bab 11.

28.9K 1.8K 27
                                    

Hari ini keluarga Haikal akan berkunjung ke rumah keluarga Cakra untuk makan malam dan memenuhi undangan dari Johan.

"Mama gak nyangka kamu bisa secepet ini hamilin anak orang"
"Cowok lagi"
Zola, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu menata riasan rambutnya di depan kaca

"Maaf ma" balas Haikal, lelaki itu merapikan kembali kemeja putihnya

"Mama sih seneng seneng aja, tapi liat papa kamu. Mukanya kaya kanebo kering"
Wanita itu melirik suaminya, Rafa.

"Mama mama, Zero ganteng gak?" Anak kecil berumur sekitar 10 tahun berdiri di ambang pintu mengenakan kemeja biru muda nya.

Zola menoleh lalu tersenyum
"Ganteng, anak mama mana ada yang jelek"

•••


Haikal dengan kegugupannya berdiri tegak di hadapan pintu yang kini terbuka menampilkan wajah Johan dan Elva.

Pria tua itu masih saja menatapnya dengan pandangan tajam

"Silahkan masuk" Elva dengan senyum mempersilahkan mereka untuk masuk

Pandangan Haikal tertuju pada Cakra yang kini sedang menuruni tangga dengan kemeja cream nya.

Lelaki itu terlihat manis, walaupun masih urakan sedikit. Hanya sedikit.

Namun dimata Haikal, kekasihnya itu terlihat begitu manis malam ini.

Saat sampai di ruang makan, Cakra menunduk hormat pada kedua orang tua Haikal.

Makan malam terlaksana dengan baik, Elva dan Zola yang akrab dan segala ocehan Zero membuat suasana menjadi hangat.

Kecuali raut wajah kedua pria paruh baya itu.

"Sebelumnya saya minta maaf sebesar-besarnya kepada anda, karena anak saya sudah melakukan hal seperti itu kepada putra anda" ucap Rafa, raut wajah datar pria itu sama menyeramkannya dengan raut wajah Johan.

Johan berdehem singkat lalu menjawab
"Mereka melakukannya dengan sama sama sadar"

Haikal menoleh ke arah Cakra, lelaki itu sejak tadi terus memandangi nya. Menaikkan alisnya, Haikal seolah bertanya
"Apa?"

Cakra tersenyum kemudian menunjuk bibirnya dan berucap tanpa suara
"Cium"

Mata Haikal menyipit, kekasihnya itu meminta ciuman di saat seperti ini? Oh yang benar saja!?

Haikal menggeleng, mengabaikan obrolan kedua kepala rumah tangga itu dan berfokus lada kekasihnya yang kini cemberut.

"Kok jadi lucu ya?"

Cakra kembali menunjuk bibirnya berikut menunjuk perutnya

"Baby yang minta" dengan alasan itu Cakra berucap masih dengan tanpa suara.

Haikal menghela nafas lalu membalas "nanti"

Cakra mendengus, lalu tidak mau menatap Haikal membuat kekasihnya itu lagi lagi menghela nafas.

"Setelah bayinya lahir, mereka harus segera menikah" ucapan Johan membuat mereka semua menatap pria itu, tak terkecuali Cakra.

"Kok lama banget?" Kedua alis lelaki itu menukik tajam

Johan menatap putra nya, memberi perintah seolah untuk tetap diam.

Cakra diam, dia sungguh-sungguh badmood malam ini!

"Untuk persiapan jas dan lain lain biar kita aja yang urus" Zola berucap dengan anggukan dari Elva

Rafa mengangguk, kemudian berdiri di ikuti Zola juga Zero, bocah berumur 10 tahun itu sudah mengantuk di samping ibunya.

"Kami permisi"

Zola menatap calon menantunya, tersenyum lalu mengusap surai coklat lelaki itu
"Kapan kapan main ke rumah ya? Nanti mama buatin kue"

Cakra tersenyum lalu mengangguk, masih sedikit canggung.

Haikal menatap Johan, meminta izin kepada pria itu untuk membawa kekasihnya pergi sebentar.

"Saya izin bawa Al"

Alis johan menukik tajam
"kemana?"

"Ke-"

"Mau beli permen kapas bentuk hiu warna kuning" Cakra berujar semangat, dia tiba tiba ingin permen kapas yang berbentuk hiu tetapi dengan warna kuning.

"Cari dimana? Kan gak ada pasar malem" Elva menatap putranya bingung

"Kemana aja, asal dapet"
Jawab kembali Cakra

Zola tertawa menatap anaknya
"Kamu turutin semua kemauan pacar kamu ya, orang hamil memang kaya gitu"

Haikal mengangguk, Johan menghela nafas lalu mengangguk menyetujui.

"Pakai jaket, diluar dingin" ujar pria itu, Cakra mengangguk lalu berlari ke arah tangga

"Jangan lari Cakra!" Elva berteriak

Dengan otomatis Cakra mengubah larinya menjadi langkah pelan




•••


Setelah hampir memutari kota, mereka akhirnya menemui penjual permen kapas di pinggir jalan.

"Permisi.." Haikal menggandeng lengan Cakra agar lelaki itu tak bergerak jauh dari jangkauannya

Penjual itu menoleh dan tersenyum lalu menjawab
"Mau beli permen kapas mas?"

Haikal mengangguk lalu menoleh ke arah Cakra

"Mau permen kapas bentuk hiu tapi di warnai kuning" ucap Cakra, ibu ibu penjual permen kapas itu terkikik geli lalu mengangguk

Membuatkan pesanan dua pemuda di hadapannya

Cakra mengerjap, melihat dengan seksama proses pembuatan permen kapas berbentuk hiu nya, membuat Haikal gemas.

Haikal mengeluarkan ponselnya, mengabadikan wajah kekasihnya dari samping. Hoodie biru muda lelaki itu tampak menutupi separuh kepala nya.

Dengan rambut yang jatuh hingga menutupi dahi, membuat Haikal ingin memasukkan Cakra kedalam kantung celana nya dan menyimpan untuk dirinya sendiri.

Setelah pesanan selesai, kedua nya duduk di pinggir jalan

Cakra menatap permen kapasnya yang tampak lucu lalu mencomot sedikit bagian kepala permen kapasnya

Lalu menyodorkannya ke arah Haikal, membuat yang lebih tua menyipitkan matanya tidak mengerti

"Kenapa?"

"Kamu makan ini"

Haikal menerima permen kapas itu
"Kenapa gak di makan? Gak enak?"

Cakra menggeleng
"Enak, tapi kamu yang makan"

Cakra sekarang hanya ingin memandang wajah Haikal yang sedang memakan permen kapas berbentuk hiu dengan warna kuning.

"Memang aneh kaya gitu ya?"



Setelah habis,  mereka pulang.
Beberapa menit sebelum sampai rumah, Cakra tertidur dengan pipi yang menempel di punggung Haikal. Membuat lelaki itu meraih lengan cakra yang semakin mempererat pelukan kekasihnya, dengan tangan kiri yang memegang lengan kekasihnya, Haikal juga memelankan laju motornya.

"Aku suka kamu yang kaya gini, gemes banget"






NAUGHTY BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang