***
"Bang. Ramalan cuaca bilang, jam 2 nanti bakal turun hujan." Ucap seorang pemuda, yang tak lain adalah Renjun.
Ia sedang menyisir rambutnya rapih ke belakang, sedikit sentuhan dari pomade membuatnya sangat rapih cocok dipadukan dengan pakaian formalnya.
"Kamu mau ketemu siapa sebenernya? Presiden? HAHAHA." Gelak tawa Mark tidak dapat terelakkan.
Di dalam kos sempit milik Renjun, mereka berdua tengah meributkan masalah gaya rambut, jangan heran, bahkan mereka telah menghabiskan kurang lebih 3 jam membahas baju, lemari yang tidak seberapa itu mengeluarkan semua isi perutnya.
Alhasil, baju berserakan dimana-mana, Renjun menghembuskan napasnya kasar. Ia sangat frustasi sekarang.
"Terus aku harus pake apaan Bang?!!!" Ucap Renjun lelah.
"Pake baju biasa aja yang penting nyaman." Mark merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Gak bisa gitu. Pokoknya harus keliatan ganteng, kan mau ketemu ibu. Kalau penampilanku jelek pasti ibu ragu."
Mark kembali terkekeh pelan, "Serah deh."
Setelah pertengkaran kecil yang mereka buat telah berakhir, dua pemuda itu bergegas untuk keluar dari ruangan. Saat hendak mengunci pintu, Renjun tiba-tiba teringat sesuatu, "Ah iya! Payung."
Ia hendak mengambil benda itu, namun Mark menahannya, "Gak akan hujan, percaya sama Abang."
Dari sebrang kamar sana, Chenle melambaikan tangannya menyapa kedua kakak-beradik itu," Njun! Bang Mark! Mau kemana?!" Teriaknya melengking.
"Ga perlu tau, urusan orang dewasa." Singkat Renjun.
***
Mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah tempat makan, gugup yang sudah mereda sebelumnya kini kembali menyerang. Keringat sebesar biji jagung bercucuran melewati pelipis Renjun.
"Bang, kalau ibu nolak lagi..." Renjun tidak melanjutkan perkatannya, pikiran negatif menguasainya.
"Masih ada abang, abang bisa jadi orang tua, temen, sahabat dan apapun buat kamu. Jadi jangan takut berjalan kedepan, abang bakal selalu jagain dan dukung kamu dari sini." Mark menepuk pundak Renjun menenangkan.
Renjun membawa langkah kakinya memasuki restoran itu. matanya menyapu sekeliling hingga netranya berhenti pada sesosok wanita denan paras begitu cantik tidak habis dimakan usia.
Ia menolek ke belakang dan mendapati Mark yang tersenyum sembari mengangguk yakin padanya.
"Ibu." Panggilan itu begitu terasa aneh di lidah Renjun.
Wanita itu mengangkat kepalanya, wajahnya persis seperti pada foto tua yang Mark berikan padanya.
"Renjun?" Tanyanya dengan suara lembut.
Pemuda itu mengangguk haru, ia tersenyum amat lebar pada Winda. Mark tidak mau mengganggu reuni keluarga ini, ia melengang pergi dari sana.
Mark berdiri bersandar pada dinding belakang gedung, ia menyalakan pemantik dan menghirup sebatang rokok.
Asap berhembus keluar dari belah bibirnya bersamaan dengan buangan napasnya. Ia melirik ke dalam, dari tempatnya berdiri, ia dapat melihat Renjun yang menghadap ke arahnya dan Ibu Renjun yang memunggunginya.
Sedangkan Mark tidak ada di sisinya, Renjun sempat mencari keberadaan kakaknya itu namun menyerah dan memilih fokus pada wanita di hadapannya.
"Ibu, apa kabar?" Pertanyaan yang tidak terlalu buruk untuk memulai percakapan bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka -Renjun ft. NCT DREAM
FanfictionKedatangannya adalah sebuah malapetaka, kehadirannya menyakiti orang sekitarnya. Lalu Renjun harus apa? Apa ia harus menghilang agar semua orang bahagia?