bab 17.

20.3K 1.4K 30
                                    

Cakra merenggut masam, lelaki itu berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cakra merenggut masam, lelaki itu berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Alisnya menukik tajam saat menatap Haikal yang kini berbincang-bincang dengan seorang gadis di pinggir lapangan.

Pagi ini upacara bendera, Cakra rela bangun pagi sekali dan Haikal malah menyebalkan.

Haikal memang berbincang dengan seorang gadis, salah satu anggota OSIS.

Rafaela menyenggol pelan bahu Cakra, bibirnya tak henti hentinya tersenyum saat melihat raut tidak menyenangkan milik Cakra.

"wiih ada yang cemburu nih" gadis itu menaik turunkan alisnya, ikut menatap Haikal yang kini berjalan ke arah mereka.

"diem lo" Cakra bertambah menekuk wajahnya

berdiri di samping Cakra, tiba tiba bahu nya di dorong oleh kekasihnya
"apaan si, jangan deket deket gue"

Haikal mengerutkan keningnya
"kenapa?"

menaikkan alis ke arah Rafaela, namun gadis itu hanya tertawa cekikikan tanpa mau menjawab lebih.

menghela nafas, Haikal mengulurkan tangannya untuk mengusap pinggang Cakra.
"maaf aku gatau salahku apa, kasih tau ya?"

Cakra memutar bola matanya namun tidak menepis usapan tangan Haikal
"kenapa gak sekalian lo peluk cium aja tuh cewek"

Haikal terdiam, bibirnya menyunggingkan senyum tipis lalu memilih mengabaikan karena upacara bendera akan dimulai.



•••

Di jam pelajaran pertama, semua murid yang ada di dalam kelas terkejut saat ada dua orang murid baru, terlebih Cakra dan teman temannya.

"dia mau cari masalah?" Riko bertanya dengan nada tidak suka, matanya terus menatap tajam dua orang yang sedang berdiri di samping wali kelas mereka.

Daren terdiam, tubuhnya seakan tidak bisa di gerakkan sama sekali. Mata nya bertatapan dengan mata salah satu dari dua orang itu.

Jerry, iyaa Jerry!

senyum tipis di bibir lelaki itu seolah mengisyaratkan "lo gak akan bisa lari dari gue"

Cakra dan Riko seketika menoleh ke arah Darenio

"nih orang ngapain sih anjing" gumaman di bibir Darenio terdengar jelas di telinga mereka

"dia kek nya ada urusan pribadi sama lo" ucapan cakra membuat Daren menoleh seketika

lelaki itu mengerjabkan matanya beberapa kali lalu memilih abai pada keadaan sekitar, terutama pada Jerry yang kini berjalan menuju tempat duduknya.

•••

"ikut gue"

Jerry tertawa kecil saat tangannya di tarik menuju gudang belakang sekolah, lelaki itu memperhatikan tautan tangannya dengan Daren.

Saat sampai, Daren cepat cepat menutup dan mengganjal pintu gudang menggunakan meja kayu.

"maksudnya apa?"

lelaki yang lebih tinggi memiringkan kepalanya
"maksudnya apa, apa ya?"

Darenio memutar bola mata
"gak usah pura pura bego lo"

Jerry lagi lagi tertawa
"gue pindah cuma pengen ketemu sama lo setiap hari"

"sinting!"

"gue sinting gara gara lo"

"gue udah bilang berapa kali? jauhin gue!"

"GUE GAK BISA!"
"kenapa lo terus terusan nyuruh gue buat jauhin lo?"
"gue gak bisa Dar.. gak bisa"
Tubuh Darenio di peluk oleh lelaki itu, Jerry menelusupkan wajahnya pada perpotongan leher Darenio.

menggeleng dan terus bergumam "gak bisa"

kedua tangan Daren terkepal di sisi tubuhnya, kepalanya menengadah ke atas menahan agar air matanya tidak turun.

"gue gak mau lo tersiksa.."

"lo terus ngomong kayak gitu, tapi lo gak pernah mau bilang semuanya"
Jerry memandang wajah Daren, membingkai wajah lelaki itu menggunakan kedua telapak tangannya.

Daren menggeleng, bibirnya digigit kuat kuat agar tak menimbulkan isak tangis.

Ibu jari Jerry menyapu bibir tebal yang kini memerah karena gigitan.

"bilang sama gue.. apa yang lo takutin, kita lewatin sama sama.."




•••



"ayo ke pantai!"

Haikal yang sedang memakaikan helm untuk kekasihnya, menatap Cakra.

"tiba tiba?"

Cakra mengangguk dengan senyum lebar, sesekali menyedot es cekek yang dibeli tadi sebelum keluar dari gedung sekolahan

"ayo, naik"





"jangan lari lari Cakra!!" Haikal sedikit berteriak ke arah Cakra, lelaki itu berlari di sepanjang bibir pantai tanpa menggunakan alas kaki.

Suara tawa lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya itu terdengar jelas sangat bahagia. Setelah meletakkan tas dan sepatu milik Cakra, Haikal ikut melepaskan sepatu miliknya lalu menyusul kekasihnya.

Cakra berjongkok menunggu ombak menerpa tubuhnya, lelaki itu memejamkan mata. Namun saat ombak akan menabraknya, Haikal mengangkat tubuh lelaki itu hingga Cakra berteriak karena terkejut.

"kok di angkat sih!? gue mau di tabrak ombak!!"

Haikal menunduk, menatap kekasihnya.
"jangan main air, kita ga bawa baju ganti. Nanti kamu masuk angin"

Cakra memberontak
"ih gak seru!"

Haikal membawa tubuh kekasihnya menuju area pasir yang lebih kering, setelahnya membaringkan tubuhnya dengan berbantal an paha Cakra.

Wajah lelaki itu menghadap perut lelaki yang di cintainya, menggesek ujung hidungnya ke perut Cakra yang sedikit buncit.

"aku pengen deh punya rumah deket pantai, nanti setiap pagi joging sambil liat matahari terbit, sore nya liat sunset sambil enak enak"

Haikal mengernyitkan dahi
"enak enak apa?"

Cakra tertawa, lelaki itu d
sedikit menunduk guna melihat raut wajah kekasihnya lalu mempraktekkan pertanyaan Haikal menggunakan jarinya

Haikal menggeleng pelan
"gak takut di lihat orang?"

"justru itu! sensasi nya pasti beda"
"mau coba?"

Haikal berdiri, lelaki itu tertawa pelan lalu mengusap usap rambut kekasihnya.
"nanti kalau udah punya rumah di deket pantai"

Haikal mengulurkan tangannya
"ayo cari makan, laper kan?"
Cakra mengerjabkan matanya, lalu menerima uluran tangan Haikal

"kok tau?"

"perut kamu bunyi, baby pasti sedikit lagi ngamuk jadi ayo cari makan di deket sini"







"perut kamu bunyi, baby pasti sedikit lagi ngamuk jadi ayo cari makan di deket sini"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NAUGHTY BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang