bab 19.

19K 1.1K 31
                                    

Cakra menarik lengan kekasihnya menuju parkiran sekolah, lelaki itu sejak tadi terus menarik kerah hoodie nya agar menghasilkan angin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cakra menarik lengan kekasihnya menuju parkiran sekolah, lelaki itu sejak tadi terus menarik kerah hoodie nya agar menghasilkan angin.

"kenapa panas banget sih!?"

Haikal yang sejak tadi diam mulai melihat ke arah leher Cakra yang basah juga rambut bagian bawah lelaki itu terlihat basah karena keringat.

Melihat pemandangan seperti itu, otak Haikal secara otomatis memutar memori saat dia dan kekasihnya itu bercinta, berkeringat dan basah.

Haikal cepat cepat menggeleng sebelum miliknya berdiri di tengah jalan.


"sayang, di apartemen aja ya? jangan disini" Haikal terus mencuri pandang kearah luar mobil, khawatir akan ada yang melihat perbuatan mesum mereka.

Telapak tangannya meremas pinggang Cakra saat kekasihnya itu menggerakkan bokongnya, tak memperdulikan ocehan Haikal lelaki itu terus mengecupi leher kekasihnya.

"kamu diem aja, aku yang gerak"
"jangan banyak bacot kalo gamau ketauan"

Oke, Haikal akan diam dan hanya mendesah kali ini, biar kekasih nakalnya yang bergerak menciptakan kepuasan di antara mereka.

"hhgghh.."

Jemari Haikal mengusap pelan perut buncit Cakra, memastikan jika anaknya baik baik saja.

"susah ger.. ahhhkkk"

tubuh Cakra melonjak naik saat puncak dadanya di pelintir Haikal, wajah lelaki itu merah padam dengan rambut lepek di sekitar dahi.

"hhh.." matanya terpejam saat jemari Cakra menyisir rambutnya kebelakang, dengan telapak tangan yang membantu bokong Cakra agar tetap naik turun di pangkuannya.

"aahh.." Cakra keluar. Lelaki itu memeluk leher Haikal dengan erat saat putihnya menjemput.
Pantat lelaki itu di usap halus oleh kekasihnya, lalu Haikal berbisik rendah.

"aku belum keluar, kamu atau aku yang gerak?"

"hhh.. kamu, aku capek"

dengan sayang, Haikal mengusap rambut kekasihnya lalu mulai bergerak naik turun dengan tangan yang menahan pinggang Cakra.

"ahh.. sensitive.."

lima tusukan terakhir, Haikal menjemput putihnya. Lelaki itu memeluk tubuh Cakra dengan erat lalu mengecup bibir, hidung dan dahi kekasihnya.

"mau.. pulang"

Haikal mengangguk, lelaki itu meraih ponsel di kursi penumpang sebelah kemudi lalu mengirim pesan kepada temannya untuk mengizinkan dia juga Cakra.

•••



Malam ini Riko menang balap liar, lelaki itu mengajak Cakra dan teman temannya yang lain untuk minum beberapa botol di Bar.

"si daren kemana sih anjing!?" Riko  berkali kali menelpon Darenio namun tidak pernah terjawab

"mana Daren sama Cakra, rik?"
Ciko bertanya dengan botol berisi cairan merah di tangan kanannya

"Cakra gak bisa, si Daren dari tadi di hubungin gak di angkat. Katanya sih lagi otw tapi gak nyampe-nyampe"

jemarinya mulai meraih botol minuman yang dia pesan lalu menuangkannya sedikit di gelas kecil kemudian meneguknya dengan sekali teguk.


•••





"kasian Riko gaada yang nemenin" Cakra mulai membuka percakapan dengan jemari yang sibuk mengoleskan masker di wajah Haikal yang kini duduk bersila di hadapannya.

"masih ada Darenio" Haikal menjawab seadanya, matanya berfokus pada bibir cakra yang sedikit terbuka.

Cakra menggeleng mendengar jawaban Haikal
"Riko bilang tadi, Daren gabisa di hubungin. Katanya otw tapi gak sampai - sampai, padahal jarak rumah Daren sama Bar deket loh"

Selesai dengan kegiatannya, Cakra kemudian meletakkan wadah kecil berisi sisa masker di narkas lalu tiduran di paha Haikal.

"mungkin dia sibuk?" jemari Haikal memainkan bando bulu yang di pakai kekasihnya

"Daren itu manusia paling gabut, mana ada dia sibuk"

"kan bisa aja"

"kamu ini ngeyel banget di bilangin"
"coba aja telfon dia terus tanya lagi ngapain, pasti dia jawab 'lagi napas sambil main game' gitu"

Haikal tertawa saat melihat raut wajah kekasihnya,  telapak tangannya terulur untuk mengusap perut buncit Cakra yang terbalut kaos putih.


•••




"awas lo..Ren"
"gue..pukul kepala lo!"

Riko merasakan kepala dan perutnya berputar, tubuhnya dibawa berdiri sempoyongan saat dirasa ingin muntah.

Kakinya berjalan keluar dari bar sendirian dengan pandangan kabur dan kepala yang terasa mau pecah.

"hueekk..." lelaki itu memuntahkan isis perutnya di kemeja putih seorang pria.

iya, seorang pria berkemeja putih yang kotor karena terkena muntahan lelaki itu.

"sial.."  sepatu hitam mengkilat, jas hitam dan kemeja putih berdasi.

Jaket kulit milik lelaki itu juga terkena muntahan karena posisi Riko setelah muntah memeluk tubuh pria itu.

Riko yang memang memiliki badan besar dan tinggi membuat pria itu sedikit kesusahan, apalagi ditambah dengan keadaan lelaki itu yang sedang mabuk parah.

pria itu sedikit menjauhkan wajah Riko dari lehernya, lalu menepuk nepuk pipi lelaki itu.

"hei! bangun!"
"remaja berandalan!"

"ssstttt!!!" jemari panjang milik riko mengacung di depan wajah pria itu, tepat menempel di ujung hidungnya.

"berisik lo anjing"

pria itu menaikkan sebelah alisnya saat dia di umpati oleh remaja berandalan yang sudah membuat kemeja nya kotor karena muntahan.

Pria itu menjatuhkan Riko begitu saja dan melihat kemejanya yang kini benar benar kotor.

"hari sialan"

niatnya ingin meneguk sedikit alkohol batal karena remaja berandal tidak tau diri itu.

Berbalik arah, pria itu mulai berjalan menjauh.










Berbalik arah, pria itu mulai berjalan menjauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NAUGHTY BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang