10. Perlahan

1.5K 146 8
                                    


***

"Ji, kapan kamu mau pulang? Walaupun papamu gak ada, tetep pulang ya Nak. Kalau kamu gak nyaman sama kehadiran mama di rumah, biar mama yang pergi."

Jisung menghela napas mendengar penuturan ibunya, sudah tiga hari ini ia beralasan lembur, Nyatanya ia belum siap untuk bertemu ibu angkatnya, belum siap jika harus dihadapkan pada situasi yang asing baginya.

"Iya Tan, Ji pulang kok malem ini. Paling jam sembilan-an udah ada di rumah."

"Bener ya? Mama tunggu kamu di rumah."

Tut...

Panggilan terputus, Jisung memasukkan ponselnya ke saku celana dan kembali melakukan tugasnya hari ini menggantikan renjun. Ia tidak termenung tidak memperhatikan sekitarnya, bahkan ketika Haechan melewatinya.

"Gak pulang kamu?" Tanya Haechan pada Jisung.

Jisung menggeleng.

"Saya perhatiin, beberapa hari terakhir kamu lembur tanpa diminta, mau minta libur juga?" Lanjutnya.

"Nggak Boss, maklum jiwa anak muda masih menggebu-gebu jadi saya semangat kerja," Ucap jisung dengan cengiran.

Haechan memandang Jisung dari atas kebawa lalu menggeleng pelan, "Gapapa si, asal kamu nggak tiba-tiba bonus nantinya." ujarnya lalu kembali berjalan ke arah pintu keluar.

"Cih, punya bos pelit amat. Harta gak gak dibawa mati bos." Jisung menteletuk pelan.


Dugh!


Tiba-tiba saja satu kotak tisu baru menghantam kepala Jisung, siapa lagi jika bukan Haechan.

"Telinga saya sensitif terhadap hujatan, jangan main-main kamu kalau gak mau gajinya saya potong." Ancam Haechan.

Jisung membungkukkan tubuhnya untuk meminta maaf, ia menatap ngeri pada Haechan. Bayangkan saja, jarak antara tempatnya berdiri dengan pintu keluar sekitar lima meter lebih, dan Haechan masih bisa mendengar apa yang ia katakan secara berbisik.

"Dasar anak muda." Ucap Haechan.






***

Udara dingin menusuk tulang serta angin kencang yang berhembus semakin membuat Jisung mengerat memeluk diri sendiri. Ia sampai di rumahnya pukul 21:45, sesuai dengan yang ia janjikan, yah walau telat sedikit.

"Ji, pula-"

Jisung memelankan suaranya agar tidak mengganggu ibunya yang tertidur di atas sofa. Pemuda itu tersenyum hangat melihatnya. Rupanya ibunya benar-benar menunggu kepulangan dirinya.

Ia mengambil sebuah selimut dari kamar dan menyelimuti ibunya agar tidak kedinginan. Jisung mengeratkan jaketnya dan berbaring di karpet yang berada di bawah sofa. Ah, jadi begini rasanya mempunyai seorang ibu.

Air matanya tidak bisa tertampung lagi, Jisung menutup matanya dengan sebelah lengannya dan mencoba untuk tidak bersuara. Kembali ia pandangi wajah damai itu dari bawah, Jisung selalu memimpikan ini.

Selama ini ia selalu acuh akan kehadiran ibu angkatnya, bukan karena ia tidak menyukainya, Jisung hanya tidak terbiasa. Ia terbiasa hanya mendapat perhatian dari ayahnya. Ia tidak pernah mengira jika perhatian ibu akan sehangat ini.

Luka -Renjun ft. NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang