05

74 5 0
                                    

Happy Reading guys
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Bagaimana yah? Angkasa mau?" tanya sang istri, ketika sang suami datang menghampiri nya

Sang suami menggeleng, membuat ekspresi sang istri langsung masam. Putra bungsu nya itu sangat sulit untuk di ajak 𝘮𝘰𝘷𝘦 𝘰𝘯 , berapa lama lagi anak nya itu akan sendiri?

"Coba lain kali mungkin bisa, ayah. Nanti gantian bunda yang ngomong, Angkasa gak boleh terlalu lama seperti ini," ucap sang istri pada suaminya itu

"Saran ayah sih gak usah, mending biarin aja. Nanti kalo memang udah bisa nerima orang baru, dia akan datang sendiri bawa calon. "

"Apa salahnya mencoba dulu, bunda akan tetap akan mencoba untuk membujuk nya. Bunda juga pengen punya mantu dari Angkasa, bunda pengen suatu hari nanti punya cucu dari Angkasa. Apa ayah gak mau?"

Nada bicara sang istri meninggi, mengisyaratkan kekesalan nya. Dirinya juga mau memiliki menantu dari anak bungsu nya, memiliki cucu dari anak bungsu nya. Tapi ia tidak ingin memberatkan beban sang anak, ikhlas bisa saja tapi melupakan dan memulai hubungan baru itu yang susah.

"Ayah ngerti, tapi kita tidak boleh memaksakan Angkasa untuk mengikuti kemauan kita. "

"Apa nya yang memaksakan? Kamu kalau bicara itu yang jelas. Sana kamu berangkat ke kantor lagi, kerja yang benar. Jangan males, aku juga masih butuh uang. " terkadang ucapan sang istri itu terlalu tajam dan menyakitkan, pria paruh baya itu hanya terdiam.

Lantas ia melangkah kan kaki ke arah kamar nya, sebelum berangkat ke kantor nya ia sempat kan menemui sang anak.

"Asa , kalau bang Arga pulang. Kasih tahu ya, file sama dokumen nya ada di meja kerja ayah. Ayah ada meeting sama klien di luar kantor, jadi gak ke kantor. "

"Bunda marahin ayah ya?" tanya sang anak

"Udah biasa, jangan di pikirin. Ayah karja dulu, jangan lupa istirahat. "

Angkasa tahu, ayah nya selalu saja di salah kan ibunya untuk masalah dirinya. Selalu di anggap tidak becus mendidik nya, ibu nya memang selalu seperti itu pada ayah mengenai diri nya.

"Bunda kenapa suruh ayah ngantor sore-sore begini?" tanya Angkasa saat diri nya melihat sang ibu tengah bersantai di halaman depan

"Biar ayah mu gak males, cari duit yang banyak biar gak susah hidup nya. "

"Ayah baru pulang kantor aja tadi siang bun, kemarin ayah gak pulang karena lembur. Bunda mah tega sama ayah, kasihan tahu gak sih bund. "

"Kamu ini kenapa sih? Itu kan kewajiban ayah mu. "

"Kewajiban tetap kewajiban, tapi tugas bunda itu untuk selalu merawat dan membimbing ayah biar bisa ngejalanin semua nya teratur. "

"Bunda tahu, daripada kamu bicara seperti ini. Mending kamu cari pacar saja sana, jangan menunggu hal yang sudah pasti tidak akan kembali lagi padamu."

"Bunda kenapa selalu memaksa ku? Aku tidak sedang menunggu siapa-siapa, jika aku tidak mau ya aku tidak mau. Biar kan aku bebas dengan kesendirian ku, bunda jangan memaksakan ku seperti ini. "

"Terserah kamu saja, jika tiba-tiba seorang gadis datang kesini berarti bunda akan menjodohkan mu. " bunda berlalu begitu saja, meninggalkan Angkasa yang masih terdiam mendengar penuturan ibu nya itu

Aksara hanya orang yang dapat di mengerti Angkasa dan Aksara hanya orang yang dapat mengerti Angkasa. Mereka berdua itu sejujurnya saling melengkapi, namun Tuhan tidak mengizinkan mereka untuk bersama lebih lama lagi.

"Angkasa," panggil seseorang kala Angkasa tengah berjalan santai sambil melamun

"Kamu ini, dipanggil juga gak nyaut. Mba sampai lari-lari buat nyamperin kamu. " ucap nya

Angkasa hanya memasang ekspresi datar, ia bingung harus menanggapi bagaimana.

"Kamu mau kemana? Sore-sore seperti ini malah jalan sendirian."

"Mau cari udara segar, mba. Mba Karisa darimana? " perempuan itu adalah Karisa, kekasih dari kakak nya itu si Arga.

Walaupun terkadang Arga selalu mencari pengganti Karisa jika kemungkinan mereka putus, tapi sejujurnya Arga mencintai Karisa begitu juga Karisa.

"Dari kantor, baru pulang kerja. Lihat kamu di sini mba samperin, kamu ada masalah ya? Cerita sama mba. "

"Gak ada mba, cuma biasa lah. Bunda selalu minta Asa buat cari pacar, emangnya hidup cuma melulu tentang pasangan?"

"Gak juga sih, udah gak usah di pikirin. Mending kamu pulang, ooh ya. Ini mba titip kue pukis pesenan ayah, waktu itu ayah minta sama mba buat beliin kue pukis. Kebetulan deket kantor ada yang jual, jadi mba beli. Nih kasih buat ayah, bilang ya. " Karisa menyerah kan sekotak kue pukis itu pada Angkasa dan Angkasa mengangguk patuh sebagai jawaban nya

"Ya udah anak pintar, mba pulang dulu ya. " Karisa lantas pergi begitu saja, terkadang Angkasa berpikir. Kenapa kakak nya suka sekali bertanya padanya ia memiliki kenalan perempuan apa tidak? Padahal dirinya memiliki kekasih yang begitu baik dan pengertian seperti karisa.

"Bang Arga aneh, mba Karisa aja baik banget masih aja coba cari cewek buat jaga-jaga kalau mba Karisa mutusin dia. " gumam Angkasa

Arga baru sampai rumah, lelah sekali rasanya seharian penuh di kantor tanpa istirahat.

"Wih apaan nih? Kue pukis kesukaan abang!!." teriak Arga ketika diri nya melihat sang ayah dan adik nya tengah makan kue pukis di dapur

"Eits tunggu dulu, enak aja main makan aja. Cuci tangan setelah itu baru makan, ayah gak mau kalau sampai tangan kamu kotor sambil megang makanan."

Arga cemberut, tentu saja. Ia sangat ingin makan kue itu, sudah lama ia tidak makan kue kesukaan nya itu. Lebih tepat nya kesukaan sang ayah, Angkasa dan dirinya itu.

"Wah enak banget kue ini, beli dimana?" tanya Arga sambil mengunyah makanan nya

"Di kasih sama mba Karisa. " jawab Angkasa

"Apa?! Kok dia gak ngomong sih mau ngasih. Pacar sendiri gak pernah di beliin kue pukis, kalian yang bukan siapa-siapa di beliin. Pilih kasih iihh, besok aku bakal ngomong sama Karisa. Aku mau marah!. "

"Kamu ini , lebay banget. " cibir sang ayah

"Biarin, daripada diam aja. "

"Anak siapa sih kamu aneh banget, ayah jadi takut. "

"Anak nya bapak Gino Hardian dan ibu Sherly Miranti. " jawab Arga lalu mereka bertiga pun terkekeh bersama

Pertanyaan bodoh yang di layangkan sang ayah membuat mereka bertiga heboh bersama, definisi kompak tak terbatas.

Malam itu ketiga orang itu saling berbagi cerita, kisah cinta maupun apapun yang dapat membuat mereka saling mengenang. Angkasa juga sedikit belajar, bahwasanya mengikhlaskan itu bisa dengan kebiasaan. Kebiasaan tanpa nya, kebiasaan selalu sendiri dan kebiasaan tak ada dirinya. Namun Aksara tetap lah orang yang selalu menjadi pemenang hati Angkasa, walaupun sampai Angkasa menghadap Tuhan sekalipun.
.
.
.
.
.
.
.
.

Angkasa jangan gitu lah? Aku yng sedih😔

TBC

Can't Do Without You ||ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang