04. Kisah sebuah keluarga

1.8K 160 2
                                    


***

Renjun membuka matanya berat, ia telah berada di kosannya karena semalam Haechan malah mengusirnya dan menyuruhnya pulang daripada bekerja. Dengan langkah gontai ia menyampirkan handuk di bahunya dan pergi keluar.

Di sana sudah ada Chenle yang mengantri, rupanya hari ini dirinya bangun terlalu siang, hingga ia harus menunggu Chenle mandi terlebih dahulu, ia hanya berharap pemuda itu tidak menghabiskan dua jam hanya untuk mandi.

Bruk!

Tiba-tiba saja Renjun tersandung dengan kakinya sendiri, mengakibatkan lututnya memerah karena menghantam lantai cukup keras. Chenle yang melihat ini langsung menghampirinya.

"Bang Injun! Gak papa?!" Tanya Chenle khawatir.

"Gapapa kok, kayaknya nyawa gue belum ngumpul semua tadi." Ucap Renjun.

Lututnya mungkin sakit, namun ia bersyukur. Karena setelah itu Chenle mempersilakanya untuk mandi duluan. Ia menyeret kakinya ke kamar mandi dan menahan perih ketika lukanya terkena sabun mandi.

***

Renjun tampak termenung di kelasnya, sepupunya tidak masuk sekolah. Apakah keadaanya memburuk? Apa ia harus pergi melihat Jaemin sembunyi-sembunyi? Karena ia yakin tante Yolanda tidak akan membiarkannya bertemu Nana.

"Pa!" Renjun mengacungkan tangannya di tengah penjelasan.

"Saya mau ijin ke toilet." Tepat setelah guru itu mengangguk, Renjun segera beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan kelas.

Bukan, bukan toilet tempat yang ia tuju. Namun ia berjalan ke taman belakang sekolah dimana disana terdapat sebuah tembok yang cukup tinggi sebagai jalan satu-satunya bagi dirinya untuk kabur dari sekolah.

Pemuda itu memandang sebelah kakinya yang masih terasa sakit, ia tahu, jika ia memaksa untuk meloncati pagar itu mungkin luka di kakinya akan semakin parah. Namun apa Renjun peduli? 

Ia mengambil sebuah bangku dan menaikinya agar tangannya bisa menggapai ujung tembok itu. Lalu dengan sekuat tenaga ia menarik tubuhnya untuk terangkat, setelah ia sampai di atas, langkah terakhir yang harus Renjun lakukan adalah melompat.

Brugh!

"Argh! Sial!" Renjun mengumpat saat tepat sebelah kakinya yang terluka terlebih dahulu menyentuh tanah.

Rasa sakit seketika menjalar ke seluruh tubuhnya, Renjun mencoba sekuat tenaga untuk bangkit dan pergi dari sana. Dengan langkah pincangnya Renjun akhirnya bisa melangkah perlahan.

Sesampainya ia di rumah sakit, ia langsung menanyakan ruangan atas nama Jaemin pada resepsionis, jangan tanya mengapa ia bisa tahu letak rumah sakit Jaemin. Selama bertahun-tahun ia telah menemani Jaemin memeriksakan kesehatannya di sini.

Pemuda itu berdiri di hadapan ruangan Jaemin, dapat ia lihat Jaemin sedang duduk sendirian disana menatap ke jendela. Renjun menarik napasnya sebelum memasuki ruangan itu. Ia menepuk-nepuk celananya yang sedikit kotor karena terkena tanah dan memaksa kakinya untuk berjalan normal.

Ceklek!

"Na?"

Jaemin menoleh, tetapi tidak menampakkan senyumnya pada Renjun. Ia hanya memandangnya sendu lalu beralih kembali memandang jendela. Renjun menghampirinya dan duduk di bagian kosong sebelah Jaemin.

"Nana pikir, Nana udah bebas." Ucapnya.

"Ngomong apa sih kamu Na?" Renjun turut memandang ke depan.

"Nana pengen istirahat Njun, pengen semua sakit ini berakhir. Udah cukup bunda, ayah sama Kak Jeno berjuang buat Nana. Mereka juga harus berjuang buat hidup mereka masing-masing, ngejar kebahagian mereka tanpa Nana." Jaemin mengusap air matanya.

Luka -Renjun ft. NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang