"kenapa kalian mau ketemu sama gue? Kangen?" Ucap Rafka.
Sang ketua hanya terkekeh menatap satu orang yang kini berdiri di hadapannya.
Mereka kini sudah berada di tengah lapangan kosong yang tentunya sedikit jauh dari sekolah, baju seragam mereka pun sudah di ganti karena bisa di pastikan mereka akan adu fisik.
Rafka begitu pintar dengan hal seperti ini karena dia yakin jika tidak akan sanggup melawan mereka semua seorang diri jadi dia membuat peraturan di mana Rafka mengajak sang ketua keluar dari sekolah seorang diri Rafka melarang semua anak buah dia ikut dan yang paling seru yaitu ketika Rafka mengatakan jika salah satu dari mereka berdua berhasil kembali ke sekolah ini berarti dia adalah pemenangnya.
"Waktu gue gak banyak jadi---" Rafka langsung memasang kuda-kuda di hadapan sang musuh.
Dan sekarang terjadilah duel antara Rafka dan Krisdan. Mereka berdua saling pukul satu sama lain menumbangkan satu sama lain demi menjadi seorang pemenang.
Tak memperdulikan teriknya mata hari, sakitnya badan mereka yang terkena pukulan dan juga darah yang bercucuran yang keluar dari mereka masing-masing, meskipun begitu tenaga mereka seolah masih full tidak berkurang sama sekali.
________Sedangkan di sekolah segerombolan anak tadi itu kini tengah di Landa gelisah karena sang ketua yang pergi sendirian, padahal bukan ini yang mereka mau, yang mereka mau itu membawa Rafka sendirian dan menghajar Rafka bersama-sama hingga puas dan menyerahkan mayat Rafka ke rumahnya.
Tapi apa sekarang mereka hanya diam dengan perasaan yang tidak bisa di jelaskan.
"Gue jadi khawatir gini," ucapnya.
"Gue yakin sama bos, dia gak bakalan kenapa-kenapa."
_________"Hah masih belum nyerah Lo?!" Ucap Rafka ketika melihat sang lawan sudah tergeletak tak berdaya di atas lantai.
"Gue gak bakalan nyerah sama iblis berkedok manusia seperti Lo!" Ucapnya.
Bughh
"Berisik Lo anjing!" Ucap Rafka kesal.
"Sana ke rumah sakit sendiri, gak usah ngerepotin orang lain, dan juga Lo gak usah repot-repot ke sekolah gue cukup telpon gue bakalan datang."
Rafka berjalan sempoyongan ke arah motornya, jujur kepalanya sangat pusing sekali ketika tadi tak sengaja membentur batu.
Ah sialan memang, dari pagi Rafka itu dah malas melakukan apapun bahkan tadi pas di kelas pun Rafka sengaja keluar dari kelas ketika sang guru memerintah ya keluar dan menahan diri supaya tidak terjadi perdebatan itu karena Rafka memang sedang malas. Tapi sekarang lihatlah tikus kecil itu mengganggunya.
"WOY KRISDAN GUE UDAH AMBIL AMBULANS, LO TUNGGU AJA DI SINI, GUE BALIK DULUAN!" teriak Rafka. Dia memang masih memiliki hati nurani tidak membiarkan sang lawan yang sudah sekarat itu terkapar begitu saja.
Karena jarak lapangan dan sekolah tidak jauh akhirnya Rafka sudah sampai ke sekolah nya, ketika dia masuk terdengar jelas dumelan mereka yang menyesali dan kecewa karena yang kembali itu Rafka bukan Krisdan bosnya.
"RAFKA! Saya sudah tidak tau harus mengatakan apa lagi sama kamu! Tapi yang perlu kamu ingat pihak sekolah tidak akan tinggal diam, kami semua akan membicarakan perihal ini meskipun kamu sudah menolong kita," ucap sang guru dan hanya di angguki oleh Rafka, dia berjalan ke arah segerombolan orang itu.
"Pulang, bos kalian udah di rumah sakit terdekat," ucap Rafka dengan lesu. Dan mereka semua langsung bubar.
"Ka, astaghfirullah lo--"
Brukk
Rafka seketika menjatuhkan dirinya di dekapan Ridho. Matanya memejam menikmati rasa sakit yang terus menyiksanya.
"Rafka!" Pekik sang guru ketika melihat Rafka terjatuh ke pelukan Ridho.
"Gendong gue ke UKS do, gue males jalan," ucap Rafka.
Dan tanpa bicara lagi, Ridho di bantu oleh Cilvin menggendong tubuh Rafka ke UKS.
________"Bangun! Bangun kamu Rafka!"
Rafka yang tengah tertidur pun merasa terganggu karena tubuhnya terus di guncang kasar, tidak tahukan dia jika tubuh Rafka rasanya sangat remuk sekali setelah perkelahian.
Perlahan mata Rafka terbuka dan melihat siapa orang yang membangunkannya, dan betapa terkejutnya dia ketika ada seorang pria yang umurnya di atas Rafka kini tengah berdiri di hadapannya.
"A---"
Plakk
"Puas kamu hah?!"
"Puas kamu melukai Adek teman Abang hah?!"
Rafka terus terdiam memegang pipinya yang terasa sakit dan panas ketika orang yang selama ini Rafka sebut 'abang' menamparnya dengan keras.
Dan apa tadi katanya melukai teman abangnya? Hey tidak salah? Adeknya saja luka kaya gini tapi dia malah memarahinya bahkan menamparnya seperti ini demi 'adek temannya'.
"Apa sih bang?! Kalo marah ya marah aja gak usah pake segala nampar kaya gini!" Ucap Rafka kesal, dia melepas kasar masker oksigen yang menempel di wajahnya.
"Abang nampar kamu kaya gini itu karena kamu udah keterlaluan! Kamu berkelahi sampe sekolah kamu nelpon ayah sama bunda buat datang ke sekolah, tapi karena gak bisa jadi Abang yang gantiin mereka!"
"Dan asal kamu tau ya! Orang yang kamu pukuli itu adeknya teman Abang Rafka! Mau di taro di mana muka Abang! Abang malu karena kamu!" Ucapnya.
"KALO ABANG GAK MAU KENAPA ABANG BALIK KE SINI HAH?! BUKANNYA ABANG GAK PEDULI! GUE JUGA GAK BUTUH ITU SEMUA! GUE UDAH BIASA NGURUS GUE SENDIRI! KALO LO GAK MAU YA UDAH SANA PERGI LAGI LO KE TEMPAT LO! LUPAIN GUE!" Rafka terlihat sangat marah sekali, matanya memerah dengan genangan air di area matanya, dadanya yang naik turun menahan marahnya yang terus menggelora.
Karena kesal dengan sang adik yang sudah berani berteriak dengannya Nawaf menarik kasar infus yang menancap di tangan mulus sang adik, lalu dia menarik paksa tubuh Rafka tidak memperdulikan jika masih ada alat rumah sakit lain yang menempel di tubuh sang adik.
Rafka hanya meringis kesakitan ketika tubuhnya terjatuh dan di seret begitu saja keluar ruangan. Semua yang ada di rumah sakit menatap iba Rafka yang kini kewalahan menyeimbangkan langkah Nawaf.
Brakk
Brakkk
Nawaf membanting kasar tubuh Rafka ke dalam mobil miliknya hingga kepala Rafka pun kembali terbentur karena ulah sang kakak yang di landa emosi.
Nawaf menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, menyalip semua kendaraan di depannya seolah tidak takut yang namanya mati.
Sedangkan di belakang, Rafka terus meringis memegangi kepalanya yang terasa sakit usai terbentur tadi. Keringat sebiji jagung itu keluar dari tubuh Rafka. Nawaf melihat sang adik kesakitan di kursi belakang namun dia hanya diam tidak memperdulikan itu semua.
Merasa dirinya sudah sampai ke tempat tujuan Nawaf yang tidak memiliki perasaan meng-rem mobil miliknya mendadak dan pergi begitu saja tanpa memperdulikan Rafka yang sudah tidak sadarkan diri di kursi belakang karena kepalanya kembali terbentur ulah Nawaf yang meng-rem mobilnya mendadak. Bahkan Nawaf tidak menyadari jika mobilnya terkunci yang pastinya Rafka tidak bisa keluar dari dalam mobil sebelum kuncinya di buka.
_________________TBC_________________
Jamuran ges terlalu lama aku menabung Part ini, jadi aku up sekarang aja keknya seru kalo up beberapa part di malam tahun baru
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFKA
Teen Fictionkata orang keluarga itu rumah ternyaman untuk pulang, kata orang kasih sayang orang tua itu membuat kita merasa nyaman dan aman, namun tidak semua orang mendapatkan kasih sayang itu, termasuk aku. antara takdir dan doa, mana yang lebih kuat