Chapter 20

1.1K 62 3
                                    

Bagaikan tersambar petir yang cukup kuat. Pertanyaan nya itu membuat ku kaget. Entah apa yang ada di pikiran nya sehingga berani langsung mengatakan hal itu. Tidak kah ia menyadari bahwa sebenarnya aku selalu memikirkan nya disana, tapi ternyata selama ini dia malah mengaggap ku yang tidak-tidak.

"Tarik ucapan mu itu ve, aku tidak pernah memiliki hubungan dengan viny. Dia hanya sebatas sekretaris ku"

"Tapi bagaimana dengan ini!" ucapnya sambil menunjukkan sebuah pesan dari hp ku

Pesan yang berisi ucapan selamat ulang tahun untuk ve melalui aku. Dan di akhir pesan viny menulis tentang kalung yang ku berikan buat ve. Jadi ini yang seakan membuat ve berani mengatakan hal itu kepadaku.

Aku ambil hp itu dari tangan nya dan ku jauhi dari nya. Kemudian aku genggam kedua tangan nya dengan menatap wajah nya yang sudah berlinangan air mata.

"Soal itu, ya memang benar. Kalung yang kamu pakai saat ini adalah pilihan nya. Aku tak menyangka ia tahu selera kamu" balas ku tenang sambil menghapus air matanya

Namun ia langsung menghempaskan tangan ku dan malah menjauh dariku. "Tapi aku ngak suka!" tukas nya kemudian melepaskan kalung pemberian ku

"Ve, tenang lah. Aku hanya meminta tolong kepada nya untuk memilih sebuah hadiah untuk kamu"

"Aku tetap tidak mau memakainya!" tukas nya terus bersikeras untuk tidak mengenakan nya lagi

Mungkin aku geram. Iya, geram sekali. Melihat sikap nya yang entah kenapa terlalu mencemburui viny. "Dia wanita penggoda aku ngak suka!"

Seketika aku kaget mendengar ia mengatakan hal itu "ve!!" teriakku sedikit menada tinggi dan ini membuat darah ku naik. Seperti air yang sudah mendidih

"Kenapa? Kamu ngak suka? Oh berarti bener kamu punya hubungan dengan nya"

"Ve? Sudah berapa kali aku bilang, aku tidak punya hubungan apa-apa sama viny!"

"Aku tau nal, dia itu suka sama kamu. Dari awal! Dari pertama kali dia ke apartement kita, sampai sekarang pun aku yakin itu!"

"Segitu cemburu kah kamu terhadap nya ve?"

"Iya aku cemburu! Kenapa!" ucap nya semakin menada tinggi hingga terlihat sesak

Aku tetegun dengan ucapan nya. Mematung mencerna segala ucapan nya itu. Ia menatap ku sendu. Sungguh terlihat jelas di depan ku, ia menahan sesak. Seketika aku tersadar dan kemudian menghawatirkan nya. Ku dekati dirinya yang tersandar di dinding lemas. Buru-buru ku bopong dirinya ke ranjang. Memberikan segelas air putih untuk nya.

Saat nya aku mengalah. Aku tak mungkin membiarkan amarah ku terus-terusan menerpa ku. Aku mengerti keadaan nya saat ini. Duduk bersimpuh di hadapan nya, ku genggam kedua tangan nya erat, masih dalam keadaan nafas nya yang terenggah-enggah

"kamu tenang sayang" ucapku begitu khawatir melihat nya yang cukup membuat ku takut

Kemudian ia menghela napas pelan. Dan kemudian menatap ku sendu "maaf jika selama ini aku telah membuat mu cemburu ve" gumamku sendu sambil menghapus air matanya

"Aku hanya ngak ingin kehilangan kamu nal"

"Iya, selama ini aku ngak pernah ngerti perasaan kamu. Maafin aku ve" sambil ku kecup tangan nya

Tersenyum sambil mengelus pelan pipiku. Melihat senyuman nya itu seakan aku berada di suatu tempat yang bisa disebut itu surga. Aku yang selama ini tak bisa mengerti perasaan nya hanya bisa merasa penyesalan yang teramat dalam. Aku pun merasa diriku ini bukan lah sosok suami yang pengertian.

"Sudah lah, kamu tenang. Lupakan yang tadi. Aku ngak mau kamu kenapa-kenapa. Terutama dengan calon anak kita"

"Hm.." balas nya mengangguk kemudian menghapus air matanya

Bukan Kisah Siti NurbayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang