12

225 6 3
                                    


Akhir-akhir ini Rafka sering berkunjung ke tempat yang seram itu demi bertemu dengan gadis itu, bahkan tak jarang Rafka nekat pergi sendirian tanpa di temani oleh Ridho dan Cilvin, seperti sekarang dia masih terdiam di atas motornya menunggu gadis itu sendirian lagi.

Kesal sebenarnya karena belum ketemu juga dengan gadis itu tapi Rafka tidak pantang menyerah dia masih menunggu di sana.

Hingga jam sudah menunjukan pukul lima sore, Rafka memilih untuk pulang saja dari pada harus bertemu dengan para begal itu lagi.

Sedikit menghela nafas kecewa karena lagi dan lagi Rafka tidak menemukannya, padahal Rafka hanya ingin mengucapkan terima kasih saja karena sudah menolongnya dan berkenalan bukan untuk melamarnya tapi kenapa dia seolah takut untuk bertemu dengannya lagi, membuat Rafka merasa stres dan kecewa sekaligus.

Tapi Rafka tidak ambil pusing dia membelokan motornya ke salah satu cafe di pinggir jalan, dia masuk dan memesan minuman saja ya minuman saja karena dia ke sini itu untuk menghilangkan rasa stresnya saja bukan untuk makan.

"Gue yakin dia sering lewat jalan sana, tapi ngapain ya? Di sana banyak banget begal apa dia gak takut ya?"

"Kalo dia komplotan begal itu ngapain dia nolongin gue ya, mana dia juga kek udah hafal banget jalan itu."

"Tapi muka nya gak meyakinkan kalo dia komplotan begal itu."

"Ahahahaha"

Rafka melihat ke asal suara karena merasa terganggu dengan meja di depannya itu yang terus tertawa, padahal ini tempat umum apakah mereka tidak malu dengan orang itu? Ah rupanya di sana ada sekitar empat orang wanita yang tertawa bersama, awalnya Rafka acuh saja karena menurutnya tidak ada yang cantik, tapi---

"Bangsat lah, gue bela-belain ke sana pagi sore tau-taunya malah ketemu di sini!" Rafka meminum minumannya hingga tandas tanpa menggunakan sedotan yang di sediakan.

"Misi," ucap Rafka.

"Iya ada apa ya?" Tanya salah satu remaja itu yang mengenakan hijab.

"Boleh gabung gak?"

Mereka saling tatap tatapan meminta persetujuan satu sama lain sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya, tidak ada salahnya bukan jika berteman dengan orang baru.

"Boleh deh, tapi kursinya ngambil sendiri gak papa?"

"Okey."

Setelah mengambil kursi Rafka duduk di sebelah cewek yang pernah bertemu dengannya waktu itu, ternyata memang benar wanita ini memang cantik sekali dilihat dari samping pun dia masih terlihat cantik.

"Boleh tau namanya gak kak?"

"Oh kenalin nama gue Rafka."

"Salam kenal kak aku Nadia, ini Shakila, ini Diana dan ini Karina."

"Namanya cantik banget ey, Shakila."

"Eh Lo udah pesan makanan belum?"

"Gak dulu deh, udah kenyang," ucap Rafka.

"Btw kalian sekolah di mana nih?"

"Kita di SMA Taruna, Lo sekolah di mana?"

"Hah Taruna serius?" Rupanya Rafka begitu terkejut ketika mendengar nama asal sekolah mereka.

"Iya Taruna memang kenapa?"

"Gak sih, gue ada temen aja di sana," Rafka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Wih siapa tuh namanya?" Tanya Nadia antusias, pasalnya anak itu hampir kenal dengan semua murid Taruna tanpa terkecuali.

"Ada lah."

"Lo belum jawab pertanyaan gue, Lo sekolah mana?"

"Gue di SMA Langit."

"Ih serius lo di sana, widih belum juga mulai sekolah di sana Lo udah dapet temen aja Kil," ucap Diana.

"Tapi keknya kita pernah ketemu deh Shakila."

"Hah kapan?" Shakila menatap Rafka heran, perasaan dia batu pertama kali bertemu dengan orang ini tapi kenapa dia bilang pernah ketemu dengannya.

"Pas di jembatan itu, Lo masih inget gak sama orang yang duduk di atas jembatan terbengkalai terus di bagian kakinya luka?" Tanya Rafka.

"Iya?" Jawab Shakila dengan ragu.

"Itu gue."

"Eh?"

"Beberapa Minggu ini setiap pagi siang sore gue ke tempat itu biar bisa ketemu sama Lo, tapi semenjak itu Lo gak pernah lewat jalan itu lagi, kenapa?"

"Lo mau apa ketemu sama gue?"

"Mau bilang makasih karena udah nolongin gue, ngasih tau jalan keluar dari sana, kalo gak ada Lo gue gak tau nantinya nasib gue bakalan gimana."

"Gak usah di pikirin, lagian gue juga mau minta maaf karena waktu itu gue gak nolongin Lo karena buru-buru."
____________

Sedangkan di tempat lain terlihat Ridho dan Cilvin kini sedang misuh misuh di depan gerbang sekolah yang sudah di tutup rapat, mereka dari tadi masih setia menunggu kedatangan Rafka karena pas pulang sekolah Rafka sudah tidak ada dari jam istirahat tadi.

Di telpon pun ternyata telponnya ada di tas miliknya yang di tinggalkan begitu saja di kelas tadi, amat sangat menyebalkan.

"Pulang aja nih?"

"Pulang aja lah, tar juga kalo dia cari hp nya paling ke rumah," ucap Cilvin, dia naik ke atas motornya dan di susul oleh Ridho.

Tak lama mereka pergi Rafka datang dia menatap gerbang sekolahnya yang sudah di tutup rapat padahal dia kembali untuk mengambil tas nya yang dia simpan di kelas tapi begitu sekolahnya tutup Rafka jadi mengurungkan niatnya. Dia membalikan motornya ke arah jalan pulang.

"Baru pulang Lo?" Sapa Hera. Tapi Rafka tidak menjawab dia malah melengos begitu saja melewati Hera yang kini tengah duduk dengan laptop di pangkuannya.

Karena kesal dengan tingkah Rafka, Hera menutup laptopnya dan mengikuti Rafka masuk ke dalam rumah, dan ternyata Hera melihat Rafka yang malah berbaring di atas sofa dengan ke dua tangan yang menutupi wajahnya.

"Ayah sama bunda gak ada di rumah kalo mau makan udah gue siapin," ucap Hera yang ikut duduk di sofa. Sebenarnya Hera itu baik dia ingin mendekatkan diri dengan Rafka yang notabene adalah anak kandung Fiola dan Sendi, tapi sepertinya tidak mudah untuk mendekati Rafka.

"Heh jangan tidur, ganti baju dulu! Terus makan!" Hera menggoyangkan kaki Rafka tapi Rafka tidak meresponnya sama sekali. Dia masih setia dengan posisinya yang sekarang.

"Heh, bangun cepet atau gue aduin ke bunda!"

"Aduan Lo anjing!" Rafka bangkit dari duduknya. Sedangkan Hera menatap Rafka heran kenapa mata hidung dan bibir Rafka sangat merah ada bintik-bintik merah di wajahnya pula, apakah dia sakit? Tapi sepertinya bukan.

"Lo kenapa?" Hera mencoba mendekat ke arah Rafka tapi anak itu malah mendorong Hera hingga Hera terjungkal ke belakang, ungtunglah di belakangnya itu Sofa yang empuk sekali.

"Rafka! Rafka tunggu!" Hera terus mengejar Rafka, dia sangat khawatir sekali dengan kondisi Rafka yang seperti ini apalagi Fiola dan Sendi tidak ada dia sebagai orang yang lebih dewasa satu tahun dari Rafka, Hera harus bisa menjaga Rafka bagaimanapun juga meskipun Hera hanya anak angkat Fiola dan Sendi.













____________________TBC______________

RAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang