Usia kandungan Cakra telah memasuki tensimeter kedua, masa masa dimana Cakra tersiksa karena kram di perut bagian bawahnya.
Elva dan Zola berencana membawa Cakra untuk memeriksa kandungan / USG.
Elva mengusap perut bagian bawah Cakra, sejak tengah malam tadi putranya itu mengalami kram di perut bagian bawahnya.
"Udah mendingan?"
Cakra mengangguk lemas, kepalanya bersandar di bahu sang ibu
"Maaf, Cakra ngerepotin mama"
Elva tersenyum
"Gak ngerepotin kok, kan kamu anak mama ini juga cucu mama"
"Nanti agak siang an kita ke dokter ya? Bareng sama mama Zola buat USG mumpung kamu lagi gak sekolah"Cakra menatap ibunya
"Haikal?""Iya sama Haikal juga"
•••
Cakra berbaring di ranjang rumah sakit milik keluarga Haikal, lelaki itu menggenggam tangan kekasihnya saat kos nya di singkap dan perutnya di olesi semacam gel khusus. Transducer ditempelkan dan digerakkan
Elva, Zola, Haikal, Cakra juga dokter yang memeriksa menatap ke arah monitor yang menampilkan hasil rekaman dari transducer
Cakra mempererat genggaman tangannya, ada perasaan menggelitik di sekitar perutnya.
"Lihat, gumpalan sebesar buah mangga itu adalah janin nya, usia nya 19 minggu atau sekitar 4 bulan" dokter perempuan itu tersenyum saat menatap monitor
"Janin nya sehat, banyakin makan buah ya" setelah membersihkan gel di perut Cakra dokter perempuan itu tersenyum menatap pasiennya
"Saya gak nyangka sepupu saya udah mau jadi ayah"
Dokter Alini, dokter muda itu sepupu kekasihnya, wajahnya bahkan hampir mirip.
"Bulan depan bisa USG jenis kelaminnya" Zola dan Elva tersenyum, keduanya terlihat begitu bahagia.
•••
"Mama" Zola dan Elva menoleh bersamaan saat mendengar Haikal memanggil
"Gimana kalo Al tinggal sama aku?"
Kedua wanita itu melebarkan matanya, menatap kekasih dari Al
"Cakra pasti tengah malem sering minta sesuatu kan? Biar Haikal gampang jagain nya"
"Kalo mama setuju, tapi agak susah dapet persetujuan dari papa nya Al" Elva meringis sedikit, suaminya itu pasti langsung menolak saat mendengar ucapan yang di lontarkan kekasih dari anaknya itu
Haikal mengangguk anggukkan kepalanya
"Nanti Haikal coba bicara"Lelaki itu menoleh ke samping, dimana kekasihnya memakan mangga muda sambil jemari lelaki itu sibuk bermain handphone
Saat keluar dari rumah sakit tadi Cakra menarik narik bajunya, lalu berkedip dan meminta mangga muda dengan alasan..
"Aku kepikiran baby yang katanya sebesar buah mangga, aku jadi pengen mangga muda" ucap kekasihnya itu
Cakra dengan anteng memakan buah yang sudah di pastikan rasanya sangat asam itu sesekali tertawa menatap layar ponselnya.
•••
Haikal memarkirkan motornya di halaman rumah Cakra, melepas helmnya kemudian hendak melangkah memasuki rumah kekasihnya namun Cakra sudah lebih dulu keluar. Mulut lelaki itu penuh dengan makanan dan tangan kanannya yang memegang sepotong sandwich.
Cakra menyodorkan potongan sandwich yang telah dia gigit ke arah Haikal, Haikal menggigit potongan sandwich itu lelaki itu menatap kekasihnya yang terlihat sedikit berisi di bagian pipi.
Setelah Cakra selesai mengunyah, Haikal mencubit pipi pemuda itu dengan gemas
"Kenapa kamu tambah gemes?"
"Ini yang suka tawuran itu ya? Kok gemes banget?"Haikal tertawa melihat raut wajah Cakra yang terlihat kesal
"Kamu diem ya, jangan sampai aku marah" ucap kekasihnya itu
Haikal memelankan tawanya
"Iya iya maaf, ayo berangkat"Di perjalanan, Cakra terus saja mengoceh hal hal yang tak jelas saat melihat apa yang kekasihnya itu liat
Cakra memajukan kepalanya mendekat ke arah Haikal
"Kenapa warna lampu lalu lintas harus merah kuning hijau?"Tanya Cakra saat lelaki itu memperlihatkan warna merah yang memberhentikan motor kekasihnnya
Haikal memundurkan sedikit badannya
"Merah itu untuk berhenti, kuning-""Merah kan warna cinta"
Cakra menyerobot ucapan kekasihnya"Buk-"
"Iya, kamu gak pernah nonton kartun ya?"
Haikal hanya menghela nafas, lelaki itu memilih mengusap usap lutut kekasihnya yang terbalut seragam sekolah
•••
Cakra tertawa senang, jam istirahat pertama tengah berlangsung.
Dia sedang duduk di bangku pojok kantin bersama kekasihnya, Darenio juga Riko yang kini tersiksa.
Lagi lagi Cakra tertawa saat Riko meminum es Daren karena es yang di pesan pemuda itu sudah habis
Haikal hanya bisa menatap prihatin ke arah teman kekasihnya itu, pasalnya Cakra menginginkan Riko, temannya itu untuk memakan bakso dengan 10 sendok cabai di hadapannya. Riko yang tidak suka dengan makanan pedas pun merasa sangat tersiksa, tapi paksaan serta wajah memelas Cakra membuat pemuda itu akhirnya luluh juga.
"Habisin kuahnya juga" Cakra mendorong kembali mangkok berisi cairan merah itu ke hadapan temannya
Riko menggeleng lemas "ga mau! Gue udah gak kuat"
Mendengar suara tawa Daren membuat lelaki bersurai coklat itu mendorong mangkoknya kedepan Daren
"Kalo gitu, lo aja ren yang habisin"
"Eh-" Daren melotot kaget
"Lo mau nolak permintaan ponakan lo? Lo tega? Kalo dia ngeces gimana? Lo setega itu ya.."
Darenio menggeleng gelagapan lalu meraih mangkok itu dan menghabiskan sisa kuah bakso nya.
Haikal menghela nafasnya, lelaki itu mengusap usap rambut kekasihnya yang kini tertidur memeluknya. Mereka berada di gudang belakang sekolah, awalnya dia menolak saat Cakra memintanya untuk menemani kekasihnya itu membolos pelajaran namun kekasihnya itu terus merengek dan berakhir menangis.
Sore ini dia juga harus memindahkan barang barang Cakra ke apartemennya dan untuk masalah Johan.. pria itu akhirnya mengizinkan setelah beberapa kali berdebat dengan istrinya, dia mengatakan akan mengunjungi apartemen bersama istrinya setiap hari Minggu.
Haikal memaklumi jika Johan benar benar protektif terhadap Cakra karena kekasihnya itu merupakan anak semata wayang pria itu di tambah keadaan Cakra yang sedang hamil itu semakin membuatnya khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAUGHTY BOYFRIEND
AcakAl Cakra Bimantara, siswa nakal dengan paras tampan yang di gemari hampir seluruh siswi di sekolahnya. Menjadi ketua geng motor, berandal, tidak mau di atur dan sering bolos Hingga pada suatu saat dia bertemu dengan Haikal Mahendra siswa pendiam ya...