku bingung mau membeli kado apa sehingga aku harus meminta tolong kepada viny apa yang bagus ku berikan buat ve. Selama ini aku belum pernah memberikan kado buat nya. Aku benar2 pria yang tidak romantis.

"Apa ini bagus vin?" tanya ku padanya menunjukkan sebuah boneka yang cukup besar

"Bapak belum pernah memberikan kado yah buat istri bapak sendiri?" tanya nya sambil tertawa kecil

"Ouh haha iya, ini baru pertama kali nya" balas ku tersipu malu. "Eh vin, sebaiknya kamu panggil nama rinal aja, ngak usah bapak. Itu buat di kantor aja" balas ku lagi

"Loh, ta-ta-tapi..."

"Sudah lah, tak masalah" ucapku sambil kembali melihat-lihat isi toko ini

"Hmm pak eh rinal, sebaiknya kita pindah toko saja. Disini tidak ada yang menarik"

"Ouh begitu yah, baik lah" ucapku kemudian meninggalkan toko ini bersama viny.

Segala macam toko sudah aku datangi. Dan tak ada satupun yang membuat ku atau mungkin viny menyukai sesuatu benda yang akan ku jadikan kado itu. Hingga akhirnya kami beristirahat sejenak di sebuah booth penjual minuman di mall ini. Duduk di kursi dengan meja bulat tinggi sambil menyeruput minuman yang baru saja kami pesan.

Aku termenung sambil menggigit ujung sedotan ini. Yah tentu saja aku memikirkan sesuatu apa yang bisa ku berikan buat ve.

"Nal, kamu masih haus?" tanya nya seakan membuatku tersadar

"Ouh gk kok"

"Tapi dari tadi itu nyeruput terus, padahal kan udah habis"

"Ouh haha iya" sambil ku lihat gelas plastik ini yang ternyata sudah kosong

Bukan Kisah Siti NurbayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang