"Akhirnya lo sekolah lagi Raf.""Raf lo tau gak kemarin itu pelajaran matematika jamkos cuy, coba aja kalo kemarin Lo sekolah jir seru banget."
"Gue gak peduli," ucap Rafka.
"Yah kok Lo gitu sih?"
"Berisik," Rafka tidak memperdulikan orang yang di hadapannya Sekarang, dia malah memejamkan matanya.
"Raf, Raf, Raf, yah jangan tidur lagi dong oy."
"Kebooo bangung anjir, woy melek melek melek."
"Selamat pagi anak-anak, hari ini kalian isi halaman 125 ya, dan hari ini harus selesai."
"Rafka!" Guru yang menyadari jika Rafka tengah tertidur mencoba untuk menegur tapi Rafka tidak mendengarkan teguran guru itu dia masih asik dengan dunianya sendiri.
"RAFKA BANGUN! KENAPA KAMU TIDUR DI JAM PEMBELAJARAN SAYA!"
"Apa sih Bu, kalo mau ngajar mah, ngajar aja, orang saya selalu mendengarkan semua materi yang ibu jelasin," ucap Rafka.
"KELUAR KAMU DARI KELAS SAYA!"
"Ya udah kalo ibu gak mau ada saya mah," Rafka memutuskan untuk keluar dari kelasnya, ya sepertinya itu lebih baik dari pada dia harus mendengarkan ocehan ocehan guru itu dan terus menyuruh Rafka untuk menjawab pertanyaan sang guru.
Saat ini Rafka tengah duduk santai di bawah pohon sembari menatap langit biru.
"Huh, capek banget gue" eluh Rafka sambil menghela nafas kasar.
"Kapan sih ayah sama bunda sayang sama gue" ucap Rafka dengan nada yang lesu, jujur dia mulai lelah dengan semuanya, lelah menghadapi ke dua orang tuanya yang jarang pulang, sekalinya pulang malah marah-marah gak jelas, Rafka juga merasa jika dirinya tidak berguna sebagai anak, usahanya seakan terbuang sia-sia.
Rafka ingin sekali berada di dekat, bermain bersama bercanda bersama tapi takdir seolah sudah merencanakan semuanya, takdir yang selalu mempermainkan mereka, menyibukkan mereka dengan pekerjaan hingga tidak punya waktu untuk sekedar duduk bersama.
Tapi apa boleh Rafka menyalahkan takdirnya? Apa bisa Rafka mengubah takdirnya sesuai dengan apa yang dia inginkan? Jika bisa tolong kasih tau Rafka caranya.
"antara takdir dan doa, mana yang lebih kuat ya?" Gumamnya.
"Dua duanya setara, tinggal kuatin mental Lo aja,"
"Anjir bangke Lo Do, Vin!" Rafka tersentak keget ketika ke dua sahabatnya itu secara tiba-tiba berdiri di dekatnya.
"Udah dari pada galau gak jelas mending kita party!" Cilvin menarik tangan ke dua sahabatnya untuk mengikutinya. Bertepan dengan itu suara bel tanda istirahat berbunyi.
Kriiing
Kriiing
Kriiing
_________Sedangkan di tempat lain lebih tepatnya di dalam kelas terlihat segerombolan remaja laki-laki tengah berkumpul.
"Lo yakin mau gini terus?"
"Terus ma Lo apa?!"
"Kita habisin dia anjir! Seharusnya Lo sebagai leader geng kita jangan diem gini dong pas tau anak buah Lo di siksa di rendahkan kaya gitu!" Ucapnya lagi dengan nada yang sedikit kesal.
"Kalo Lo gak mau ikut Lo tinggal nyuruh kita aja, kita siap ko maju paling depan gantiin Lo!" Ucap teman yang lain.
"Oke kalo itu mau kalian semua! Tapi jangan salahkan gue kalo nanti kalian luka parah!" Ucap sang ketua.
"Kita gak peduli yang penting harga diri kita gak di rendahkan kaya gini!"
"Cabut!" Ucap sang ketua, mereka semua bubar mengikuti langkah sang ketua.
Mereka sama-sama mengendarai motor mereka masing-masing meskipun ada sebagian yang nebeng bersama temannya yang penting mereka semua kebawa.
Mereka semua seolah tuli dengan teriakan-teriakan pada guru yang meminta mereka untuk kembali ke sekolah karena sekarang masih jam sekolah tapi mereka dengan se enak jidatnya malah berbondong-bondong keluar dari sekolah.
________Pranggg
Suara jeritan semua siswa terdengar nyaring sekali ketika mereka sedang fokus belajar tiba-tiba ada sebuah batu yang menghantam kaca kelas mereka membuat mereka semua kaget dan sontak menjauh.
"BUKA GERBANGNYA WOYY!!"
"BUKA!!!"
"BUKA GERBANGNYA ATAU KITA DOBRAK!"
"KALIAN SIAPA?!" Salah seorang guru berdiri paling depan meneriaki mereka semua yang anarkis meminta gerbangnya di buka.
"Gak usah kepo pak, tar cepet mati!"
"Udah ubanan, sekali tonjok juga mati tuh orang tua!"
"Pak buka gerbangnya, kita gak bakalan buat kekacauan di sekolah ini kalo bapak nyerahin salah satu murid bapak ke kita!" Ucap orang yang berbicara dengan sang ketua tadi.
"Saya tidak akan membiarkan kalian menyentuh siswa siswi saya! Pergi kalian sebelum saya telpon polisi!" Ucap guru itu dengan nada yang emosi.
"Gak guna bapak lindungi dia! Guys dia minta kita hancurin sekolah buluk ini!"
Mereka semua semakin anarkis, berteriak, melempari batu dan menggoyangkan pagar kokoh itu hingga hancur sehingga mereka bisa masuk ke dalam sekolah, merusak fasilitas yang ada di sekolah.
"Kalo Lo nelpon polisi gue bunuh anak kesayangan Lo!" Ucap salah satu dari mereka kepada guru tadi.
"STOPP! OKEY SIAPA YANG KALIAN CARI HAH?!"
"SERAHIN SI RAFKA SAMA KITA!!"
"DIAM KALIAN KE SINI! JANGAN MERUSAK APAPUN!"
Sang guru menyuruh salah satu murid yang ada di dekatnya untuk mencari seorang Rafka yang mereka cari. Dia berlari terbirit-birit menaiki tangga hingga nafasnya tersengal-sengal.
"Toh--tohlonghhh pahhh rafkahhhh!" Ucapnya kepada sang teman karena rasanya dia sudah tidak sanggup lagi untuk berlari.
"RAFKANJING!! KE BAWAH SEKARANG JUGA! TEMAN-TEMAN LO NGERUSAK SEKOLAH KITA!" Teriaknya ketika melihat Rafka, bersama ke tiga sahabatnya yang tengah duduk santai di atas sekolah. Kurang ajar memang, ada kerusuhan di bawah tapi mereka malah bersantai di sini.
"Siapa?" Tanya Rafka.
"Mana gue tau goblok, cepet ke bawah pak Sandan udah ngamuk di bawah!"
"Bodo!" Rafka tidak mengikuti perintah temannya, dia malah berjalan ke arah ujung bangunan dan melihat ke bawah, ternyata benar, di bawah sana lebih tepatnya di lapangan upacara ada segerombolan orang yang katanya mencari dirinya.
"Capek gue, kalian aja deh yang kebawah," ucap Rafka menyuruh ke tiga sahabatnya, Ridho, dan Cilvin.
"Yang di suruh itu Lo anjing! Lo mau kita semua mati gara-gara Lo?!"
"Mereka cupu gak mungkin bisa membunuh orang," ucap Rafka dengan santai.
"Cep---"
"Kita yang bakalan turun," Ridho dan Cilvin segera menggandeng ke dua tangan temannya itu dan di seret ke luar meskipun dia memberontak dan terus berteriak tidak jelas.
Setelah Cilvin dan Ridho turun untuk berhadapan sama mereka semua atas perintah Rafka mereka semua langsung kembali anarkis dan ingin menghajar ke dua orang itu jikalau tidak ada sang ketua yang memberhentikan mereka semua.
"Kemana bos kalian?"
"Kita gak punya bos," ucap Cilvin dengan nada dingin.
"Lebih baik kalian pergi!"
"Kemana si Rafka?!" Sang guru menarik kasar pundak Ridho supaya menghadap ke arahnya.
"Saya di sini!"
_________________TBC_________________
Asli ya niatnya di akhir tahun 2023 cerita ini selesai tapi aku gak sanggup menyelesaikan cerita ini di tahun 2023, jadi kita lanjut di tahun 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFKA
Teen Fictionkata orang keluarga itu rumah ternyaman untuk pulang, kata orang kasih sayang orang tua itu membuat kita merasa nyaman dan aman, namun tidak semua orang mendapatkan kasih sayang itu, termasuk aku. antara takdir dan doa, mana yang lebih kuat