9

201 6 0
                                    


Hujan gerimis melanda kota tempat lahir Rafka saat ini, udara yang dingin awan hitam terlihat di atas sana, membuat kebanyakan orang tidak berani untuk keluar rumah dan memilih untuk menunda aktivitas nya.

Tapi berbeda dengan satu pemuda ini, Rafka terduduk lemas di pinggir jembatan tidak ada siapapun di sini yang bisa di minta tolong.

Suara air yang mengalir di sungai di bawahnya terdengar sangat keras sekali, dan bisa dia yakini jika air sungai itu sedang meluap. Ada rasa takut di hati Rafka jika Air itu melintas ke jembatan ini dan membawa Rafka.

Trak
Trak
Trak

Kepala Rafka mendongak ketika menyadari ada seseorang yang mendekat ke arahnya dan sekarang dia berdiri di samping Rafka.

Seorang wanita cantik dengan rambut yang di kucur berdiri di sampingnya, Sangking cantiknya dia Rafka saja sampe tidak bisa berkata-kata lagi.

"Bidadari, beneran? Gue mimpi?"

"Pulang jalan keluarnya di sana," ucapnya setelah itu dia melenggang pergi begitu saja meninggalkan Rafka sendirian.

Rafka berusaha bangkit meskipun kakinya sudah berlumuran darah akibat senjata tajam yang begal itu bawa. Ya di jalan itu Rafka masuk ke perangkap si Begal, orang itu ada sekitar lima orang tapi mereka membawa senjata tajam masing-masing mereka meminta barang berharga milik Rafka tapi Rafka malah bilang jika dia tidak membawa apapun. Mau tak mau demi menyelamatkan dirinya sendiri Rafka berani melawan mereka semua dengan tangan kosong meskipun pundak kanannya terkena bacokan yang untungnya tidak terlalu dalam karena sempat menghindar, dan di akhir pertandingan Rafka hampir saja menang preman itu malah melukai kaki Rafka dan kabur.

"Tunggu!" Rafka menyeret kakinya. Tapi bukannya berhenti wanita itu malah semakin berlari cepat.

"Ahkk anjing sakit sial," Rafka terjatuh memegangi kakinya yang terasa sangat sakit.

Rafka celingak-celinguk sendiri mencari wanita itu tapi dia tidak menemukan dia sama sekali, bulu kuduknya semakin merinding tau apalagi sekarang dia berada di jalan yang terbengkalai pasti banyak lah tentang mistis yang ada di sana.

Karena semakin tidak nyaman Rafka berusaha bangkit lagi dia berjalan perlahan menahan kakinya dan pundaknya yang sakit. Keringat terus bercucuran sangking capeknya dia berjalan sembari menahan sakit yang luar biasa, namun usahanya tidak sia-sia dia mendengar suara kendaraan yang saling bersahutan itu artinya Rafka sudah aman dia sudah kembali ke pemukiman.

"Hah...."

Rafka menghela nafasnya ketika dia sudah berdiri di pinggir jalan menuju rumahnya.

Tinnnnnn

Tiga mobil mewah yang memberinya klakson tadi berhenti di hadapan Rafka, mereka semua keluar dari dalam mobil dan dua di antaranya memegang ke dua tangan Rafka mencengkram nya erat.

"Bawa dia masuk," ucap Sendi. Ya dia Sendi setelah beberapa jam mencari Rafka akhirnya dia menemukan Rafka juga.

Rafka hanya pasrah saat mereka menarik Rafka kasar, di paksa duduk di antara dua bawahan Sendi.

"Om bisa ke rumah sakit bentar gak om, kaki saya sakit banget om sumpah," ucap Rafka, Sendi yang duduk di depan hanya menatap Rafka yang kesakitan dari kaca spion saja.

"Tidak usah, biarkan saja, anggap itu hukuman dari saya," ucap Sendi tegas.

Kalo udah gini siapa yang mau di salahkan? Rafka langsung terdiam menyenderkan kepalanya ke salah satu bahu bawahan Sendi dan mencengkram kakinya yang luka.

Tak lama kemudian akhirnya mereka sampai di rumah megah dan mewah milik Sendi, mereka keluar dari dalam mobil dengan Rafka yang di papah.

"Bawa dia ke kamarnya, dan jangan ada yang berani mengobati lukanya," ucap Sendi dan di angguki oleh semua bawahannya.

"Yah yah jangan gitu, gue minta maaf deh ya karena gue nakal, gak nurut sama Lo, tapi plis dong setidaknya obatin luka gue dulu," lihatlah sangking sakitnya Rafka sampai menangis tapi Sendi malah bersikap seperti itu kepadanya.

"JAGA BICARA MU SIALAN!" Sendi sudah naik pitam oleh Rafka, dari tadi dia sudah berusaha sabar menghadapi sikap Rafka yang amat sangat nakal itu.

"TERSERAH TERSERAH LO ANJING! DASAR MANUSIA EGOIS LO! SANGKING EGOISNYA LO SAMPE NUTUP MATA LO SENDIRI SAMA ANAK LO DARAH DAGING LO JUGA YANG LUKA!!!"

"Gue capek, bawa gue ke kamar, biarin gue mati di sana sendirian," ucap Rafka.

Rafka di bawa ke kamarnya oleh bawahan Sendi, tapi hanya sampai Rafka terduduk, mereka benar-benar mengikuti perintah Sendi yang melarang siapapun untuk mengobati lukanya.

Dan dengan susah payahnya Rafka berjalan ke arah kamar mandi, dia membuka seluruh pakaiannya dia kenakan lalu mengguyur tubuhnya sendiri di bawah shower menggunakan air dingin. Sekarang yang dirasakan bukan sakit di kaki ataupun bahunya lagi tadi di dalam dada.

Rafka mungkin berani melawan preman yang membawa senjata tajam sendirian, mungkin dia bisa kabur dari amukan Sendi, tapi Rafka tidak bisa menerima semua omongan Sendi yang melukai hati kecilnya, Rafka juga bisa menangis sangking sakitnya karena sebuah ucapan yang terlintas dari ayahnya buktinya sekarang, dia tidak bisa menahan apapun lagi, sakit fisik dan batinnya yang mungkin bisa membunuh Rafka secara perlahan.

Setelah selesai mandi dan memakai baju Rafka kembali duduk di pinggir kasur, dia menatap luka di kakinya yang memanjang dari samping paha bawah hingga ke tulang keringnya. Rafka mengambil kotak obat P3K lalu mengobati lukanya meskipun rasanya sangat sakit sekali dan asal-asalan sekali.

Setelah selesai Rafka terdiam memikirkan bagaimana dia caranya tertidur? Terlentang? Pundaknya juga luka, ke samping kiri kakinya yang luka dan samping kanan luka di bahunya juga pasti bakalan tertekan juga.

Dan pada akhirnya Rafka memilih untuk tertidur dengan posisi yang duduk, semalaman dia tertidur dengan posisi itu hingga pagi menyapa.













__________________TBC________________

RAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang